Bersama-sama dengan Pabrik Danone Aqua Mambal, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bongkasa Pertiwi membuat suatu solusi: Membangun Reaktor Biogas agar dapat memanfaatkan kotoran hewan tersebut menjadi energi terbarukan.
Biogas: Energi Terbarukan Dari Kotoran Hewan(file: Biogasenergiterbarukan dari kotoran hewan - caption: ternak babi salah satu warga Bongkasa Pertiwi yang menghasilkan biogas - dok.pribadi)
Biogas sebenarnya bukanlah konsep yang baru bagi warga-warga di daerah peternakan. Biogas sendiri merupakan gas yang dihasilkan oleh Bakteri Metanogenik Anaerobik dari perombakan limbah organik (sumber). Limbah organik disini bisa limbah biomassa, limbah kotoran hewan seperti sapi, babi, kambing, bahkan manusia.Â
Warga Bongkasa Pertiwi yang berternak umumnya memelihara Babi atau Sapi. Kotoran Babi dikumpulkan dan dibuang kedalam reaktor biogas untuk kemudian diaduk dan didiamkan selama dua jam sampai dia mengeluarkan gas. Gas yang mengandung Metan ini dapat dimanfaatkan untuk memasak, bahkan ada pula warga yang membuat produk masakan untuk UMKM dengan menggunakan Biogas tersebut. Normalnya, kotoran dari 4-5 ekor babi bisa digunakan untuk memasak seharian, jadi benar-benar irit energi. Nantinya gas tersebut akan ditampung dalam sebuah tangki yang terhubung dengan pipa-pipa yang mengalir langsung ke rumah-rumah warga.Â
Lalu bagaimana dengan sisa limbah biogas? Nah sisa kotoran yang gasnya sudah habis disebut sebagai Bioslurry. Karena reaktor Biogas harus 'diisi-ulang' dengan kotoran yang segar setiap hari, Bioslurry ini akan dikumpulkan dan digunakan sebagai pupuk untuk ladang masyarakat. Hasilnya, pertanian masyarakat Bongkasa Pertiwi tak lagi bergantung dengan pupuk kimia. Selain tanah menjadi lebih sehat, limbah peternakan yang tadinya menjadi momok bagi masyarakat Bongkasa Pertiwi tak lagi menjadi masalah yang berarti karena sudah ada pemanfaatannya. Limbah dari alam akan kembali ke alam. Hal inilah yang disebut dengan konsep Circular Economy.
Circular Economy di Desa Bongkasa Pertiwi
Masyarakat Desa Bongkasa Pertiwi yang sehari-harinya bertani dan berternak berhasil mengolah limbah ternaknya untuk menyokong kegiatan bertani mereka. Tak jarang pula yang berhasil mengolah produk seperti jamur untuk dijadikan keripik dan nugget. Jamur ditanam di pekarangan warga dan diberi Bioslurry sebagai pupuk, nantinya ketika sudah tumbuh bisa langsung digoreng menggunakan kompor bertenaga Biogas, dan begitu seterusnya.
Biaya yang dapat dipangkas oleh masyarakat Bongkasa Pertiwi yang telah memanfaatkan biogas antara lain biaya gas dan biaya pupuk; namun jika dikembangkan lebih jauh lagi bukan mustahil nantinya Biogas dapat dimanfaatkan untuk memanaskan air mandi, pembangkit listrik, maupun bahan bakar kendaraan. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat Bongkasa Pertiwi sebagai masyarakat desa wisata. Dengan Energi Terbarukan, biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk modal usaha dapat ditekan.Â
Belajar dari Desa Bongkasa Pertiwi, akankah desa wisata lainnya mulai mengikuti? Mari kita lihat sama-sama jawabannya beberapa tahun kedepan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H