Mohon tunggu...
Agnes saunduken
Agnes saunduken Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

bernyanyi dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mengatasi Keterpurukan dan Keputusasaan

24 April 2024   15:35 Diperbarui: 24 April 2024   15:43 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

keterpurukan dan keputusan adalah suatu tantangan yang sering di hadapi oleh banyak orang yang dimana dalam situasi-situasi sulit dalam hidup. Terkadang kita berfikir jalan yang kita tempuh tidak ada lagi jalan keluar. Hal kecilnya saja dalam kehidupan saya sehari- hari yang dimana selalu terpuruk dan memiliki keputusasaan dalam menjalani hidup ini. Hal yang membuat saya seperti ini keran penyakit yang saya derita tidak ada perubahan sama sekali.

Waktu saya SMA saya sudah terjangkit penyakit mag yang sudah stadium tiga tetapi saya tidak memberitahukan kepada orang tua saya karena saya takut. Selama berjalannya waktu, saya merasa pusing dan langsung mimisan. Saya bingung dan sangat takut dengan apa yang saya alami. Mulai dari situ saya merasa terpuruk dan memendam semua apa yang saya alami. Kerena terlalu memikirkan penyakit yang saya alami saya stres dan tidak mau terbuka dengan orang lain.

Ketika saya tamat dari SMA mau lanjut kuliah saya belum memberitahukan kepada orang tua saya apa yang saya alami selama itu. Berjalannya waktu ketika saya sudah semester 2 mulailah saya merasakan sakit dan sempat pingsan. Rasa takut yang saya alami selama itu akhirnya terjadi pada saat di jenjang perkuliahan. Selama kuliah setiap bulan selalu masuk rumah sakit, bahkan setiap bulan selalu masuk RS. Dalam keadaan seperti ini saya sangat terpuruk akan apa yang saya alami. Keluarga saya sudah berusaha dengan maksimal mungkin tetapi hasilnya tetap tidak ada. Kalau di katakan putus asa memang ia, saya sangat putus asa pada saat ini. Saya sangat pasrah sampai-sampai ada dipikiran ingin mengakhiri hidup ini. Bahkan saya berpikir dengan kehadiranku di keluarga hanya sebagai beban dan tidak pantas untuk di perhatikan keran hanya beban mereka.

Tetapi kebalikannya teman-teman memberi saya semangat hidup supaya tidak larut dalam kesedihan dan keputusasaan. Dengan itu saya mulai menerima perasaan saya dengan terbuka kepada orang lain. Dan saya juga mencari teman yang mau mendengarkan cerita saya supaya mengatasi semua keterpurukan dan keputusasaan. Pada saat ini saya berusaha untuk meluangkan waktu saya untuk selalu berolahraga dan selalu bersyukur dengan apa yang saya miliki. Jadi nilai kita sebagai manusia sangat berharga, jangan biarkan keterpurukan dan keputusasaan meragukan nilai diri kita. Intinya sabar, tekad, dan dukungan dari keluarga adalah langkah yang utama untuk membangun mental dan menghadapi masa depan yang optimisme dan harapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun