Mohon tunggu...
Agung Hidayat
Agung Hidayat Mohon Tunggu... -

aku yang dipatahkan dan mematahkan.\r\nkonsep dunia terkadang sempit, sebatas diperlakukan dan melakukan.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sang Liyan

21 September 2013   19:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:35 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selimutmu menaringku pada gugunya malam daerah sialan, tak jua kudapat apa-apa kecuali tanah duka aku rindu kampungku dan peranakannya dusun tenang. sepi saat subuh, yang ada cuma adzan dan bunyi klontang sisa ronda malam Selimut masih menyemak pada tubuhku dingin, gugunya tubuhku. apa kulinari yang membuat perut lapar? aku rindu kuah santan dan cabai yang padat dan makan di bawah pepohonan rambutan lamak nian. sayup-sayup ku dengar suara mertua Sial, apa aku keburu mental-memental? kampung halaman. perantauan. aku rasa punya hati seorang liyan lidah yang menekur pada bumbu ibu ah! hidup memanglah DEMIKIAN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun