Mohon tunggu...
Agista Nur Syafira
Agista Nur Syafira Mohon Tunggu... Lainnya - Social Media Admin and Marketing

Mencoba menulis sesuai dengan yang ada diotak saya, jadi saran dari pembaca sekalian sangat diperlukan ;)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebuah Kampung Kecil di Balik Kemegahan Sentul, Jawa Barat

3 Juni 2019   14:26 Diperbarui: 3 Juni 2019   15:16 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepat pukul 19.49 Kami tiba di rumah pak RT tempat kami menitipkan kendaraan di kampung Cibadak  dan Ruby izin untuk sholat dulu sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Kondisi cuaca yang sedang di guyur hujan kami meminta untuk diantar oleh Pak Ajum sampai jalanan terlihat ramai mengingat hari itu sudah gelap dan Ruby tidak berani memboncengi Gista dan Mesi. Setelah pak Ajum mengantar kami sampai daerah Sentul kami pun kembali lagi naik motor bertiga sampai Stasiun Bogor.

Pada tanggal 27 Maret 2019, kami menelusuri ke kecamatan Sukamakmur untuk menanyakan perihal kampung Mulyasari tersebut. Kecamatan Sukamakmur berada di rute yang sama jika ingin ke kampung Cibakatul, desa Cibadak. Hanya saja yang membedakan jalur tersebut adalah gang nya, jika ke kampung Cibakatul, desa Cibadak untuk ke kampung Mulyasari berada di jalur kanan ke wilayah kawasan curug yang ada disana. Untuk ke kecamatan tersebut berada di jalur kiri. Untuk jarak yang kami tempuh pun dari stasiun Bogor hampir sama dengan jarak ke kampung Muyasari. Hanya saja untuk menuju ke kecamatan Sukamakmur masih bisa ditempuh dengan sepeda motor.

Hari sebelum kami mencari informasi di mana dan kepada siapa kami akan menanyakan prihal kampung Mulyasari ini. Hingga akhirnya kami berinisiatif untuk melakukan wawancara dengan pihak kecamatan Sukamakmur yang mana kampung Mulyasari tersebut berada dalam data kecamatan tersebut. Kami mencari informasi terkait kecamatan tersebut lewat media sosial instagram, karena yang kita tahu bahwa pasti suatu wilayah akan membuat sebuah akun untuk memberitahu perkembangan dan informasi daerah tersebut. Ketemu lah kami dengan akun Rahmat Hidayat beliau adalah pegawai negeri karena kami mencari di daftar yang di follback oleh akun instagram @kabupatenbogor. Beliau juga menyarankan agar kami mewawancarai ke kecamatan Sukamakmur saja daripada ke kabupaten.

Lokasi kecamatan Sukamakmur terletak di seberang Polsek Sukamakmur. Pergi lah kami ke kecamatan untuk melakukan wawancara dengan pihak terkait, kami menyiapkan surat tugas yang mana jika ditanyakan kami bisa memberikannya secara langsung. Tetapi sesampainya kami disana, tidak ditanyakan perihal surat tugas yang menunjukan kami akan melakukan wawancara dengan anggota kecamatan yang kami tuju. Sebelum memasuki kantor kecamatan tersebut, kami diminta untuk mengisi buku tamu kecamatan Sukamakmur tersebut. Menunggu kurang lebih 10 menit, petugas satpam yang menunggu di area tamu memberitahu kami bahwa narasumber yang akan kami wawancarai sedang tidak berada di tempat. Sehingga kami berinisiatif untuk mewawancarai kepala dinas dan pembangunan wilayah Bogor.

Lalu kami diarahkan kepada pak Deden selaku staff Ekonomi Pembangunan di Kecamatan Sukamakmur. Saat kami mewawancarai pak Deden kami merasa ada yang janggal seperti misalnya saat salah satu anak buah Pak Deden menawarkan untuk melakukan wawancara di ruangan yang sudah disiapkan tetapi Pak Deden menolaknya dan lebih memilih diwawancarai di depan ruang tunggu tamu di kecamatan Sukamakmur, sebelumnya kami di persilahkan mewawancarai beliau di depan pintung kantor kecamatan Sukamakmur, namun Ruby mengatakan bahwa lebih baik melakukan wawancara di ruang tunggu dibandingkan ditengah jalan, yang mana orang lalu lalang untuk lewat.

Sumber: dokumen pribadi, pak Deden selaku staf ekonomi dan pembangunan di kecamatan Sukamakmur
Sumber: dokumen pribadi, pak Deden selaku staf ekonomi dan pembangunan di kecamatan Sukamakmur

Ketika mewawancarai beliau (Pak Deden) waktu yang diberikan sangat sedikit, seperti tergesa-gesa beliau bilang di kecamatan mau ada acara. Hal yang paling kami sudutkan dalam wawancara kali ini adalah mengenai infrastruktur dan pendidikan di kampung Mulyasari.

Kami pun mulai menanyakan seputar kampung Mulyasari terutama soal pendidikan. Menurut pak Deden kampung Mulyasari dari tahun 2018 untuk bidang pendidikan saat ini dibawah binaan kampus IPB. Selain dibidang pendidikan, IPB pun memperhatikan dibidang pertanian dan perkebunan dan IPB pun bekerjasama dengan Prudential. Apakah yang mengajar pun dari pihak IPB ? Dan ngajarnya perbulan ? Jawaban beliau "tidak paling seminggu sekali, yang ngajarpun orang situ yang masih mengajar".

Menurut beliau, pendidikan itu sangat penting dan pihak kecamatan kabupaten Bogor harus menyelamatkan anak-anak kampung Mulyasari untuk mendapatkan pendidikan yang layak, sehingga dibuka lah SD kelas jauh. Kami sempat terheran heran apa yang dimaksud beliau apakah harus bersekolah yang lokasinya jauh dari rumah mereka, sehingga bisa disebut SD kelas jauh tetapi yang dimaksud adalah SD biasa yang semisalnya lulus ada ijazah. Karena Mulyasari ini di bidang pendidikan dahulu hanya ada madrasah diniah yang tidak diakui dan disahkan oleh pemerintah sehingga ketika anak-anak madrasah diniah lulus tidak akan mendapatkan ijazah sehingga tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya, yakni SMP

Masih dibidang pendidikan, ketika siswa mengadakan ujian menurut beliau sampai saat ini belum ada yang sampai ujian, kami sempat kebingungan apakah memang anak-anak di kampung Mulyasari masih terlalu dini sehingga belum ada yang merasakan ujian. Ketika itu kami bertanya apakah ada sensus kependudukan warga setempat, guna menjamin kesejahteraan warga kampung Mulyasari, pak Denden menjelaskan bahwa sensus kependudukan mekanismenya minimal 5 tahun ada pendataan penduduk. Yang amat di sayangkan pihak kecamatan menyalahkan pihak ketua RT kampung Mulyasari yang tidak aktif melakukan penyensusan penduduk masyarakat Kampung Mulyasari, sehingga RT tersebut tidak memiliki sensus penduduk. Tetapi realitanya ketika kami berkunjung kekampung Mulyasari, kami melihat selembaran kertas pengumuman yang memberitahukan jumlah penduduk di Kampung Mulyasari, tetapi kami lupa melihat siapa yang melakukan penyensusan tersebut, apakah ketua RT setempat atau SID (Sistem Informasi Desa ).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun