Mohon tunggu...
Agisthia Lestari
Agisthia Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - Perempuan

Pembaca yang rakus

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apa Itu Fasisme?

2 September 2020   16:11 Diperbarui: 2 September 2020   16:34 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Of all the unanswered questions of our time, perhaps the most important is: 'What is Fascism?"
-George Orwell

Jika Liberalisme, Konservatisme, dan Sosialisme adalah ideologi-ideologi abad ke-18, maka fasisme adalah adalah anak abad ke-20, khususnya periode antar perang dunia. Bahkan, fasisme bisa dikatakan muncul sebagai pemberontakan terhadap modernitas, terhadap ide-ide dan nilai pencerahan dan kredo-kredo politik yang sudah di godoknya. 

Nazi di Jerman contohnya, menyatakan "1798 sudah lenyap". Dalam fasis Italia,  slogan seperti "Percayai, Patuhi, Perjuangkan" dan "Ketertiban, Otoritas, Keadilan" mengganti prinsip Revolusi Prancis yang sudah lebih akrab dikenal "Kebebasan, Kesetaraan, Persaudaraan". Fasisme muncul bukan hanya sebagai "petir dari lautan," tulis O'Sullivan (1983), namun memang berusaha membuat dunia politik menjadi baru, sehingga secara harfiah mencabut akar dan menghancurkan warisan pemikiran politik konvensional.

Meskipun ide-ide utama dan doktrin-doktrin fasisme dapat dilacak kembali ke abad ke-19, mereka baru bisa menyatu dan dibentuk oleh Perang Dunia I dan sesudahnya, khususnya campuran potensial perang dan revolusi. Fasisme muncul paling dramatis di Jerman dan Italia. 

Di Italia, Partai Fasis terbentuk pada tahun 1919 dimana pemimpinnya, Benito Mussolini, diangkat menjadi Perdana Menteri pada tahun 1922. Dan pada 1926, negara fasis satu partai pun didirikan. National Socialist German Workers Party , atau yang terkenal dengan Nazi, juga berdiri pada tahun 1919, dan dibawah kepemimpinan Adolf Hitler nantinya, mengadopsi dengan sadar kepemimpinan Mussolini.

Asal usul fasisme telah membangkitkan minat sejarah dan sering kali menemui ketidaksepakatan sengit. Tidak ada satu faktor tunggal yang dapat dilekatkan sebagai penyebab munculnya fasisme-sebaliknya, fasisme muncul dari beberapa kekuatan historis kompleks yang terjadi selama periode antar-perang. 

Pertama, pemerintahan Demokratis baru saja terbentuk di negara-negara Eropa sehingga nilai-nilai demokratis masih belum menggantikan nilai-nilai lama yang aristokrarik. Selain itu, pemerintahan-pemerintahan demokratis yang mempresentasikan koalisi kepentingan atau partai-partai, seringkali terlihat lemah dan tidak stabil ketika di konfrontasikan dengan krisis ekonomi atau politik. 

Kedua, masyarakat Eropa sudah terganggu oleh pengalaman industrialisasi, yangs secara khusus, di satu sisi, mengancam kelas menengah kebawah terhimpit di antara bisnis-bisnis besar yang bertumbuh, dan disisi lain, naiknya kekuatan buruh terorganisasi. 

Ketiga, periode setelah Perang Dunia I banyak dipengaruhi oleh Revolusi Rusia dan kekuatan dikalangan kelas berpunya bahwa revolusi sosial akan menyebar keseluruh Eropa. 

Keempat, krisi ekonomi tahun 1930-an sering sekali menyediakan hempasan terakhir pada demokrasi yang memang masih rapih. 

Kalau komunisme pada umumnya merupakan produk dari masyarakat  pra-demokrasi dan pra-industri. Maka fasisme merupakan produk dari masyarakat-masyarakat pasca-demokrasi dan pasca-industri. 

Kaum fasis tidak mungkin merebut kekuasaan di negara-negara yang tidak memiliki pengalaman demokrasi dan sama sekali. dalam masyarakat tersebut, kediktatoran mungkin ditunjang oleh kekuatan militer, birokrasi, dan prestise pribadi dari seorang pemimpin atau kita biasa menyebutnya sebagai kharisma dari pemimpi.

Tema Inti Fasisme

Fasisme menjadi ideologi yang agak sulit untuk dianalisis minimal karena dua sebab. Pertama, besar keraguan yang dapat muncul untuk memandang fasisme sebagai ideologi lantaran  tiadanya inti rasional dan koheren seperti dikatakan Trevor-Roper, Wolf (1981) dalam buku Ideologi Politik (Heywood, 1992) mengatakan bahwa fasisme adalah "sekumpulan ide omong kosong yang dikumpulkan dengan buruk". 

Contohnya, Hitler lebih suka menyebut ide-idenya sebagai Weltanschauung dan bukannya sebuah ideologi yang sistematis. Dalam pengertian ini, sebuah pandangan dunia merupakan perangkat sikap yang lengkap bahkan mendekati religius yang menuntut komitmen dan rasa percaya lebih daripada mengundang analisis dan perdebatan rasional. 

Kaum fasis tertarik pada ide dan teori dan bukan karena hal-hal ini mampu menstimulan aktivitas politik. Fasisme dapat di sebut sebagai gerakan politik atau bahkan agama politik daripada sebuah ideologi. 

Kedua, begitu kompleksnya fasisme sebagai fenomena historis sehingga sulit diidentifikasikan prinsip-prinsip inti atau "syarat minimun fasis"-nya sehingga cukup diketahuin ciri umunya saja.

Lalu ada pertanyaan sederhana mengenai ideologi ini, di manakah fasisme itu sebenarnya dimulai dan dimanakah berakhirnya? Gerakan dan rezim mana yang bisa diidentifikasikan sebagai fasis sesungguhnya? 

Bahkan, keraguan masih bsia di lontarkan, sungguhkan kekaisaran Jepang, Vicky di Perancis, Franci di Spayol, Peron di Argentina atau bahkan Hitler di Jerman dapat di kalsifikasikan sebagai fasis? Kontroversi masih mengelilingi hubungan antara kelompok-kelompok kanan radikal modern ataukah ini merpakan "fasis", "neofasis", "post fasis" atau "nasionalis ekstrem". Dari banyak upaya untuk mendefinisikan inti ideologi  fasisme.

Dari banyak upaya untuk mendefinsikan inti ideologi fasisme, kita mungkin dapat menyebut beberapa. Ernest Nolte (1969) menyatakan bahwa fasisme adalah sebuah "perlawanan terhadap trandensi".  Adapaun Roger Griffin (1993) melihat fasisme melandasi "pelahiran kembali untranasionalisme", sedangkan Roger Eatwell (2003) menyimpulkan sebagai "jalan ketiga radikal holistik nasional". 

Meskupun masing-masing menyoroti ciri penting fasisme, namun masih sulit untuk bisa menerima bahwa rumusan satu kalimat apapun dapat di padukan untuk memahami fenomena yang hampir-hampir tanpa bentuk seperti ideologi fasisme ini. Mungkin cara terbaik yang bisa kita harap untuk dilakukan menidentifikasi kumpulan tema, yang jika disatukan bersama-sama dapat membentuk gambaran inti fasisime secara terstruktur.

Meskipun fasisme, seperti komunisme, merupakan gerakan yang timbul dimana-mana, tetapi fasisme tidak memiliki pernyataan yang mengikat tentang prinsip-prinsip seperti yang dimiliki oleh komunisme. Apalagi saat ini tidak ada lagi negara yang mendalangi persekongkolan fasis di dunia. 

Ketiadaan pernyataan tentang prinsip-prinsip fasis yang mengikat dan diakui secara universal bukanlah dalam pengertian yang mutlak, dalam arti tidak ada sama sekali. 

Dalam bukunya Mein Kampf, Hitler mewariskan pedoman yang dapat dipercaya menuju ke alam pemikirannya. Sedangkan Mussolini, dalam bukunya Doctrine of Facism (1932) meninggalkan sebuah pernyatan yang moderat mengenai prinsi-prinsip fasis yang menggambarkan fasisime model Italia. Fasisime Italia menjadi model bagi gerakan fasis diseluruh dunia karena wawasannya yang jauh lebih luas. Nazisme yang merupakan model fasisme khas Jerman terbukri kurang cocok untuk di ekspor.

Referensi

  • Ebenstein William dan Edwin Fogelman. Isme-Isme Dewasa Ini. Jakarta: Erlangga
  • Heywood, A. Ideologi Politik; Sebuah Pengantar, Edisi ke-5. Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2012

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun