"Kuatlah Putriku, jadilah berani! Karena dunia ini terlalu kejam untuk orang lemah" ucapan itu selalu terngiang di telingaku. Bagai gula yang selalu melengkapi teh, akan pahit rasanya jika gula itu tak hadir. Demikian juga bisikan ibuku, selalu disematkan di akhir bacaan dongeng Oki dan Nirmalanya sebelum aku tidur.Â
Walaupun keluargaku hidup sangat pas-pasan namun aku beruntung hidup di keluargaku. Aku bersyukur punya keluarga yang begitu penuh kasih serta akur. Satu hal lagi yang paling ku kagumi dari keluargaku adalah aku punya ibu yang hebat. Sampai detik ini pendapatku tentang beliau tidak pernah berubah.Â
Ibu adalah wanita paling tangguh yang pernah ku temui. Kasihnya yang begitu murni juga pengorbanannya yang tiada tara membuat aku bisa berdiri seperti sekarang ini. Menjadi seorang dokter yang bisa membuat ibu bangga, satu dari sekian orang yang berasal dari kampung halamanku.
Ibu yang selalu membuatku tampil dimanapun itu bahkan rela bersusah payah kerja demi memberikan yang terbaik untuk pendidikanku. Ibu yang tidak pernah membiarkan aku sedih karena melihat kawanku memiliki mainan baru sementara aku tidak. Beliau begitu peka terhadap kami anak-anaknya.Â
Mati-matian dia membahagiakan kami dan tak mengijinkan kami diejek oleh kawan-kawan kami lantaran tidak memiliki mainan baru. Pergi kerja subuh pulang sore serta tak lupa mengerjakan pekerjaan rumah sampai malam menjelang. Tak kenal lelah, senyum lebarnya selalu tersemat di balik wajah manisnya
Kekuatan itu jugalah yang menjadi panutanku selama aku hidup. Aku ingin menjadi seperti ibuku.dan aku juga ingin anakku kelak bangga punya ibu seperti aku. Aku beranjak dewasa dan tumbuh menjadi wanita yang pantang menyerah. Wanita yang selalu berjuang untuk apapun yang diinginkannya. Aku pikir aku sudah cukup kuat untuk tumbuh menjadi seorang wanita sampai ada titik dimana kekuatanku sendiri di uji. Kekuatanku untuk menyerupai ibu diuji saat aku tengah mengakhiri masa studiku sebagai dokter.
Saat itu aku sedang menjalani pendidikan di departemen bedah, salah satu bagian paling berat selama aku menjalani pendidikan di rumah sakit. Sudah dua tahun belakangan ini aku mengalami nyeri di perut kanan bawah namun belakangan ini terasa begitu sakit bahkan aku sampai tidak bisa berjalan.Â
Sedikit pergerakan membuat aku merintih kesakitan setengah mati. Pada akhirnya aku tahu aku menderita Spondylolistesis (pergeseran tulang belakang) dan pergeserannya sudah berada di grade 3. Jika sudah sampai di grade 4 dan 5, maka aku bisa lumpuh selamanya sebab pergeseran tulangnya sudah hampir seluruhnya dan menjepit saraf yang  bisa mengakibatkan kerusakan permanen.
Tidak boleh jongkok, tunduk atau memuntirkan badan. Terlalu banyak larangan yang harus ku patuhi. Aku juga tidak dianjurkan berolahraga kecuali renang. Bagaimana tidak, tulang belakangku akan dipotong sebagian dan sendi antar tulangnya akan diganti dengan yang buatan serta akan dipasang logam titanium untuk menopang agar tulangnya tidak bergeser lagi. Logam itu akan ada di tubuhku seumur hidup.