Mohon tunggu...
agoeng widyatmoko
agoeng widyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengusaha pengolah cerita untuk beragam media

Saya adalah pemerhati bangsa dan sekaligus praktikan yang peduli pada perubahan diri dan lingkungan. Untuk hidup, saya menulis banyak hal. Dan kini, saya hidup untuk menulis dan menginspirasi dengan cara-cara yang sederhana, namun mudah dimengerti dan dipraktikkan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kisah Lucu dari Tanah Papua

17 Mei 2016   11:06 Diperbarui: 17 Mei 2016   11:14 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konon, suatu ketika ada sebuah desa di pelosok Papua sana yang penghasilan utamanya adalah pisang. Banyak sekali pisang enak yang dihasilkan dari tanah subur di desa tersebut. Selain manis, besar-besar, dan konon khasiatnya sangat bagus untuk kesehatan.

Itulah mengapa, penduduk di sana banyak yang menggantungkan hidup dari hasil jualan pisang. Tapi, karena daerahnya terpencil, mereka harus menjual pisang tersebut ke kota dan menempuh jarak 30 km-an. Dengan infrastruktur yang masih belum bagus, mereka harus jalan kaki, mengarungi sungai, dengan membawa satu dua tandan pisang per orang.

Sampai di pasar kota, pisang itu sudah langsung ada penadahnya. Laris manis. Uang pun didapat. Dan, masyarakat desa itu pun segera pulang ke kampungnya lagi. Namun sebelum pulang, ada satu tradisi mereka untuk membawa oleh-oleh ke rumah. Dan... yang paling dinanti oleh keluarga mereka sebagai oleh-oleh biasanya adalah PISANG GORENG.

Ya.. jauh-jauh mereka ke kota, jualan pisang, untuk kemudian membeli oleh-oleh pisang goreng. Uang hasil jualan pisang sebagian dipakai untuk membeli pisang goreng.

Ada yang merasa aneh atau lucu dengan kisah tadi? Sebagian teman-teman saya tertawa mendengar kisah itu. Jauh-jauh ke kota jualan pisang kok bawanya oleh-oleh pisang juga? Kenapa tidak menggoreng sendiri? Aneka tanggapan muncul saat tahu kisah ini. Tapi...

Sesaat kemudian, tawa itu berubah jadi hening, ketika saya mengatakan bahwa INILAH YANG TERJADI PADA SEBAGIAN BESAR ORANG INDONESIA!

Air diambil dari Indonesia, diolah jadi A*ua, dijual lagi ke kita, dan uangnya diambil Dan*ne, perusahaan dari luar negeri.

Sepatu keren dibuat orang Indonesia, dibawa ke luar diberi cap N*ke, dan dijual lagi ke Indonesia dengan harga berkali lipat, dan ada yang bangga memakainya.

Kopi-kopi terbaik di Indonesia, dibeli dan diolah St*rb*cks, dibeli dengan harga berkali lipat oleh orang Indonesia.

Kisah di atas saya dapatkan dari teman-teman yang menginisiasi gerakan Beli Indonesia. Sebuah gerakan untuk mendukung dan bangga menggunakan produk Indonesia. Bahkan, meski lebih mahal tapi kualitasnya belum sebagus produk asing, jika kita mau memakai dan membelinya, 250 juta penduduk Indonesia akan lebih sejahtera. Produk sendiri, digunakan sendiri, ekonominya dinikmati masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun