Mohon tunggu...
Agni Nidaul
Agni Nidaul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung

hallo saya Agni Nidaulhasanah Biasa dipanggil Agnii

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah di Balik Lahirnya Dua Hati

23 September 2024   05:17 Diperbarui: 23 September 2024   05:28 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keajaiban dua langkah bersamaan. Seorang ibu yang menantikan kelahiran buah hatinya, tanpa menyadari bahwa ada dua jiwa kecil yang siap memasuki dunia, meski selama kehamilan ia sama sekali tidak mengetahuinya.

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah hijau dan pegunungan, seorang wanita bernama Alina sedang menjalani masa kehamilan yang penuh harapan. Tentu, karena sebelumnya ia pernah mengalami 3 kali keguguran, dan harapannya untuk menjadi seorang ibu tampak semakin tipis. 

Namun, takdir Tuhan memang sulit dipahami, kali ini Alina diberi kesempatan untuk hamil lagi setelah melalui berbagai rintangan yang tak kunjung reda. “Sungguh, Tuhan Maha Baik, selalu memberikan kesempatan kepadaku tanpa henti,” batinnya penuh syukur. 

Hatinya kembali dipenuhi harapan, namun juga ketakutan yang mendalam. Meskipun demikian, ia tidak membiarkan perasaan itu menghalanginya. Ia menjalani kehamilan ini dengan penuh kehati-hatian, berusaha menjaga diri dan janinnya sebaik mungkin. Tak lupa suami yang selalu menjaga dan mensupport untuknya.

Hari demi hari ia lalui dengan rutinitas yang sudah menjadi bagian dari hidupnya. Alina menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Setiap pagi, sebelum matahari sepenuhnya terbit, ia dengan tekun menyiram tanaman di kebun kecilnya yang selalu dirawatnya dengan baik. 

Lalu ia menyapu halaman rumahnya agar terlihat rapi dan bersih. Sambil menyelesaikan pekerjaannya, ia menikmati pemandangan hamparan sawah yang asri dan hijau di sekeliling rumahnya. Tak lupa ia berbicara kepada calon bayinya. "Nak, semoga kamu tumbuh sehat dan kuat, aku sudah menantimu," ujarnya lembut sambil mengelus perutnya.

Selama kehamilan, Alina sama sekali tidak pernah melakukan pemeriksaan USG. Karena pada zaman dahulu, teknologi medis tidak secanggih seperti sekarang ini. Di pedesaan tempat mereka tinggal, tidak ada fasilitas untuk melakukan USG. Alat tersebut hanya tersedia di rumah sakit yang terletak di kota-kota besar, yang sangat sulit dijangkau oleh penduduk desa. Pada waktu itu, satu-satunya pemeriksaan yang tersedia di pedesaan hanyalah pemeriksaan detak jantung bayi

Walaupun hanya itu, Alina dan suami rutin setiap bulannya pergi ke bidan terdekat untuk menjalani pemeriksaan tersebut. “Sayang.. bulan ini adalah bulan ke 3 usia kehamilanmu, besok kita periksa ya”. “Baiklah, suamiku,” jawab Alina dengan senyuman, merasa bersemangat menghadapi pemeriksaan itu.

Hari esok pun tiba, mereka bergegas menuju tempat yang akan mereka kunjungi. Disana, mereka betemu dengan seseorang bernama Larasati. Beliau adalah bidan yang selama ini memeriksa kandungan Alina. “Pagi ibu..” ucap Alina sambil melangkah masuk ke ruangan bidan Larasati. “Pagi.. ayo silahkan duduk,” jawab Larasati ramah. “Terimakasih,” sahut Alina dan suaminya serentak.

Mereka berbincang-bincang sejenak sebelum memulai pemeriksaan, dan prosesnya pun berjalan lancar. “Bayinya sehat ya bu, detak jantungnya pun normal,” ujar Larasati dengan senyum. Alina dan suaminya merasa lega dan bahagia mendengar kabar baik itu. Rasa syukur mengisi hati mereka, sementara harapan untuk menyambut si kecil semakin menguat.

Bulan demi bulan mereka lalui, tak pernah sekalipun melupakan pemeriksaan kandungan Alina. Ia sering kali merasakan gerakan kecil di perutnya, tetapi dia tidak pernah membayangkan bahwa ada lebih dari satu kehidupan yang berkembang di dalamnya.

Setiap hari, setiap jam bahkan setiap detik, Alina membayangkan kebahagiaan yang akan mengisi rumahnya. Ia membayangkan wajah calon anaknya yang ntah mirip siapa nantinya. Dalam benaknya, ia hanya mempersiapkan diri untuk satu bayi, merancang kamar dengan penuh kasih, dan membayangkan masa-masa indah bersama sang buah hati. Namun, rahasia kecil dalam perutnya terus tumbuh, menunggu saatnya untuk terungkap.

Kini, Alina memasuki usia kehamilan yang ke tujuh bulan. Dalam situasi ini, suaminya terpaksa harus pergi bekerja ke luar kota demi mengumpulkan dana untuk biaya persalinan. Meskipun rasa sedih menyelimuti hati Alina, dia mengerti bahwa semua ini demi dirinya dan calon anaknya. Namun Alina tidak sendiri, ada banyak keluarga yang selalu mendampingi dan menjaga. 

Sampailah di usia kehamilan 9 bulan. Suami yang merantau di luar kota pun kini telah pulang ke rumah karna tau sebentar lagi istri mau melahirkan. Awalnya, mereka hanya berniat untuk memeriksa kandungan, karena Alina tidak merasakan tanda-tanda akan melahirkan, perutnya pun tidak merasa mules sedikitpun. Namun, saat ibu bidan memeriksa, ia berkata, “ibu.. ini tanda-tanda mau melahirkan!” semua pun terkejut, dan mereka pastinya belum membawa peralatan yang diperlukan untuk persalinan. Keadaan pun mendadak menjadi panik, namun mereka berusaha tetap tenang.

Suami Alina langsung mengabari semua keluarga bahwa istrinya akan segera melahirkan. Keluarga pun terkejut campur senang mendengar kabar ini. Serta langsung bergegas pergi ke bidan untuk mendampingi Alina.

Sebelum detik-detik melahirkan, seperti biasa bidan Larasati memeriksa terlebih dahulu detak jantung bayi. Saat itulah keajaiban terjadi. Selama pemeriksaan delapan bulan kebelakang, ia hanya mendengar satu detakan jantung saja, tetapi kini bidan Larasati mendengar ada dua detak jantung, satu di kanan dan satu di kiri. “Ibu.. kok saya mendengar ada 2 detakan jantung bayi, sebentar saya cek lagi ya,” tidak hanya bidan yang terkejut, semua keluarga yang ada disana pun ikut terkejut. Ada apa ini? Kok bisa?

Setelah di cek ulang, bahkan beberapa kali tetep saja ada 2 detak jantung yang terdengar. Akhirnya bidan Larasati mengonfirmasikan bahwa Alina mengandung anak kembar. “Hah? Bidan seriuss? Gak bercanda, kan?” Ucap keluarga dengan rasa setengah percaya. 

Dan benar saja, Alina melahirkan sepasang bayi kembar, satu perempuan dan satu laki-laki. Sungguh, ini adalah kuasa Tuhan. Semua anggota keluarga yang ada di tempat itu menangis histeris, dipenuhi kebahagiaan. Tidak percaya apa yang dialaminya pada saat itu.

Setibanya di kampung setelah pulang dari bidan, Alina melihat jalanan sudah dipenuhi orang-orang yang menunggu kedatangan keluarganya bersama kedua bayi kembar yang baru lahir. Saat itu, melahirkan anak kembar sangatlah langka, dan Alina adalah orang pertama di kampung tersebut yang mengalami hal ini. Rasa penasaran warga mendorong mereka untuk turun ke jalan dan menyaksikan momen bersejarah ini. Mereka ingin merayakan kebahagiaan Alina dan keluarganya, sekaligus melihat keajaiban dua bayi kembar ini.

Mereka tak henti-hentinya bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan. Alina, yang telah menunggu bertahun-tahun untuk memiliki buah hati dan mengalami keguguran tiga kali, akhirnya dikaruniai rezeki yang luar biasa, dua bayi sekaligus. Kedua bayi tersebut, Narendra dan Naela, tidak hanya membawa kebahagiaan yang mendalam, tetapi juga petualangan yang tak terduga dalam hidup mereka. Setiap momen bersama mereka menjadi berharga, mengisi hari-hari Alina dan keluarganya. Dengan segala suka duka yang akan mereka lalui, Alina dan suami bersiap untuk menjalani perjalanan luar biasa sebagai orang tua si kembar.

Kini dalam kamar yang hangat, dengan lampu-lampu lembut menerangi sudut-sudutnya, ada dua bayi yang mirip, bukan hanya dalam wajah tetapi dalam setiap gerakan kecil mereka. Suara tangisan mereka menyatu dalam harmoni yang belum pernah terdengar sebelumnya, menandai awal dari sebuah kisah yang akan mengguncang dunia mereka dan menciptakan ikatan abadi yang tak terpisahkan. Keajaiban kembar ini bukan hanya tentang kelahiran dua jiwa, tetapi tentang bagaimana mereka akan saling melengkapi dan mengubah hidup semua orang di sekitar mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun