Aku punya Daddy lho.......
             " Cil, sudah lewatkah si Kuncung hari ini ? ", tanya Ita kepada Cila temannya yang sedang asyik membenahi rambut panjangnya.Â
" Belum, tenang saja tak akan pernah lolos dia dari keusilan kita", jawab Cila sambil tertawa.
 "Ayo kita siapkan jebakan untuk si Kuncung " tukasnya sambil menarik tangan Ita.
Bergegas mereka menemui Yuni di kelas.
             " Hai gaes, sudah siap kah hari ini untuk melihat wajah musam si Kuncung ", kata Yuni saat mereka memasuki kelas. " Ooh tentu saja ", jawab mereka serempak. Cila mengeluarkan beberapa batang daun gatal dari tas kresek hitam yang ditentengnya dari tadi. Mereka segera mengoles-oleskan batang daun gatal di bangku salah satu temannya sambil tertawa terbahak -- bahak.
             Tiba -- tiba " Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing ", bel sekolah berbunyi dan murid-murid kelas VII segera memasuki ruang kelas. Cila, Ita dan Yuni tetap berada di luar kelas dan mereka mengintip dari jendela melihat sosok gadis tinggi besar yang dipanggil si kuncung. Ibu Ratih tiba-tiba muncul di belakang mereka bertiga dan menyuruh mereka segera masuk ke kelas karena ulangan bahasa Indonesia segera dimulai.
             15 menit berlangsung, ketiga gadis itu seringkali melemparkan senyum dan terkikik - kikik saat melihat si kuncung tiba-tiba berdiri dan menggaruk - garuk badannya, dia merasa tidak tenang dan gelisah sehingga Bu Ratih bertanya, " Candy, kenapa kamu berdiri dan dari tadi tampak tidak tenang ?" Suara bass Candy hanya terdengar " maaf maam kok tiba - tiba badanku terasa gatal "  sambil menggaruk -garuk kaki, tangan dan badannya "Coba kamu kesini Ibu lihat " perintah Bu Ratih. Dan saat dilihat seluruh tubuh Candy merah semua dan muka Bu Ratih menjadi cemas " Candy, kamu segera ke UKS dan jika perlu ke Klinik yang ada di seberang sekolah karena ini seluruh tubuhmu memerah ". " Baik Maam, terima kasih ", jawab Candy dan bergegas ke luar kelas. Saat Candy hendak keluar kelas, meledak tawa 3 gadis yang dari tadi mengamati gerak - geriknya.
              Mata Bu Ratih melotot dan marah melihat Ita, Yuni dan Cila yang tertawa terbahak - bahak dan mengatakan " Ini pasti kerjaan kalian bertiga ". Ita hanya menjawab " apa perdulinya Bu, tho dia hanya anak aneh. Rambut suka dikuncung, badan besar seperti gaban dan dia itu tidak punya bapak, kan tidak pantas untuk berada di kelas kita yang prestasinya luar biasa " "Diam kamu " teriak Bu Ratih " Jangan merendahkan orang dari penampilannya " Tapi bukan Cila, Yuni dan Ita jika mereka patuh pada guru di kelas dan mereka malah bergegas menyusul Candy ke UKS.
              " Pak Dar, si kuncung di mana ? "
Tanya mereka kepada petugas UKS saat tidak menemukan sosok si Kuncung di dalam ruang UKS.
 " Oh Candy tadi dibawa oleh Bapak Kepala Sekolah ke Klinik seberang jalan dan segera menghubungi Bundanya karena seluruh tubuhnya merah - merah dan dia tidak berhenti menggaruk-garuk tubuhnya", jawab Pak Dar sambil merapikan tempat tidur di UKS.
" Gila....hebat kali ntuh daun si gatal sampai mampu mengusir si Kuncung dalam hitungan menit....", tukas Ita dan meledak tawa mereka bertiga sambil berlalu menuju ke kelas lagi.
              Selang 2 minggu si Kuncung tidak muncul di sekolah dan kelas menjadi sepi karena kehadiran si kuncung selalu memberikan warna khusus, dia selalu membuat lelucon - lelucon kecil yang membuat teman-temannya tergelak, para guru juga merindukan sosok gadis yang ringan tangan dan selalu siap memberikan jawaban apapun jika para siswa tidak bisa menjawab pertanyaan para guru. Hening dan sepi melanda pikiran dan hati semua orang terutama kelas VII A. Sampai penerimaan raport akhir semesterpun si kuncung tak tampak batang hidungnya, setiap kali siswa bertanya kepada para guru hanya gelengan kepala yang mereka tunjukkan tanda tidak tahu kemana gadis manis berambut panjang itu hilang lenyap seolah ditelan bumi.
             "Hei, teman -- teman sini ", teriak Andhika si ketua kelas VII A....
para siswa serempak mengerubung Andika yang membawa sepotong kartu undangan berwarna merah.
"Ada apa Dhika, ya ada apa, ada hal yang penting kah ? Tanya mereka memberondong kepada Andika yang duduk di tengah mereka. " Ini, ada undangan dari Candy " kata Andika sambil membuka undangan berwarna merah.
"Hai Gaes....datang yuuk makan siang di resto Z di depan sekolah sebelum kita berpisah di level berikut" demikian isi undangan berwarna merah itu. "Jadi siang ini kita ke resto Z", tanya Dinda kepada Andika. "Ya siang ini kita langsung menuju resto Z", jawab Andika. " Hei, kalian bertiga, mau ikut tidak ? " tanya Andika kepada Yuni, Cila dan Ita yang dari tadi berdiri di depan pintu kelas. " Bagaimana ya....ehmm kami juga penasaran dengan kondisi si Kuncung sekarang setelah hampir 3 minggu nggak ketemu", jawab Cila. "Wokee....cuss yuuk".
               Sesampai di resto Z ternyata teman-teman sekelasnya sudah berkumpul di sisi kanan dan tampak Ruby, Shasa mengatur tempat duduk mereka. Andika dan trio usilpun langsung mendapatkan kursi di hall resto Z. " Dhika, mana si kuncung kok gak muncul, ntar ini hanya Prank  !!",  teriak Cila memecah keseruan obrolan siswa-siswa VII A. "Tenang, jangan khawatir ", tukas Dhika sambil tersenyum manis. " Halah, mana mungkin si Kuncung berani muncul, emang dia mampu mentraktir kita semua, bundanya hanya seorang guru dan mereka sangat miskin mana mungkin....", sahut Ita. "Ya benar, gaes...kalau 10 menit lagi si kuncung tidak muncul biar aku yang traktir kalian semua " kata Yuni sambil mengibaskan rambutnya dan menebar senyuman.
        Tiba-tiba sebuah mobil mini cooper memasuki halaman resto dan sontak keriuhan terhenti melihat sosok yang keluar dari mobil itu. Mereka terbelalak karena Candy yang biasanya tampil tomboy saat ini melangkah anggun dengan dress merah dan rambut digulung seperti korea look dan disampingnya lelaki bule mengandeng bunda Candy. Bundanya menyapa ramah seluruh teman -teman Candy dan mempersilahkan duduk.
         " Thanks so much, kalian semua mau hadir di sini. Mungkin ini pertemuan terakhir Candy dengan teman-temannya karena bulan depan kami akan harus meninggalkan tanah air untuk berkumpul bersama Daddy Candy yang stay di Reuver. Terima kasih telah menjadi teman-teman terbaik bagi putri kami, mohon maaf kalau selama ini Candy sudah menyusahkan dan menjadi hambatan bagi kalian ", kata Bunda Candy .Â
        "Bedankt voor alle aandacht voor onze dochter, sorry en tot de volgende keer. God zegene ", lanjut Daddy_nya dan Candy langsung menterjemahkan "Terima kasih atas semua perhatian kepada putri kami, mohon maaf dan sampai bertemu di lain waktu. Tuhan memberkati.  Guys, ini Daddy aku dan terima kasih atas semua pelajaran dan pengalaman hidup yang luar biasa ,  tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku, kalian semua luar biasa dan sekarang silahkan menyantap makanan yang telah disiapkan ". Sontak semua anak bergegas menyerbu makanan di depan meja mereka masing -  masing, hanya raut muka ketiga gadis itu tiba-tiba pucat dan seolah tidak mampu menelan semua makanan di depan mereka. Â
        'Ternyata Candy punya Daddy lho....dan dia tidak pernah menunjukkan rasa sakit hati kepada kalian jadi  ini saatnya kalian mengubah cara hidup menjadi lebih baik ", tukas Dhika di depan ke tiga gadis itu sambil mencomot potongan besar pizza dan meninggalkan mereka untuk bergabung dengan teman-teman yang lain. Pelan - pelan ketiga gadis itu berjalan keluar dari ruangan dan menghilang entah kemana.
Karya :
Caecilia Amanda Shanty Widyawati Sandy
Kelas VII AÂ / 07 ( SMPK Mardiwiyata 2 Malang )
"Dank aan mijn geliefde moeder en vader die me altijd motiveren en met heel mijn hart van me houden. Ik hou van jullie."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H