Mohon tunggu...
Agita Bakti Wardhana
Agita Bakti Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kelontong bodoh, pemalas, tukang modus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sukses, Antara Keyakinan dan Keinginan

25 Agustus 2016   16:51 Diperbarui: 27 Agustus 2016   02:14 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi :pixabay.com

Sukses, tentu semua orang menginginkan hal demikian terjadi pada dirinya. Setelah mencapai sukses berarti kita sudah ada dalam titik kepuasan terakhir dalam hidup. Secara deduktif menurut pemahaman saya, sukses merupakan sebuah pencapaian tertinggi yang terjadi dalam kehidupan. Dimana kita bisa memenuhi segala kebutuhan yang diinginkan dengan cukup bahkan lebih. Dengan demikian, pencapaian tersebut menjadi tolak ukur keberhasilan seseorang.

Tetapi ada yang menarik untuk saya bahas. Saya melihat berbagai permasalahan terjadi di sekitar lingkungan sosialku. Banyak orang Yang memiliki keyakinan tinggi bahwa, kelak akan sukses dan meraih apa yang diinginkan. Sembari menunjuk salah satu idola ataupun pembesar yang dijadikan acuan dasar, menjadikan dasar pemikiran akan kata sukses mudah sekali di dapatkan.

Seperti contoh, seseorang mahasiswa yang malas, selalu main, tidak memiliki kemampuan apapun, tetapi dia yakin dengan apa yang dilakukan saat ini merupakan bagian yang tidak boleh terlewatkan. Mereka selalu ingin menikmati masa mudanya dengan bermain dan bersenang-senang. Dengan menunjuk salah satu idola yang dijadikan dasar bahwasanya, kelak akan ada saatnya mencapai sukses. Seperti seorang Harland Sanders yang bisa sukses saat usia 65 tahun. Mereka pun yakin kelak akan sama, jadi tidak ingin melewatkan masa mudanya. Dengan memiliki satu contoh dari tokoh tersebut ia bisa melakukan pembelaan terhadap dirinya, tanpa mengetahui dengan jelas apa saja usaha yang dilakukan Harland Sanders.

Benarkah pemikiran demikian?

Konsepsi pemikiran yang rancu dengan membaca salah satu tokoh secara parsial saja, menjadikan sebab seseorang meyakini apa yang dilakukan saat ini adalah hal yang wajar. Pun sesuatu yang ada dibenaknya terpikirkan, dengan memiliki keyakinan yang tinggi merupakan dasar utama mencapai kesuksesan. Dengan melihat usia, dan tokoh yang terbilang bodoh sebelumnya lantas kemudian bisa sukses seperti Einstein dan Edison yang mampu mengubah dunia, sebagai landasan utama mereka bahwa kesuksesan itu mudah diraih.

Dengan asumsi pemikiran dasar demikian, tentulah mereka sangat yakin dengan apa yang dilakukan saat ini adalah sebuah kenikmatan yang tidak bisa di dapatkan di masa yang akan datang. Oleh karenanya, mereka berpikir praktis saja dengan melakukan pembelaan pribadi menjadikan tokoh pembesar yang mampu mengubah dunia tersebut.

Sangat keliru sekali apa yang sebenarnya dipikirkan. Mereka tidak melihat secara keseluruhan proses dan eksperimen para pembesar sebelum ia benar-benar mencapai kesuksesan. Berlika-liku jalan yang ia tempuh untuk bisa meraih apa yang diinginkannya. Mereka sudah kenyang dengan semua kegagalan yang terjadi, hingga akhirnya mampu menemukan jalan baru yang tidak lagi buntu.

Jadi, apakah keyakinan itu tidak diperlukan?

"Ungkapan tidak mungkin hanyalah sebuah kata yang hanya dapat ditemukan dalam kamus kehidupan orang bodoh." -Napoleon Bonaparte

Dari quotes tersebut kita bisa melihat bahwa keyakinan itu perlu dimiliki setiap orang jikalau tidak ingin dikatakan bodoh. Namun, hanya bermodalkan keyakinan saja tentu tidak serta merta membuat kesuksesan itu mudah diraih. Karena, keyakinan tanpa proses berakhir buntu sedangkan proses dengan keyakinan akan menemukan hal yang baru.

Semua orang tentu menginginkan cita-cita dan impiannya bisa tercapai. Tetapi hanya berangan-angan dan merasa yakin saja tidak cukup untuk bisa segera menggapainya. Diperlukan usaha yang keras serta semangat juang yang tinggi untuk bisa meraih segalanya. Kemudian, keyakinanlah yang akan menyempurnakan usaha dan kerja keras yang kita lakukan.

"Seandainya saya mempunyai waktu sepuluh jam untuk menebang pohon, saya akan melewatkan delapan jam pertama untuk mengasah kapak saya." -Abraham Lincoln.

Dari situ kita bisa mendeduksikan apa yang dikatakan Abraham Lincoln. Dengan mempersiapkan segala sesuatu yang didasari keinginan yang kuat adalah awal untuk mencapai keinginan dengan sempurna. Berbagai persiapan ia lakukan dengan baik serta perhitungan yang teliti agar semua berjalan dengan baik. Sehingga proses saat ingin menjemput kesuksesan akan berjalan mulus seperti yang diinginkan.

Jadi jikalau ingin menjadi sukses hanya bermodalkan keyakinan tentu jauh dari realita sesungguhnya kelak. Semua yang ada dalam angan dan impian seolah musnah dengan apa yang sesungguhnya terjadi kemudian. Mungkin kita tidak boleh melakukan judgment pada orang yang memiliki konsepsi pemikiran demikian. Bagaimanapun mereka berusaha untuk yakin bisa mencapai kesuksesan, walaupun salah menerapkan keyakinan yang ada dalam diri.

Dengan bermodalkan yakin saja apakah seseorang bisa sukses?

Coba kita telisik sejarah terdahulu dimana kerajaan Singasari pernah berjaya pada masa pemerintahan Kertanegara. Ia mampu mengalahkan negeri yaitu Swarnabumi yang konon keperkasaannya tiada batas. Tetapi, saat Jayakatwang memberontak sang raja yakin dengan nalurinya bahwa pasukan yang dimiliki oleh Jayakatwang tidak akan mampu bersaing melawan pasukan Singasari. Namun apa yang terjadi? Singasari hancur kemudian ketika Jayakatwang menyerang dan raja Kertanegara pun gugur.

Dari contoh tersebut kita bisa menyimpulkan sendiri dimana letak kesalahan raja Kertanegara, dengan memiliki pasukan yang mampu mengalahkan Swarnabumi tetapi mampu dikalahkan oleh pasukan miliki Jayakatwang yang tidak seberapa.

Sebaliknya, saat raja Jayakatwang berhasil mengalahkan singasari kemudian menjadi raja, menantu raja Kertanegara yaitu Wijaya tidak tinggal diam dan akhirnya dia berhasil merebut kembali kekuasaan singasari dengan membangun negeri Majapahit. Pemikiran yang matang serta siasat yang cerdik ia jalankan agar bisa menuai keberhasilan itu. Dari mulai mendirikan pedukuhan kecil kemudian berhasil mengelabui tentara dari dinasti kubila khan. Hingga akhirnya ia merebut kembali kekuasaan dari tangan Jayakatwang. 

Contoh tersebut kiranya kita bisa melihat dan menyimpulkan sendiri perihal kesuksesan. Untuk mencapai segala sesuatu tentunya membutuhkan proses panjang, tidak langsung dengan mudahnya semua bisa terjadi hanya dengan bermodalkan keyakinan.

Dari artikel ini kita bisa melihat beberapa gambaran mengenai kesuksesan. Jadi tunggu apalagi, belajar dan berproseslah sedini mungkin, niscahaya kelak akan ada bintang harapan akan jatuh kepangkuanmu, menyinari seluruh gemerlap dari proses panjang yang sudah kau lakukan.

 

NB. Artikel ini saya tulis bukan bermaksud mendiskreditkan pihak manapun dengan maksud tujuan tertentu, kecuali hanya membagikan unek-unek yang ada dalam pikiran saya yang berusaha berproses untuk mencapai sukses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun