Mohon tunggu...
agnes dwi radiktiani
agnes dwi radiktiani Mohon Tunggu... -

Aku seorang administrasi di perusahaan swasta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bu Rahma Sosok Guru yang Memberikan Seluruh Hidupnya Untuk Anak -Anak Cacat

6 November 2012   10:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:53 2019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pahlawan itu apa sih menurut kalian? Kalau pahlawan kemerdekaan harusnya kita udah tahu ya? Seharusnya kita sudah mendapatkan pengetahuan itu dalam pelajaran sejarah di sekolah. Tapi itu waktu masa perjuangan kemerdekaan RI. Mereka layak untuk disebut pahlawan. Nah bagaimana di era modern seperti sekarang ini ? Apakah kalian tahu tentang arti seorang pahlawan ? Apakah kalian tahu bahwa sebenarnya di sekitar kita banyak sekali sosok yang bisa disebut sebagai seorang pahlawan? Misalnya saja guru. Hehehehehe siapa yang tidak kenal dengan guru yang mendapat julukan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa? Tentunya ini bukanlah gelar yang baru lagi bukan dan tak asing di telinga kita. Tapi lebih dari itu semua, aku mengenal sosok guru yang telah memberikan segala yang ia miliki untuk orang lain. Semuanya termasuk hidupnya. Dialah Bu Rahma. Pendiri sebuah Panti Asuhan Cacat Ganda yang bernama Al-Rifdah di daerah Tlogomulyo Semarang. Inilah yang akan aku ceritakan sekarang. Kisah tentang kebesaraan dan kemuliaan hati seorang guru dengan pengorbanan yang teramat besar bagi banyak anak yatim piatu dengan keterbelakangan mental.

Nama lengkapnya adalah Rahma Faradila. Panggilannya adalah Bu Rahma. Dia adalah seorang guru dari sekolah swasta SMA Pandanaran. Selama bertahun-tahun ia mengabdikan diri di sekolah tersebut. Kecintaannya terhadap anak-anak tak hanya di sekolah saja. Bahkan sampai di rumah dan di lingkungan masyarakat lainnya, rasa kasih sayangnya terhadap anak-anak membuatnya sering merasa tidak tega melihat anak yang mengalami sakit, cacat dan keterbelakangan mental apalagi sampai di buang oleh orang tuanya sendiri. Tahun 2006 Inilah yang menjadi awal perubahan arah hidup Bu Rahma hingga sekarang. Awal cerita yang aku tahu, Bu Rahma menemukan seorang anak cacat yang di buang oleh orang tuanya di pinggir jalan. Anak itu sangat kelaparan hingga ia memakan apa saja yang ada di hadapannya. Rasa sayang terhadap seorang anak membuat Bu Rahma tak tega melihat keadaan yang seperti itu hingga akhirnya ia membawa anak tersebut di rumahnya untuk kemudian di rawat. "Penyebar bibit penyakit" seperti itulah yang dipikirakan oleh tetangga-tetangganya. Mereka tak suka melihat apa yang dilakukan Bu Rahma yakni membawa anak keterbelakangan mental ini ke rumahnya. Warga merasa sangat terganggu dengan kehadiran anak tersebut. Takut kalau menyebarkan bibit penyakit. Hingga akhirnya Bu Rahma di usir dari rumah tempat tinggalnya. Inilah awal perjuangan hidup Bu Rahma untuk merawat anak-anak dengan kebutuhan khusus. Ia yang hanya bekerja sebagai seorang guru, bingung mencari tempat tinggal untuknya dan anak-anak yang akan ia rawat. Saat itu uang yang ia miliki hanya Rp 20.000.000,-. Sedangkan untuk membeli rumah yang sekarang ia tempati ia harus membayar Rp 95.000.000,-. Itulah kata Bu Rahma sewaktu aku berkunjung ke panti nya saat Bulan Ramadhan kemarin. Sambil menunggu waktu buka puasa, tanggal 5 Agustus lalu aku bersama teman-temanku berbincang-bincang dengan Bu Rahma dan bermain dengan anak-anak panti.

Aku cukup terkejut dengan pernyataan Bu Rahma. Namun ia sangat bersyukur karena sang pemiliki tanah mengijinkannya untuk membayar tanah tersebut dengan mencicilnya. Tapi jangan salah ya? itu hanya untuk tanahnya saja. Belum biaya untuk membangun rumahnya. Dengan biaya material, tukang dan lain-lain saat ini beliau masih mempunyai hutang biaya cicilan sekitar Rp. 56.000.000. Itu semua hanyalah permulaan awal. Selain terkendala dalam biaya pembelian tanah dan pembangunan rumah, Bu Rahma juga harus berusaha mencari uang untuk membiayai kelangsungan hidup anak-anak asuhnya. Menjadi pengelola Panti asuhan cacat ganda memang memerlukan mental yang kuat dan kesabaran yang luar biasa. Itulah yang sekarang dipegang oleh Bu Rahma. Walaupun ia disisihkan dan dicap sebagai pembawa penyakit di kampungnya yang dulu, namun ia tetap berkeyakinan kuat untuk memberikan seluruh hidupnya untuk merawat anak-anak asuhnya yang sekarang. Setelah panti asuhan Cacat Ganda ini berdiri, sekarang ada 19 anak yang menghuni panti Asuhan Al Rifdah. Ada beberapa dari mereka yang merupakan hasil dari razia Satpol PP. Kalau dari Bu Rahma nya sendiri sih dengan senang hati menerima mereka dan merawatnya. Bu Rahma memberikan pandangan hidup yang berbeda yakni setiap orang itu berhak untuk mendapatkan kasih sayang baik itu anak yang sempurna maupun tak sempurna.

Untuk merawat anak-anak ini, Bu Rahma didampingi oleh 4 orang yang di bayar Rp 2.000.000,- setiap bulannya. Bisa kalian bayangkan bagaimana usaha Bu Rahma untuk mendapatkan uang? Begitulah, ia berkerjasama dengan suaminya yang sekarang bekerja di Kalimantan. Tak sampai disini, Bu Rahma juga harus membeli obat-obatan khusus dan perlengkapan khusus bagi anak-anak asuhnya. Kenapa seperti itu? Sebab beberapa dari anak asuh Bu Rahma memiliki penyakit yang seperi epilepsi, lumpuh dan sebagianya.

Lihat foto di atas. Ada sebagaian anak yang tak mampu berdiri bahkan duduk karena lumpuh. Untuk merawat mereka, Bu Rahma menghabiskan uang sekitar Rp. 4.000.000 untuk makanan. Sedangkan Ada 5 anak penderita epilepsi yang membutuhkan obat khusus yang harganya Rp. 170.000 perbotol/anak/minggu (total Rp. 850.000/minggu). Selain itu susu yang diperlukan masing-masing anak berbeda satu sama lainnya tergantung dari usia dan jenis penyakit. Di total kebutuhan akan susu setiap harinya adalah 6 kaleng atau 37 dus susu. Tak cukup sampai disitu, Bu Rahma juga membutuhkan box untuk tidur anak asuhnya. Bu Rahma masih kekurangan 9 box lagi yang harga per boxnya Rp. 2.500.000. Bu Rahma menyatakan, bersama dengan empat pengurus panti asuhan Al-Rifdah lainnya, ia mengaku ikhlas meskipun setiap bulan mewakafkan tenaga, pikiran, sekaligus uang ratusan ribu rupiah demi membesarakan anak-anak cacat fisik tersebut. Menurutnya, dengan cara ini ia merasa bisa mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepadanya. "Dibandingkan dengan anak-anak cacat ganda itu, saya bersama pengurus lainnya masih diberi kesempurnaan fisik, walaupun kami sebenarnya berasal dari warga tidak kaya," ujar perempuan yang sudah bergelut dalam bidang sosial sejak usia 23 ini. Meskpun dengan berbagai keterbatasan, lanjut Bu Rahma, usaha untuk membesarkan anak-anak itu sudah berjalan lima tahun walaupun lika-likunya juga banyak. "Tapi Alhamdulillah, meskipun catat, tapi aturannya gampang, lebih mudah dari pada anak-anak normal, hanya saja harus diperhatikan lebih karena keterbatasan fisik," kata ibu beranak satu ini. Aku hanya tertegun mendengar setiap penuturan Bu Rahma. Ya Allah betapa mulianya hati wanita di depanku ini. Ia memberikan segala yang ia miliki demi orang lain. Walau di usir di sana sini namun ia tak lantas menyerah begitu saja. Aku juga baru tahu bahwa ia sempat memindahkan Panti asuhannya gara-gara lingkungan sekitar tidak mendukung. Namun berkat usaha dan kerja kerasnya, akhirnya sekarang ia menemukan tempat di Tlogo mulyo yang hingga detik ini, masih berdiri dan menjadi tempat tinggal mereka semua. Memang bukan sebuah bangunan rumah yang besar namun bagi Bu Rahma asalkan mereka tak kehujanan dan kepanasan itu sudah cukup.

Disinilah banyak hal yang akan membuat kita lebih memaknai akan arti kehidupan. Mulai dari usaha, kerja keras, pantang menyerah, lebih bersyukur, dan masih banyak lagi. Bu Rahma menjadi sosok pahlawan di daerah Semarang.

Aku tak ingin melebih-lebihkan dalam hal ini, namun inilah realita kenyataan yang ada. Bagi Bu Rahma inilah cara mensyukuri hidup. Asalkan semua dengan niat yang baik dan disertai hati yang ikhlas, semua hal yang akan kita lakukan akan terasa sangat menyenangkan. "Aku akan terus berusaha untuk anak-anakku."

Fisik mereka memang cacat, namun hati mereka tidak

Jadi setelah kalian melihat sosok Bu Rahma yang sederhana namun berhati sangat mulia , apa yang ada dalam pikiran kalian sekarang? Cobalah mulai lihat kebelakang kita. Ada banyak sekali sosok pahlawan di sekitar kita tanpa kita sadari. Inilah cara pahlawanku yang satu ini untuk berjuang dalam hidup. Bukan hanya untuk hidupnya namun juga hidup banyak anak-anaknya. Bagi kalian yang ingin bertemu dengan sosok pahlawanku yang satu ini dan langsung bertemu dengan anak-anak manis di Panti, silahkan langsung berkunjung ke Jalan Tlogomulyo, Pedurungan, Semarang. Di sebuah rumah yang memang agak jauh dari rumah lainnya inilah mereka berada. Walau berada agak jauh dari rumah lainnya, Bu Rahma tetap mengusahakan perawatan kesehatan yang layak dan pendidikan bagi mereka. Sekolah itu penting hehehehe gitu katanya. Jadi bagi yang terbuka hatinya, ayo bersama sama kita bantu Bu Rahma? Jangan hanya duduk diam dan bersikap egois dalam hidup. Okey ? Aku sangat senang sekali bisa mengenal sosok yang satu ini. Dia mengajarkanku banyak hal. Selain bisa belajar dari sikap beliau, disana aku juga bisa bermain dengan anak-anak panti yang tetap terlihat ceria meski kondisi mereka dalam keadaan yang kurang sempurna. Lihat video di bawah ini. Video ini diambil ketika aku dan teman-temanku berkunjung ke Panti Asuhan Cacat Ganda Al-Rifdah. http://youtu.be/m5foHakcnME Bu Rahma adalah sosok pahlawan masa kini. Ia benar-benar berjuang untuk orang lain. Bukan di jalan yang buruk namun jalan yang penuh kasih dan cinta. Tanpa Bu Rahma, mungkin sampai sekarang banyak sekali anak-anak cacat tanpa orang tua di jalanan kota Semarang. Walau ia dalam posisi yang sulit, ia senantiasa tersenyum dalam kondisi apapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun