Mohon tunggu...
Cin Lawe
Cin Lawe Mohon Tunggu... Freelancer - "Belajar menulis dan beropini💪"

Si tou timou tumou tou

Selanjutnya

Tutup

Puisi

November Sendu

12 November 2021   21:12 Diperbarui: 12 November 2021   21:18 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku pulang Ayah. Rindu ini menyesakkan dada. Kaki ini seakan enggan melangkah. Bukankah ayah juga merindukanku? Aku ingin bercerita. Ayo diminum Yah, kopinya masih hangat. Bukankah Ayah suka menyeruput kopi yang panas?

Nyala lilin ini menyayat hatiku yang pilu. Aku membencinya.

Ayah, apakah putri bungsumu ini terlalu banyak berceloteh? Hampir sepuluh menit aku di sini; bercerita banyak hal. Bukankah Ayah suka mendengar ceritaku?

Ayah, kopi sudah dingin. Lillin sudah mencair; tapi engkau bahkan tidak menyapaku; menyeka air mataku; memelukku erat. 

Rindu ini,,, Tuhan!!!

Aku tak mampu menahan sakitnya. Aku tak punya tenaga untuk mengalihkan pandangan dari nisannya. Sungguh aku ingin sekali memeluknya; walau hanya dalam mimpi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun