Mohon tunggu...
agoeng widyatmoko
agoeng widyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengusaha pengolah cerita untuk beragam media

Saya adalah pemerhati bangsa dan sekaligus praktikan yang peduli pada perubahan diri dan lingkungan. Untuk hidup, saya menulis banyak hal. Dan kini, saya hidup untuk menulis dan menginspirasi dengan cara-cara yang sederhana, namun mudah dimengerti dan dipraktikkan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buku Fisik Sebentar Lagi Tinggal Sejarah?

11 Agustus 2016   08:12 Diperbarui: 11 Agustus 2016   08:19 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: www.sochi.edu

Setiap kali berkenalan dengan orang baru dan memberikan “kartu nama” berupa buku cetak, tiba-tiba kekakuan segera cair. Perbincangan tentang buku yang ditulis segera jadi materi padat berisi. Lebih mudah akrab tanpa disadari. Dan satu lagi, orang yang membuat dan menulis buku dianggap punya VALUE alias NILAI lebih. Coba iseng bandingkan dengan membuat puluhan bahkan ratusan status yang diunggah di media sosial. Hampir bisa dipastikan, buku dalam bentuk fisik akan dianggap lebih punya nilai. Tak jarang, orang langsung dianggap ahli atau jago kalau sudah menulis buku. Sebab katanya, kalau hanya di media sosial, orang tinggal copy paste saja. Sementara buku, selalu melibatkan waktu, tenaga, dan pikiran yang luar biasa.

Mungkin zaman akan terus berubah. Bisa jadi buku juga akan tinggal sejarah. Tapi untuk VALUE dari buku, saya rasa akan bisa melintas batas ruang dan waktu. Bisa jadi, buku ringan yang Anda tuliskan, bisa membawa banyak perubahan seperti kisah nyata ibu yang mengaku hidupnya terselamatkan. Bisa jadi dari satu karya buku yang dihasilkan, mungkin saja ada ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang tercerahkan. Maka saya pun sangat setuju dengan sebuah anjuran, minimal menulislah satu buku sebelum datang ajalmu. Seperti juga ungkapan sastrawan Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Jadi, sudahkah Anda punya minimal SATU BUKU untuk diwariskan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun