Mohon tunggu...
Agita Bakti Wardhana
Agita Bakti Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kelontong bodoh, pemalas, tukang modus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Juru Parkir, Malaikat bagi Anak Penderita HIV/AIDS

11 Mei 2017   22:02 Diperbarui: 11 Mei 2017   22:02 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Saya beberapa kali menjelaskan kepada warga sekitar tentang penularan penyakit hiv/aids, namun mereka tetap tidak bisa mengerti dan terus menolaknya. Juga dari pemkot kala itu mengirimkan para penggiat hiv/aids dan dokter untuk melakukan penyuluhan kesini, namun warga tetap tidak mau tahu dan terus melakukan penolakan.” Kenang puger.

Dengan berbagai penolakan yang diterimanya tidak lantas membuat sosok puger dan rekannya menyerah. Ia tetap pada pendiriannya untuk terus bertahan mengurus anak-anak yang berada rumah singgah tersebut.

puger dengan salah satu anak rumah singgah. dokpri
puger dengan salah satu anak rumah singgah. dokpri
Masalah besar lain yang dihadapi Puger adalah ketika anak-anak sudah enggan untuk melakukan pengobatan secara rutin. Perasaan iri dan minder akan teman sejawat lainnya yang hidup sehat membuat anak-anak berpikir demikian. Gangguan psikis dan biologisnya semakin memburuk, akibatnya ada beberapa anak yang depresi dan sering mengurung diri.

“Setiap melihat salah satu anak yang menangis hati saya terasa teriris. Mereka adalah anak-anak yang tidak berdosa, tidak selayaknya mereka menderita penyakit ini.” Tutur Puger.

Ketika mendapati anak yang terlihat mengurung diri puger mendampingi dan terus memberikan motivasi semangat. Bahkan dia menjanjikan sesuatu pada anak-anak ketika mau pergi berobat, misal mengajaknya ke taman bermain ataupun sekedar jalan-jalan ke alun-alun kota. Semua semata-mata dilakukan untuk menyenangkan anak-anak untuk melupakan penyakit yang menyerang dirinya.

Dengan penuh perjuangan puger terus mendorong anak-anak rumah singgah lentera untuk terus bersemangat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, juga mendapat perlakuan yang sama seperti anak pada umum lainnya.

“Saya hanya ingin anak-anak bisa diterima dan mendapat perlakuan yang sama dari masyarakat. Dengan begitu tentu anak-anak akan makin bersemangat dalam menjalani kehidupan.” Ujar Puger.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun