Mohon tunggu...
Syaiful Arifin
Syaiful Arifin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesantren: Pilihan Tepat Untuk Pendidikaan Anak

27 Juni 2016   23:05 Diperbarui: 27 Juni 2016   23:28 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beragam motivasi para orang tua memondokkan anaknya di Pesantren. Mulai dari ingin anaknya mempunyai akhlaq yang baik, terampil dalam bidang agama, mempunyai kedisiplinan yang tinggi, menjdadi pribadi yang berkarakter dan lain-lain.

Disamping itu ada juga alasan orang tua yang mengirimkan anaknya ke pesantren karena sudah tidak sanggup lagi menjaga anaknya di rumah. Mereka para orang tua khawatir atas pergaulan anak diluar rumah yang sangat rentan masuk pada pergaulan yang tidak baik.

Kita tahu saat ini pergaulan anak sudah sangat mengkhawatirkan dengan banyaknya remaja yang terlibat kasus kriminal mulai dari tauran antar gank, penggunaan narkoba, minuman keras dan hubungan lawan jenis yang sudah tidak dapat dikontrol.

Tentu alasan para orang tua memasukkan anak-anaknya ke pesantren menjadi pilihan yang rasional. Pendidikan di pesantren memang sangat mengedepankan kedisiplinan yang ketat pada para santri. Kalau di rumah seorang remaja bebas menggunakan waktunya untuk apa saja karena orang tua mereka tidak menerapkan aturan yang ketat. Jika pun ada sebagian orang tua yang mnerapkan aturan kepada anaknya, dengan banyaknya kesibukan rumah tangga mereka tidak bisa setiap waktu menjaga atau mengontrol anak-anaknya.

Berbeda dengan di pesantren. Di pesantren ada aturan atau tata tertib yang harus ditaati oleh para santri. Aturan atau tata tertib itu dikawal oleh pengurus dan tidak segan-segan memberi sanksi pada santri yang melanggar. 

Aturan atau tata tertib di pesantren sangat ketat. Dalam tata tertib tersebut diaatur sedemikian rupa kewajiban yang harus ditaati oleh patra santri. Disamping itu juga ada larang-larangan yang tentu tidak boleh dilanggar. Jika peraturan tersebut dilanggar pengurus tidak segan-segan memberikan sanksi sesuai yang tertera di peraturan pesantren. 

Aturan di perbagai pesantren tentu berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan di pesantren terkait. Namun secara umum aturan yang ada di pesantren adalah bagaimana caranya agar para santri fokus belajar dan mengamalkan nilai-nilai islam dengan baik. 

Yang paling sederhana santri tidak boleh keluar pesantren selama 24 jam kecuali mempunyai kepentingan yang dibenarkan oleh pengurus, santri diwajibkan tidur diwaktu yang telah ditetapkan oleh pesantren, santri wajib shalat berjemaah di masjid dan lain-lain. 

Tidak hanya itu, untuk menjaga kedisiplinan pesantren juga menjadwal waktu untuk para santri mulai dari makan, mandi, sekolah dan lain sebagainya. Semua kegiatan selama 24 jam di pesantren diatur sedemikian rupa. Ini tiada lain untuk melatih kedisiplinan para santri.

Kehidupan di pesantren sangat unik. Tradisi pesantren mengharuskan para santri mempunyai sifat hormat pada Kiai dan ustadz-nya. Penghormatan seorang santri pada kiai dan ustadz-nya bukan penghormatan formal seprti pengormatan seorang siswa sekolah pada guru-gurnya. Akan tetapi sebuah penghormatan yang disertai dengan ketawaddu'an. Bahkan ketika yang bersangkutan sudah boyong ke rumahnya mereka masih merasa mempunyai ikatan dengan kiainya, setidaknya sebagai sumber inspirasi dan panduan untuk menjalani kehidupan pribadinya. 

Di pesantren para santri dihadapkan pada persoalan nyata yang terjadi di masyarakat. Bagaimana bergaul dengan sesama baik yang lebih senior atau juniornya dan cara berorganisasi untuk melatih kepemimpinan sehingga diharapkan kelak bisa menjadi pemimpin masyarakat di daerahnya. Hal-hal seperti itu ditempa di pesantren. 

Tidak hanya itu, di pesantren para santri juga terbiasa dengan pergaulan dengan beragam komunitas. Adanya Santri yang berasal dari berbagai budaya dan suku mengharuskan para santri mempunyai rasa toleransi terhadap temannya. Sehingga para santri terbiasa dengan perbedaan dan keberagaman.

Para santri juga diajari berbagai madzhab dalam islam. Madzhab fiqh yang empat yaitu madzhab Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali menjadi kajian sehari-hari para santri. Mereka diajak memahami berbagai madzhab dan argumentasinya sehingga perbedaan madzhab tidak menjadikan mereka sebagai orang yang fanatik. Mereka terbiasa dengan perbedaan itu.

Dengan nilai-nilai yang menjadi tradisi pesantren tersebut diharapkan para santri kelak menjalani kehidupan di masyarakat dengan baik. Dan itu semua sudah terbukti dengan banyaknya alumni pesantren yang berperan ditengah-tengah masyarakat.

Pesantren adalah pilihan yang tepat para orang tua sebagai tempat pendidikan anak-anaknya. Karena di pesantren kedisiplinan, pengajaran agama dan penerapannya, sikap toleransi terhadap perbedaan, akhlaqul karimah dan pembelajaran berorganisasi menjadi perhatian utama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun