Mohon tunggu...
Agita Bakti Wardhana
Agita Bakti Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kelontong bodoh, pemalas, tukang modus.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Nak, Ijinkan Ibu Mendongeng Dalam Tidurmu

12 Juni 2016   16:33 Diperbarui: 12 Juni 2016   21:02 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : pixabay.com

Mungkin engkau lelah anakku, setelah jadwal dan kesibukanmu semakin padat dan berbagai pekerjaanmu semakin bertambah banyak, juga segala kebutuhanmu semakin tinggi. Ibu sedih sekali melihatmu demikian.

Kamu mungkin rindu dengan dongeng ibu nak. Sedari kecil ibu selalu memanjakanmu dengan sepatah dua patah dongeng agar kau terlelap tidur. Oleh karena itu ibu ingin bercerita sedikit semoga bermanfaat untuk kehidupanmu kelak ya nak.

Pada sebuah kawasan padang rumput yang luas terdapat banyak sekali tumbuhan yang tumbuh subur di sana. Pohon-pohon besar yang rindang nampak indah di sekitarnya. Juga rerumputan yang tumbuh terhampar menghijau diantaranya. Tempat itu menjadi pencarian pangan bagi hewan-hewan berjenis herbivora seperti rusa, kerbau dan lain-lain.

Dalam kawasan padang rumput ini juga terdapat sebuah danau yang cukup luas, sekitar seperempat dari kawasan merupakan danau. Danau tersebut dihuni oleh beberapa ekor buaya yang dengan buasnya siap menerkam siapa saja yang mendekat.

Suatu sore sekumpulan kerbau mencari makan dengan mendatangi kawasan tersebut. Gerombolan kerbau itu dengan lahapnya memakan makanan yang ada di sana. Dari danau buaya terus mengintai pergerakan kerbau. Hingga akhirnya kerbau semakin mendekat mencari makanan sampai ke danau.

Dengan sedikit mengendap sang buaya dengan cepatnya memangsa seekor kerbau. Akhirnya kerbaupun terjatuh seketika. Buaya itupun langsung melahapnya dengan cepat. Gerombolan kerbau yang melihat temannya di terkam lalu lari tanpa mau menolong. Buaya terus menerkam dengan mulutnya yang terus terbuka lebar.

Hingga akhirnya salah seorang teman dari kerbau mencoba datang dan menghampiri. Namun tidak ada yang bisa dilakukan mulut buaya masih terbuka lebar dan menelan seluruh bagian tubuh kerbau. Sia-sialah yang dilakukan teman kerbau ini. Hingga akhirnya sang buaya memasang kuda-kuda kembali bersiap untuk menerkam kawan kerbau yang ingin membantu ini.

“Hei buaya, apakah kau juga ingin memangsaku?” Ujar kerbau yang sudah mendekat dengan buaya.

Sang buaya terdiam dan mulutnya masih terbuka lebar. Seekor kerbau yang dimangsanya masih belum sepenuhnya masuk dalam perutnya. Ia menatap kawan kerbau dengan seringainya.

“Tutup mulutmu buaya,” kerbau membentak kasar. “Kamu tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah kau miliki, dan kau terus memandangku demikian.” Ia meneruskan, “kamu akan terus membuka mulutmu dan bersiap mencari mangsamu kembali walaupun mulutmu dipenuhi makanan.”

Sang buaya terdiam dan terus menatap seekor kerbau dengan penuh ketajaman. Matanya mendesik tajam bersiap untuk menerkamnya kembali.

“Aku berharap semoga esok ada yang bisa menutup mulutmu buaya.” Seringai kerbau menatap temannya yang semakin habis di makan.

Dari penggalan cerita tersebut kita bisa menarik kesimpulan nak. Seekor buaya tidak pernah menutup mulutnya meskipun sudah dipenuhi makanan. Sekarang saatnya kamu yang menutup mulutnya nak.

Bekerjalah sesuai dengan kemampuanmu jangan terlalu dipaksakan untuk mengejar sesuatu yang masih semu. Hidup ini tentang kebahagiaan nak, bukan tentang kekayaan dan keserakahan. Bantulah kerbau itu untuk menutup mulut buaya, dengan kamu tidak terus memaksakan bekerja seperti ini. Bungkam hawa nafsumu untuk mengejar sesuatu yang menjadi titik ketidakpuasanmu.

Ingat baik-baik pesan ibu ya nak…

Beberapa jam kemudian seorang pemuda itu terbangun sembari berteriak “ibu….”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun