Mohon tunggu...
Agi Tiara
Agi Tiara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger, Mediator, Penggemar Ikan Ayam-Ayam

Hanyalah seorang blogger dibalik DUCKOFYORK.COM, mencoba menulis di kompasiana untuk pertama kalinya. Boleh disapa, jinak dan tidak menggigit lho!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketika Hidup Sehat Tidak Bisa Dilakukan Sendirian

28 Agustus 2019   08:35 Diperbarui: 28 Agustus 2019   09:02 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Emma Simpson on Unsplash

Jejak karbon primer itu adalah jejak karbon yang dihasilkan karena pembakaran secara langsung yang menghasilkan karbon misalnya saja penggunaan bahan bakar fosil di kendaraan. Nah yang kedua adalah jejak karbon sekunder yang dihasilkan dari proses siklus-siklus penggunaan suatu barang.

Mudahnya begini, misalnya untuk menghasilkan sebuah masker, pabrik yang memproduksi masker tersebut mengeluarkan gas buang sejumlah sekian, kemudian ketika masker itu dikirim ke distributor maka pengiriman yang menggunakan moda transportasi akan mengeluarkan gas buang sejumlah sekian, dan seterusnya sampai masker itu sampai ke tangan saya.

Nah jika dipikir demikian, maka jejak karbon ada dimana-mana!

Emisi gas buang yang dihasilkan dari jejak karbon kita jika terakumulasi dalam jumlah banyak akan menyebabkan peningkatan gas rumah kaca. Gas rumah kaca-- dalam jumlah yang terkontrol--sebenarnya berfungsi untuk menghangatkan bumi. 

Tanpa adanya Gas Rumah Kaca, maka bumi akan menjadi sangat dingin dan tidak bisa ditinggali manusia, hanya saja jika jumlahnya terlalu banyak, maka akan terjadi pemanasan global (dikutip dari sumber). 

Pemanasan global ini berbahaya juga bagi kesehatan manusia, dengan terjadinya pemanasan global maka akan rentan terjadi penyebaran virus penyakit, munculnya penyakit terkait panas dan munculnya gangguan pernapasan (dikutip dari sumber).

Ini juga salah satu isu yang sempat diangkat ketika teman-teman aktivis lingkungan berbicara soal penggunaan sedotan logam yang konon lebih ramah lingkungan ketimbang sedotan biasa. 

Karena pada saat itu kebanyakan sedotan logam masih diimpor secara perorangan dari luar negeri, maka ujung-ujungnya sedotan-sedotan ramah lingkungan tersebut malah jadi tidak ramah lingkungan karena meninggalkan jejak karbon yang cukup banyak. 

Ujung-ujungnya jika kondisi lingkungan tidak lagi stabil, manusia juga yang merugi. Jadi, kita tidak bisa hidup sehat sendirian; untuk bisa menjalankan gaya hidup yang sehat, kita juga butuh lingkungan yang sehat. Salah satu cara untuk membangun lingkungan yang sehat adalah dengan mengurangi jejak karbon yang kita hasilkan. 

Nah kalau begini ceritanya bagaimana kita bisa mengurangi jejak karbon yang kita hasilkan setiap hari?

Mengurangi Jejak Karbon: Sebuah Permulaan

Tentu saja, mengurangi jejak karbon bukanlah hal yang mudah. Ingat ketika separuh pulau jawa mati listrik selama 24 jam di awal agustus 2019? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun