Dalam era Globalisasi, digitalisasi semakin berkembang pesat entah di bidang edukasi, ekonomi, serta sosial budaya. Masyarakat dituntut untuk selalu serba bisa dalam segala aspek digital, salah satunya bertujuan untuk membantu meningkatkan kualitas produk serta memperluas jangkauan pasar konsumen. Selain itu juga, efek pandemi ini menjadikan beberapa orang merasa kesulitan untuk memperluas pasar secara offline karena minimnya mobilisasi akibat pandemi COVID-19 yang tak kunjung usai hingga hari ini.
Maka dari itu, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Jember (UNEJ)menerjunkan lebih dari 3000 mahasiswa untuk membantu meringankan permasalahan para pemilik UMKM yang macet usahanya akibat adanya Pandemi serta mendorong UMKM untuk semakin inovatif dalam pengembangan produk, menaikkan kualitas dan penambahan minat konsumen.
KKN tahun ini terasa lebih berbeda karena LP2M UNEJ sengaja menerjunkan mahasiswanya kembali ke desa masing-masing karena masih tingginya angka penyebaran COVID-19, tetapi mahasiswa tetap diarahkan untuk fokus mendampingi UMKM secara online maupun offline. Acara KKN ini diberi nama yaitu KKN BTV (Back To Village) III UNEJ.
Salah satu tematik yang diangkat oleh LP2M dan memiliki banyak peminat pada saat kegiatan KKN BTV III UNEJ ini yaitu Program Pemberdayaan Wirausaha Terdampak COVID-19. Lebih dari 75% mahasiswa UNEJ memilih tematik ini dengan harapan semua UMKM yang terbengkalai akibat pandemi dapat didampingi dan teredukasi lebih baik lagi. Bertepatan juga, saya selaku mahasiswa KKN UNEJ diterjunkan di desa asal saya sendiri yaitu Desa Sumberrejo, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, jawa Timur.Â
Desa saya berada di daerah pesisir pantai paling selatan di Kabupaten Jember. Pantai Watu Ulo, Pantai Tanjung Papuma dan Pantai Payangan adalah beberapa contoh destinasi wisata yang tak pernah sepi dari pengunjung setiap tahunnya.Â
Tak sedikit remaja dan ibu rumah tangga berlomba untuk mencari penghasilan dari bidang perdagangan online maupun offline. Barang yang ditawarkan pun bermacam, mulai dari kebutuhan primer, sekunder dan jasa mereka tawarkan. Akses sinyal telepon yang sudah dapat dijangkau dengan mudah, menjadikan masyarkat Sumberrejo terus berusaha mengikuti ketertinggalan digitalisasi agar dapat bersaing dengan masyarakat lainnya.
Sasaran yang saya dampingi adalah salah satu contoh UMKM yang memasarkan produknya secara online serta offline. UMKM ini memiliki produk unggulan yaitu Nugget Homemade (nugget buatan rumahan). Terbuat dari daging ayam asli serta rempah rempah yang khas, rasanya bisa dibilang bisa bersaing dengan nugget-nugget yang dijual oleh supermarket atau mall besar.Â
Tetapi semenjak adanya COVID-19 yang kembali memuncak kasusnya sedari awal tahun 2021 ini, pemilik UMKM, ibu Siti Mualifa mengeluh bahwa setelah meningkatnya kasus positif COVID-19 banyak dari kalangan pedagang yang merasa rugi karena produk mereka tidak dapat dipasarkan akibat minat konsumen semakin menurun, ditambah juga dengan keadaan ekonomi yang ikut menurun menjadikan rasa konsumtif masyarakat pun turut terdampak.Â
Proses produksi pun menjadi tidak teratur, karena apabila tetap dilakukan produksi tiap harinya dan produk tidak dapat di pasarkan maka resiko kerugian akan semakin besar, salah satunya kerusakan produk menjadi busuk atau berair karena terlalu lama berada di lemari pendingin. Dengan adanya pendampingan ini, saya menyampaikan beberapa kiat strategi dan program kerja saya untuk menghidupkan kembali proses produksi dengan hemat biaya tetapi pendapatan bisa semakin ditingkatkan.Â
Saya mencoba untuk bertukar pikiran mengenai inovasi bahan baku. Yang di awal nugget homemade ini hanya menggunakan daging ayam saja, dalam proker saya akan menambahkan udang dan ikan yang dapat dijadikan sebagai opsi selanjutnya untuk pemakaian bahan baku dagingnya. Selain inovasi bahan baku, saya juga mengarahkan adanya inovasi bentuk produk agar produk lebih kelihatan memiliki banyak pilihan serta dapat memenuhi kepuasan konsumen.Â
Beberapa bentuk yang saya usulkan antara lain nugget bentuk bulan, nugget bentu kotak, nugget stick dan sebagainya. Respon yang saya dapat pun positif dari pihak pemilik UMKM.
Hampir setiap pagi saya pergi kerumah Sasaran untuk memantau apakah program kerja saya berjalan, Pemilik UMKM yang kooperatif lebih memudahkan saya untuk bergerak tanpa mengurangi rasa hormat saya terhadap Pemilik UMKM selaku sasaran.
Pada awal-awal KKN, saya mengajak sasaran untuk membeli daging ayam dan membeli beberapa rempah-rempah dapur seperti bawang ptuih, ladaku dan royco. Setelah selesai membeli semua bahannya, Sasaran membersihakan daging ayam lalu mencincangnya kecil-kecil karena daging tersebut akan di haluskan. Setelah selesai mencingcang, daging tersebut diberi bumbu rempah-rempah, bawang putih yang telah dikupas, royco dan ladaku.Â
Ketika adonan sudah matang dan tinggal di iris kecil-kecil, disitu saya mulai menerapkan inovasi bentuk produk. Bentuk awal produk yang masih sederhana seperti uang logam dibuat lebih bervariasi lagi. Disitu saya menggunakan alat cetakan kue yang berbentuk bulan untuk mendapatkan bentuk mirip bulan, dan yang lainnya dibentuk seperti stick dan kotak.Â
Kegiatan offline dan online saya usahakan sama-sama seimbang, agar penyampaian serta program kerja saya terlaksana sepenuhnya. Di masa KKN, setiap minggunya saya mengadakan 2x pertemuan secara online melalui ZOOM Meeting dan secara offline bersama dengan sasaran dan peserta kelas.Â
Setiap pertemuan memiliki pembahasan yang berbeda serta saya selaraskan dengan program kerja saya. Saat kelas online berlangsung, semua peserta dapat mengikuti acara dengan tertib dan teratur. Sama dengan kelas online, ketika kelas offline berlangsung para peserta kelas KKN dapat dengan gamblang berbagi pendapat serta melakukan tanya jawab dengan jelas guna membuat realisasi program kerja yang lebih menyeluruh.Â
Menurut pengakuan dari peserta yang saya beri pendapat mengenai penyampaian materinya cukup jelas atau tidak, mereka menjawab bahwa materi edukasi yang saya berikan cukup bermanfaat serta membuat mereka merasa lebih mengerti tentang arti UMKM yang sesungguhnya. Perjalanan KKN cukup menarik dari awal hingga akhir, semua ilmu dan proses saya jalani secara perlahan, bertahap serta berurutan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H