Selimutmu menaringku pada gugunya malam daerah sialan, tak jua kudapat apa-apa kecuali tanah duka aku rindu kampungku dan peranakannya dusun tenang. sepi saat subuh, yang ada cuma adzan dan bunyi klontang sisa ronda malam Selimut masih menyemak pada tubuhku dingin, gugunya tubuhku. apa kulinari yang membuat perut lapar? aku rindu kuah santan dan cabai yang padat dan makan di bawah pepohonan rambutan lamak nian. sayup-sayup ku dengar suara mertua Sial, apa aku keburu mental-memental? kampung halaman. perantauan. aku rasa punya hati seorang liyan lidah yang menekur pada bumbu ibu ah! hidup memanglah DEMIKIAN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H