Mohon tunggu...
Agita Bakti Wardhana
Agita Bakti Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kelontong bodoh, pemalas, tukang modus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengejar Fatamorgana

26 Juli 2016   11:09 Diperbarui: 26 Juli 2016   11:15 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : pixabay.com

*

Gilirannya telah tiba dengan penuh percaya diri niko naik ke atas panggung. Pakaiannya tidak bagus justru terbilang kumal, dengan memakai kemeja yang dibalut jas sobek di bagian ketiak ia sangat percaya diri. Saat naik ia mulai berkata sepatah mengeluarkan penyambutan untuk semua yang hadirin. Namun sepertinya tidak ada yang menghiraukannya.

Ketika syair itu dilantunkan seluruh hadirin terlihat histeris dan haru. Sebuah syair tentang arti kehidupannya ia lantunkan dengan penuh pengkhayatan. Beberapa orang yang sedari tadi sedikit mengejek kemampuannya ikut merasakan sedikit duka.

Niko turun dari panggung dan duduk kembali melihat peserta yang lain. Tidak ada ayah yang menemani hanya seorang diri. Ayahnya masih harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya hari ini dan esok untuk membeli makan. Namun niko tidak mempermasalahkannya dan terus berusaha mewujudkan impiannya.

Setelah semuanya selesai kini saatnya pengumuman pemenang dibacakan. Seluruh peserta nampak tegang mendengarkan sedikit kata yang keluar dari pembawa acara. Namun tidak dengan Niko dengan senyumannya ia tetap yakin bahwasanya ia memiliki kapabilitas yang tinggi dalam bersyair. Perhitungan nilai dalam menentukan pemenang dilakukan oleh 3 dewan juri yang langsung melihat dan mendengarkan di ruangan.

"Pemenangnya adalah Niko." Teriak pembawa acara dengan penuh keceriaan.

Saat mendengarkan apa yang dikatakan pembawa acara Niko langsung tersenyum dengan sumringahnya. Apa yang dilakukannya kali ini adalah langkah awal untuk terus meraih mimpinya. Mengejar sebuah fatamorgana yang dikatakan ayahnya.

"Nanti dulu sebentar." Teriak seorang laki-laki sedikit tua yang tidak lain adalah ketua pelaksana acara.

Niko langsung tercengang melihatnya ketika ia berusaha naik ke atas panggung untuk mendapatkan hadiah.

"Anak ini sudah ku tunggu sampai saat ini untuk memberikan identitasnya sebagai syarat untuk mengikuti perlombaan." Ia meneruskan "namun sampai saat ini dia tidak memberikan apapun yang disyaratkan. Jadi ini sebuah masalah besar."

"Sebentar." Seru seseorang dari bangku penonton yang duduk menyaksikan sedari tadi. "Setiap kamu membeli barang kamu tidak pernah bertanya siapa pembuat atau pengrajinnya bukan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun