Ajeng setengah berlari dan bergegas masuk ke lift yang berada di lantai dasar sekolahnya. Tanpa diduga seorang cowok menyenggolnya sehingga buku yang dipegang Ajeng terjatuh di lantai. " Hei hati -- hati dong, emang dimana sich matamu, " runtuk Ajeng. Cowok itu langsung mengambil buku yang terjatuh menimpa kakinya dan menyerahkan kepada Ajeng sambil tersenyum dan mereka berdua cepat-cepat masuk ke lift yang menuju ke lantai 3. Saat di dalam lift Ajeng  merasa tidak suka karena cowok itu  tetap saja memandang wajah Ajeng. Tidak tahan dipandang terus Ajeng  menegur cowok itu. " Kenapa sich dari tadi kamu melihat ke arah aku terus.
 Berjalan sembarangan, sekarang malah melihat wajahku terus, tahu nggak itu tidak sopan, " semprot Ajeng kepada cowok di depannya. "Maaf, sekali lagi maaf ya, aku tidak sengaja kok", jawab cowok itu  dan membuat mata Ajeng melotot. Sampai akhirnya sampai di lantai 3  Ajeng bergegas keluar  sambil berkata, " Dasar cowok aneh ". Cowok itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.        Â
 Ajeng segera menghampiri sahabatnya Alya tentang pertemuan dengan cowok misterius yang membuatnya kesal. Tetapi Alya hanya tertawa melihat Ajeng yang selama ini dikenal sebagai ketua osis yang cukup pendiam, tegas dan acuh kepada cowok tiba-tiba bercerita tentang cowok misterius.Â
Tetapi obrolan terhenti karena mereka harus menyiapkan acara perpisahan dengan kepala sekolah terlebih putra dari Ibu Kepala Sekolah akan menyumbangkan suara emasnya. Alya sebagai sie acara membuka acara dan puncak acara adalah penampilan dari putra kepala sekolah. Deg..... Ajeng terkejut saat layar podium terbuka karena ternyata cowok yang berada di balik Piano dan masih saja memakai kaca mata hitamnya adalah cowok yang membuatnya kesal tadi. Cowok itu begitu fasih memainkan piano dan menyanyikan lagu yang sedang ngetren saat ini. Tetapi entah mengapa suara lembut cowok itu membuat hati Ajeng  berdebar -- debar tidak karuan. Antara bangga bercampur malu karena ternyata cowok misterius itu adalah Nando putra Ibu Kepala Sekolah.     Â
Di akhir 2 lagu yang dibawakan, cowok itu menyampaikan terima kasih kepada sekolah, guru -- guru dan semua siswa dan meminta maaf karena Bundanya harus meninggalkan sekolah untuk mendampingi dia melanjutkan studynya karena mendapat Beasiswa melanjutkan pendidikan di Netherland. Tetapi karena keterbatasan penggelihatannya maka Bundanya harus menjadi shadownya. Ajeng semakin merasa bersalah dan tak terasa air matanya jatuh dari sudut matanya. Setelah Nando dan Ibu Kepala sekolah turun dari podium, Ajeng segera menghampiri Nando, " Maafkan saya ya sudah salah paham dan memaki-maki kamu sejak dari lantai dasar. Aku tidak tahu kalau kamu benar-benar tidak sengaja menabrak dan kamu juga tidak bermaksud memandangi aku sewaktu di dalam lift".Â
Nando hanya tersenyum, "Tidak apa -- apa Ajeng, aku sudah sering mengalaminya tetapi bagiku itu bukan masalah tetapi suatu tantangan dan kenyataan yang harus aku terima dengan segala kekuranganku". Ibu kepala sekolah yang berada di dekatnya memeluk Ajeng dan berpesan," Ajeng  tetap semangat dan berprestasi, semoga kamu juga bisa mendapatkan beasiswa seperti Nando ". Hari ini Ajeng benar -- benar mendapatkan pengalaman berharga dalam hidupnya bahwa kita tidak boleh menilai seseorang dari apa yang tampak di depan mata. Terima kasih Nando
Karya : Caecilia Amanda Shanty Widyawati Sandy
Kelas : VII A -- 07
Note : Terima kasih untuk mas Nando yang telah mengispirasiku untuk selalu mengucap syukur atas anugerah Tuhan.
Malang, 28 Oktober 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H