Aku pulang Ayah. Rindu ini menyesakkan dada. Kaki ini seakan enggan melangkah. Bukankah ayah juga merindukanku? Aku ingin bercerita. Ayo diminum Yah, kopinya masih hangat. Bukankah Ayah suka menyeruput kopi yang panas?
Nyala lilin ini menyayat hatiku yang pilu. Aku membencinya.
Ayah, apakah putri bungsumu ini terlalu banyak berceloteh? Hampir sepuluh menit aku di sini; bercerita banyak hal. Bukankah Ayah suka mendengar ceritaku?
Ayah, kopi sudah dingin. Lillin sudah mencair; tapi engkau bahkan tidak menyapaku; menyeka air mataku; memelukku erat.Â
Rindu ini,,, Tuhan!!!
Aku tak mampu menahan sakitnya. Aku tak punya tenaga untuk mengalihkan pandangan dari nisannya. Sungguh aku ingin sekali memeluknya; walau hanya dalam mimpi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H