Gadis Kretek bukan sekadar drama romantis biasa, tetapi juga menggali berbagai aspek sosial, budaya, dan sejarah yang terkait dengan rokok kretek. Rokok kretek merupakan produk yang menjadi bagian dari identitas dan kebanggaan bangsa Indonesia, tetapi juga menjadi sumber konflik dan ketimpangan.
Serial ini menunjukkan bagaimana rokok kretek berkembang dari zaman penjajahan Belanda hingga era Orde Baru, dan bagaimana rokok kretek mempengaruhi kehidupan banyak orang, terutama para perempuan yang terlibat dalam industri ini.
Serial ini juga menyoroti peran dan kontribusi para perempuan dalam industri rokok kretek, yang seringkali tidak mendapatkan pengakuan dan penghargaan yang layak. Serial ini mengajak kita untuk menghargai dan melestarikan warisan budaya yang kita miliki, yang merupakan bagian dari identitas kita sebagai bangsa.
3. Sinematografi yang memanjakan mata
Salah satu hal yang membuat Gadis Kretek terlihat mewah dan berkualitas adalah sinematografinya yang memanjakan mata. Serial ini disutradarai oleh pasangan suami-istri yang berbakat, yaitu Kamila Andini dan Ifa Isfansyah.Â
Mereka berkolaborasi dengan baik untuk menyajikan narasi yang mulus dan cerita visual yang menarik. Serial ini mengambil latar tahun 1960-an, dan berhasil merekonstruksi suasana zaman itu dengan detail dan akurat. Mulai dari kostum, properti, lokasi, hingga musik, semuanya terlihat sesuai dengan konteks dan nuansa cerita.
Serial ini juga memiliki banyak adegan yang indah dan artistik, yang menampilkan keindahan alam dan budaya Indonesia. Beberapa adegan yang mengesankan adalah adegan pernikahan Jeng Yah dan Raja yang megah, adegan Jeng Yah dan Lebas yang bersepeda di sawah, dan adegan Jeng Yah yang menari dengan rokok kretek di tangannya.
4. Chemistry para pemain yang bikin baper
Gak kalah penting, Gadis Kretek juga memiliki chemistry para pemain yang bikin baper. Selain Dian Sastrowardoyo, serial ini juga diperankan oleh Ario Bayu, Arya Saloka, dan Putri Marino, yang semuanya memiliki akting yang solid dan menawan.Â