Setelah lelah ayahnya kemudian setuju dengan jalan yang ia tempuh, ia kemudian melanjutkan perjalanan hidupnya, dengan pelajaran hidup yang di dapatkan dirinya menjadi lebih mandiri dan sedikit merdeka atas jalan hidup yang ia pilih, seiring berjalan waktu ia tumbuh lebih baik, anak lelaki itu menyempatkan waktu untuk bekerja selepas pulang sekolah hingga larut malam. Karna kegigihanya ia berhasil lulus tanpa hadirnya sosok orangtua yang sebenarna sangat berperan penting dalam perkembangan seorang anak.
Waktu terus berlalu, pikiranya selalu terganggu dan mendorongnya untuk melanjutkan Pendidikan yang lebih tinggi (kuliah), karna banyak mempelajari ilmu teori dan ilmu hidup ia kembali bernegosiasi kepada ayahnya, setelah berbicara panjang bahkan hampir berdebat kemudian sang ayah berkata; "apa kau yakin ingin kuliah? Kuliah itu tidak murah, darimana kau mencari biayanya? Ingin mengendarai apa kau ke kampusmu?", Ia menjawab; "do'akan saja anakmu kelak berhasil menjadi manusia yang membanggakan dan bermanfaat untuk ayah dan semua, bukankan ayah berkata jika rezeki dan maut sudah di tentukan oleh yang maha kuasa? Lantas mengapa ayah takut untuk sekedar mendoakan aku?".
Ayahnya kemudian menyetujuinya dan berkata; "terbanglah seperti elang, pelajari semua yang membuat langkahmu mudah, semoga Cita-cita dan hidupmu berhasil dan selamat".Â
Setelah perjuangan dan ujian tanpa henti anak lelaki itu akhirnya memerdekakan diri, hidupnya dimenangkan oleh dirinya sendiri, semua tujuan hidupnya ia tentukan dengan pikirannya sendiri, ia tumbuh menjadi lelaki dewasa, menjadi lelaki kuat, menjadi lelaki bijak, menjadi lelaki mengerti tantang kehidupan, dan mermanfaat untuk semua orang berkat hati, pikiran dan titah tuhan yang selalu menemani setiap langkahnya.
Terimakasih, Tabik.
(***)
Jakarta- 30 Juni 2022-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H