Hai, Juli.
Sesekali aku menyapa bulan, aku harap harapanku di bulan sebelumnya yang belum terealisasi agar segera dikabulkan.Â
Menyoal harapan, aku pernah berharap ingin memiliki sesuatu. Bahkan untuk memilikinya pun perlu usaha yang keras.Â
Aku harus begadang setiap malam, buku-buku selalu berserakan di area kamarku hingga malas membersihkan. Mama lah yang biasa protes terhadap kebiasaanku ini.Â
"Kebiasaanmu, ini buku atau dedaunan? Berserakan," omel Mamah setiap pagi jika mendapati kamarku seperti usai terkena gempa.
Aku tersenyum jail.Â
"Mau mama bereskan ya?" Pinta mamah menawarkan diri untuk membereskan kamarku.
"Jangan mah, aku saja. Ini tanggung jawabku," ujarku
Mamah kemudian kembali menuju dapur.
Rasanya hal itu tidak terjadi kembali untuk saat ini. Sebab, aku sudah memiliki yang aku mau. Kini, buku-buku hanya dijadikan sebagai hiasan lemari belajar. Sesekali dinikmati hanya dalam waktu tertentu.Â
Kebiasaanku yang dulu kini berubah sekejap saja hanya karena sebuah gawai canggih yang aku miliki. Aku bahagia, kini bisa memainkan gawai canggih seperti teman-trman berkat usaha kerasku hingga memeroleh peringkat pertama berturut-turut.Â