Mohon tunggu...
Agi Tiara
Agi Tiara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger, Mediator, Penggemar Ikan Ayam-Ayam

Hanyalah seorang blogger dibalik DUCKOFYORK.COM, mencoba menulis di kompasiana untuk pertama kalinya. Boleh disapa, jinak dan tidak menggigit lho!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dari Kotoran Babi Menjadi Energi Terbarukan: Sebuah Catatan Perjalanan dari Desa Bongkasa Pertiwi

3 September 2019   21:09 Diperbarui: 9 September 2019   09:54 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(file gambar: desa bongkasa pertiwi - caption: Suasana Desa Bongkasa Pertiwi yang Asri di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung - dok.Pribadi)

Bersama-sama dengan Pabrik Danone Aqua Mambal, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bongkasa Pertiwi membuat suatu solusi: Membangun Reaktor Biogas agar dapat memanfaatkan kotoran hewan tersebut menjadi energi terbarukan.

Biogas: Energi Terbarukan Dari Kotoran Hewan
(file: Biogasenergiterbarukan dari kotoran hewan - caption: ternak babi salah satu warga Bongkasa Pertiwi yang menghasilkan biogas - dok.pribadi)
(file: Biogasenergiterbarukan dari kotoran hewan - caption: ternak babi salah satu warga Bongkasa Pertiwi yang menghasilkan biogas - dok.pribadi)

Biogas sebenarnya bukanlah konsep yang baru bagi warga-warga di daerah peternakan. Biogas sendiri merupakan gas yang dihasilkan oleh Bakteri Metanogenik Anaerobik dari perombakan limbah organik (sumber). Limbah organik disini bisa limbah biomassa, limbah kotoran hewan seperti sapi, babi, kambing, bahkan manusia. 

Warga Bongkasa Pertiwi yang berternak umumnya memelihara Babi atau Sapi. Kotoran Babi dikumpulkan dan dibuang kedalam reaktor biogas untuk kemudian diaduk dan didiamkan selama dua jam sampai dia mengeluarkan gas. Gas yang mengandung Metan ini dapat dimanfaatkan untuk memasak, bahkan ada pula warga yang membuat produk masakan untuk UMKM dengan menggunakan Biogas tersebut. Normalnya, kotoran dari 4-5 ekor babi bisa digunakan untuk memasak seharian, jadi benar-benar irit energi. Nantinya gas tersebut akan ditampung dalam sebuah tangki yang terhubung dengan pipa-pipa yang mengalir langsung ke rumah-rumah warga. 

(file: kompor biogas caption: contoh kompor biogas - dok.pribadi)
(file: kompor biogas caption: contoh kompor biogas - dok.pribadi)
Kompor yang digunakan untuk Biogas adalah kompor khusus, karena pin dan pemantik kompornya harus lebih kecil daripada kompor biasa. Hal ini dikarenakan tekanan yang dihasilkan oleh Biogas tak sebesar gas elpiji pada umumnya sehingga kompor yang digunakan haruslah dimodifikasi. Selain pin dan pemantik yang lebih kecil dan sensitif, harus ada indikator isi biogas di pipa biogas tersebut sehingga pengguna bisa tahu seberapa jumlah gas yang tersedia. Meski serba khusus, perangkat biogas seperti kompor, kompresor dan penanak nasi sudah dapat dibeli di berbagai e-commerce di Indonesia. Tidak perlu khawatir akan keamanannya karena tekanannya yang rendah, potensi ledakan yang disebabkan karena kebocoran gas sangatlah kecil.

Lalu bagaimana dengan sisa limbah biogas? Nah sisa kotoran yang gasnya sudah habis disebut sebagai Bioslurry. Karena reaktor Biogas harus 'diisi-ulang' dengan kotoran yang segar setiap hari, Bioslurry ini akan dikumpulkan dan digunakan sebagai pupuk untuk ladang masyarakat. Hasilnya, pertanian masyarakat Bongkasa Pertiwi tak lagi bergantung dengan pupuk kimia. Selain tanah menjadi lebih sehat, limbah peternakan yang tadinya menjadi momok bagi masyarakat Bongkasa Pertiwi tak lagi menjadi masalah yang berarti karena sudah ada pemanfaatannya. Limbah dari alam akan kembali ke alam. Hal inilah yang disebut dengan konsep Circular Economy.

Circular Economy di Desa Bongkasa Pertiwi

(file: jamur biogas - caption: jamur yang dimasak dengan biogas siap dipasarkan sebagai oleh oleh - dok. pribadi)
(file: jamur biogas - caption: jamur yang dimasak dengan biogas siap dipasarkan sebagai oleh oleh - dok. pribadi)
Selama ini kita mengenal prinsip Linear Economy dimana setelah suatu barang diproduksi dan dikonsumsi ia akan berakhir menjadi sampah atau limbah. Prinsip Circular Economy sedikit berbeda. Setelah proses produksi dan konsumsi barang, limbahnya juga harus dikelola dan dikembalikan ke proses produksi agar bisa menghasilkan barang-barang baru. 

Masyarakat Desa Bongkasa Pertiwi yang sehari-harinya bertani dan berternak berhasil mengolah limbah ternaknya untuk menyokong kegiatan bertani mereka. Tak jarang pula yang berhasil mengolah produk seperti jamur untuk dijadikan keripik dan nugget. Jamur ditanam di pekarangan warga dan diberi Bioslurry sebagai pupuk, nantinya ketika sudah tumbuh bisa langsung digoreng menggunakan kompor bertenaga Biogas, dan begitu seterusnya.

Biaya yang dapat dipangkas oleh masyarakat Bongkasa Pertiwi yang telah memanfaatkan biogas antara lain biaya gas dan biaya pupuk; namun jika dikembangkan lebih jauh lagi bukan mustahil nantinya Biogas dapat dimanfaatkan untuk memanaskan air mandi, pembangkit listrik, maupun bahan bakar kendaraan. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat Bongkasa Pertiwi sebagai masyarakat desa wisata. Dengan Energi Terbarukan, biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk modal usaha dapat ditekan. 

Belajar dari Desa Bongkasa Pertiwi, akankah desa wisata lainnya mulai mengikuti? Mari kita lihat sama-sama jawabannya beberapa tahun kedepan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun