Aku adalah anak dari seorang Ibu yang bisa di bilang sebagai aktivis sosial. Bukan aktivis yang aneh-aneh kok apalagi berhubungan dengan hukum negara. Namun ibuku adalah seorang pecinta binatang. Rasa cinta ibuku terhadap binatang, bahkan berujung pada kepeduliannya merawat binatang liar di jalanan. Liar disini yang di maksud bukan seperti binatang buas tapi lebih tepatnya binatang yang tidak dipelihara oleh masyarakat. Binatang apakah yang di maksud disini? Binatang itu adalah kucing liar. Coba pikir, bagi kita yang hidup di perkotaan namun di wilayah perkampungan akan sering melihat banyak kucing liar berkeliaran bukan? Semakin kucing liar tersebut dibiarkan maka jumlahnya akan semakin banyak. Tak heran jika akhirnya perkampungan penduduk akan semakin dipenuhi dengan kucing yang tak memiliki majikan. Hal inilah yang menarik minat ibuku untuk terjun langsung menangani dan mengurus kucing liar ini. Tak usah jauh-jauh yakni di wilayah perkampungan rumahku sendiri. Tentunya kalian heran bukan bagaimana wujud kepedulian ibuku terhadap kucing-kucing liar ini? Tentunya dengan rutin memberikan makan kepada kucing-kucing ini. Cara yang dilakukan ibuku memang terbilang aneh. Ia selalu meletakkan tempat makan alias piring plastik yang berisi nasi yang di campur dengan pindang di depan pintu rumah bagian belakang. Namanya juga seekor kucing, jika diberi pasti datang lagi dan inilah awal permulaan rumahku penuh dengan kucing. Pernah kah kalian membayangkan hidup satu rumah dengan 6 ekor kucing sekaligus? Udara terasa sumpek, pengap dan hawanya gak enak. Walaupun kucing-kucing tersebut terurus namun tetap aja yang namanya binatang pasti membawa kuman. Kita yang manusia aja juga kok hehehehe. Tapi bayangin ya? Dalam 1 rumah di tempati oleh 6 ekor kucing bersama 4 orang manusia yakni ibuku, ayahku, kakakku dan aku. Haduh rasanya penuh. Untung kuman di udara tidak terlihat langsung oleh mata. Coba bayangin kalo bisa dilihat langsung OMG pasti rumahku tambah penuh kali ya? Ibuku tak mau merampas kebebasan kucing-kucing itu. Jadi mereka tidak di tempatin dalam kandang namun dibiarkan lepas begitu saja di dalam rumah. Tak hanya di lantai, terkadang mereka bermain di samping komputer, masuk ke helm (maklum masih anak kucing jadi kecil dan muat hehehe) hingga tidur di kasur. Ini kucing yang bernama Tenglik yang lagi main di dalam helm
Ini Doli dan Tenglik tidur di kasur
Anak kucing ini main di samping komputer Dan masih banyak lagi tempat dimana nih para kucing yang tadinya liar jadi rumahan di rumahku. Bahkan tak hanya anak kucing ini. Ada kucing yang ngelahiriin di rumahku. Anaknya 3 lagi. Haduh haduh. Di tambah 2 ekor kucing lagi yang kadang datang ke rumah kadang pergi.
3 ekor anak kucing liar tidur di rumahku
Anak-anak kucing lagi main di atas radio
Asyiknya nih kucing tidur di kasur Ayahku tak pernah melarang kegiatan sosial yang dilakukan ibuku begitu juga aku dan kakakku. Kami juga menyukai kucing. Melihat tingkah lucu mereka terkadang membuat kami merasa geli dan tidak tega untuk menelantarkannya di jalanan. Lagian hidup juga harus saling tolong menolong bukan? Tak hanya antar manusia donk. Binatang juga perlu di bantu kan sama -sama mahluk sosial. Tak jauh dari itu, sepertinya aku juga pernah mendengar kata bijak seperti ini "Kehormatan suatu bangsa dapat dinilai dari bagaimana bangsa tersebut memperlakukan binatang" hehehehehe tapi aku lupa dari mana kata itu.
Cinta Binatang Walau kami sekeluarga sama-sama berkomitmen untuk memelihara kucing liar tapi tetap saja kesehatan juga penting. Apalagi seperti yang telah kita ketahui bersama kucing liar tentunya membawa kuman dan
virus kan? Dan ternyata benar. Setelah 1 tahun melakoni kehidupan sebagai pemelihara kucing liar, kakakku terkena
asma. Awalnya kami gak tahu termasuk juga dia. Kalo denger suara batuknya tiap malem aku mulai curiga. Terus siang hari beneran deh dia kesuliatan nafas. Langsung di bawa ke Rumah Sakit untuk diperiksa. Alhasil dia positif terkena asma. Untuk mencegah hal tersebut kedua untuk yang kedua kalinya, ayahku mulai berfikir cara yang tepat untuk melindungi keluargaku dari ancaman virus dan kuman di udara yang tidak nampak langsung oleh mata yang mungkin saja dapat menyebabkan aleri serta mengganggu
pernafasan. Setelah bertanya kesana kemari kemudian ayahku bilang mau membeli penetralisir udara. Tapi masih bingung yang seperti apa. Yang pasti harus bisa membunuh kuman di udara untuk mengurangi resiko terjadinya asma ataupun penyakit lain di keluargaku dan bisa di tempatin dimana aja jadi gak memakan tempat yang terlalu banyak di rumah. Pada awal tahun 2012, akhirnya kami sekeluarga sepakat untuk membeli SHARP
Plasmacluster Ion. Setelah mencoba nya beberapa hari, udara di rumah memang terasa berbeda. Tak sepengap dulu lagi. Selain itu ukurannya yang tidak terlalu besar membuat SHARP Plasmacluster Ion menjadi lebih mudah ditempatkan di mana saja.
Semenjak itulah rumah terasa lebih nyaman. Kami juga tak perlu takut lagi terhadap ancaman kuman dan virus di udara. Yang aku sesalkan hanya satu. Kenapa tidak daridulu ya keluargaku pake SHARP Plasmacluster Ion. Kalo tahu rasanya kayak gini, udah dari tahun lalu beli hehehehe dan tentunya kakakku tak akan kena asma,
alergi dan sakit pernafasan lainnya. Inilah yang menjadi pelindung kesehatan keluarga ku sekarang. Tak perlu takut dengan ancaman virus dan kuman di udara. Rumah juga semakin nyaman berkat SHARP Plasmacluster Ion. Bagi kalian yang butuh perlindungan kesehatan dari virus dan kuman di udara SHARP Plasmacluster Ion adalah jawabnnya. Terima kasih SHARP Plasmacluster Ion.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Nature Selengkapnya