Mohon tunggu...
Agnes Cellyana
Agnes Cellyana Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer; a wife.

A housewife with a wide grin who tries her best for her little lovely family.

Selanjutnya

Tutup

Love

Senjata Makan Tuan Psikologi: Silent Treatment

8 April 2022   21:53 Diperbarui: 8 April 2022   22:05 2593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kita kesal dengan orang di sekitar kita dan memutuskan untuk mendiamkan mereka?

Jika jawabannya pernah, alangkah baiknya jika kita mengenal sikap yang dinamakan silent treatment.

Psikologi memperkenalkan silent treatment sebagai suatu sikap di mana kita mengabaikan atau bahkan menganggap orang yang bermasalah dengan kita itu tidak ada. Saking dendam dan kesalnya, sikap ini bisa berlarut sampai hitungan hari bahkan bulan.

Silent treatment biasanya merupakan tanda bahwa kita ingin menghindari konflik dan tidak tahu cara menyelesaikan masalah atau mengungkapkan perasaan. Di sisi lain, kita juga menggunakan silent treatment sebagai hukuman bagi sasaran kita agar orang tersebut merasa bersalah.

Jika dibiarkan, efeknya bagi hubungan (baik dengan pasangan, keluarga ataupun teman) sangatlah buruk. Dilansir dari halodoc.com, sikap ini dapat membuat orang yang terkena silent treatment menjadi rendah diri dan merasa diabaikan dikarenakan lawan bicaranya enggan menyelesaikan konflik. Ini kelak akan menjadi bom waktu bagi si lawan bicara karena ia merasa konfliknya belum selesai, sedangkan orang yang melakukan silent treatment akan menganggap masalahnya selesai begitu saja.

Terus, kalau kita sebal sama orang itu dan kita memang lagi gak mau ngomong dengan dia, gimana dong?

Psikolog mengatakan kita bisa melancarkan 'gencatan senjata', misalnya dengan meminta waktu kepada orang lain untuk menenangkan diri dalam jangka waktu tertentu dan menjanjikan rekonsiliasi hubungan, bukan mendiamkan dan mengajak berbicara sesuka hati kita saja, bahkan berbicara seolah tidak terjadi apa-apa.

Saya aktif di platform Quora, dan saya banyak menemukan orang yang curhat karena terkena silent treatment, kebanyakan oleh pasangannya. Mereka yang menjadi sasaran silent treatment merasa bingung, sedih, tidak berharga sehingga mereka terpaksa bertanya apa solusinya kepada orang-orang asing di Quora. Biasanya mereka sudah mencoba mengajak damai, tapi lawan bicaranya menutup mulut. Hal ini menurut saya sudah gawat, karena saking putus asanya, orang jadi bertanya kepada orang asing dibandingkan kepada pasangannya. Ya wong didiamkan kok, rasanya percuma saja bicara panjang lebar.

Masih bagus jika hanya berkeluh kesah di Quora. Ada yang nekat berselingkuh, serta meminta putus atau cerai dikarenakan permasalahan yang menumpuk dan partner tidak bisa diajak diskusi. Rugi bandar bukan? Hanya gara-gara sikap kita yang kurang dewasa, kita kehilangan orang yang berharga dari sekeliling kita. Masalah tidak selesai, hubungannya berantakan.

Untuk kita yang seringkali melancarkan aksi silent treatment, cobalah untuk legowo, belajar menerima kekurangan diri dan orang lain dan memulai diskusi dengan orang yang bermasalah dengan kita. Setiap hidup kita pasti ada masalah dan ada jalan keluarnya, kecuali jika kita diam-diam saja seperti ikan mati yang akhirnya hanyut terbawa arus. Ribut sedikit tidak apa, bahkan mungkin akan ada hubungan yang tidak membaik sepenuhnya, tetapi setidaknya ada penyelesaian dari permasalahan yang terjadi. Ada harga atas semua perbaikan.

Jangan biarkan silent treatment menjadi senjata makan tuan bagi kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun