Mohon tunggu...
agisninurfauziah
agisninurfauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Bimbingan Konseling semester 3 Universitas Pendidikan Indonesia

memiliki kegemaran menulis dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menghapus Diskriminasi: Peran Pendidikan Inklusi dalam Membangun Masyarakat yang Adil

1 Januari 2025   23:33 Diperbarui: 1 Januari 2025   23:33 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/NZuvLKeKn5JZ8Es66

Saat ini diskriminasi menjadi salah satu permasalahan yang cukup besar, bukan hanya di Indonesia tetapi di dunia. Di indonesia sendiri masalah diskriminasi yang sering terjadi pada umumnya diskriminasi yang dilatarbelakangi oleh perbedaan ras, agama, fisik, gender dan lain sebagainya. Menurut Pratiwi, et al.,  (2024), Diskriminasi merujuk pada sikap atau tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk merugikan orang lain. Sejalan dengan itu Fultoni, et al., (2009), juga berpendapat bahwa diskriminasi merupakan perlakuan yang tidak adil terhadap individu atau kelompok, yang didasarkan pada suatu kategori atau atribut tertentu, seperti ras, suku bangsa, agama, atau status sosial. Biasanya, diskriminasi terjadi ketika kelompok yang lebih besar atau mayoritas memperlakukan kelompok yang lebih kecil atau minoritas dengan cara yang tidak adil. Diskriminasi dapat berupa perbedaan perlakuan berdasarkan faktor seperti warna kulit, suku, agama, ras, dan lain-lain. Dalam konteks pendidikan, diskriminasi di sekolah terjadi ketika peserta didik membatasi, melecehkan, atau mengucilkan teman-teman mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung, serta membedakan orang berdasarkan suku, ras, budaya, jenis kelamin, warna kulit, status sosial, atau status ekonomi. Salah satu cara efektif untuk mengatasi diskriminasi adalah dengan menerapkan pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi menawarkan sistem pendidikan yang terbuka dan menerima keberagaman, memberikan kesempatan yang setara bagi semua individu tanpa memandang latar belakang mereka. Melalui pendidikan inklusi, diharapkan masyarakat dapat mengurangi ketidaksetaraan dan membangun sebuah lingkungan yang lebih adil dan setara bagi setiap orang.

Pendidikan inklusi adalah pendekatan yang berusaha menyatukan semua individu, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus atau berasal dari kelompok minoritas, dalam lingkungan pendidikan yang sama. Menurut Ainscow (2005), pendidikan inklusi berfokus pada pengakuan terhadap keberagaman dan perbedaan individu serta berupaya menyediakan pendidikan yang adil dan setara bagi semua orang. Tujuan utama pendidikan inklusi adalah untuk memastikan bahwa setiap individu, terlepas dari latar belakang, memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang dalam suasana yang mendukung dan bebas dari diskriminasi.

Pendidikan inklusi berusaha menghapuskan diskriminasi dengan memastikan bahwa setiap anak, termasuk anak dengan disabilitas atau anak dari kelompok yang terpinggirkan, memiliki akses ke pendidikan berkualitas yang mendukung potensi mereka. Pendidikan inklusi juga membantu mengatasi stereotip dan prasangka yang sering muncul terhadap kelompok-kelompok tertentu dengan menciptakan ruang bagi interaksi yang lebih terbuka dan penuh penghargaan.

Selain itu pendidikan inklusi juga memiliki peran dalam membangun masyarakat yang adil, dengan menyediakan kesempatan yang setara bagi semua individu. Salah satu peran penting pendidikan inklusi adalah memberikan kesempatan yang setara bagi semua individu untuk belajar dan berkembang. Dalam sistem pendidikan yang inklusif, tidak ada anak yang dikeluarkan hanya karena perbedaan mereka, baik itu perbedaan disabilitas, ras, suku, atau status sosial. Semua siswa belajar bersama di dalam kelas yang sama, dengan guru yang terlatih untuk menangani kebutuhan beragam. Hal ini sesuai dengan prinsip keadilan sosial yang menekankan bahwa semua individu memiliki hak yang sama untuk menerima pendidikan yang berkualitas (Rouse & Florian, 1997).

Pendidikan inklusi memprioritaskan penyediaan materi ajar yang dapat diakses oleh semua siswa, baik itu siswa dengan disabilitas atau yang berasal dari kelompok minoritas. Dengan demikian, semua siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran tanpa merasa terpinggirkan atau didiskriminasi (Peters, 2003).

Pendidikan inklusi berperan dalam mengurangi stigma dan prasangka terhadap kelompok-kelompok tertentu, seperti anak-anak dengan disabilitas, atau anak dari ras atau suku tertentu. Dengan belajar dalam lingkungan yang inklusif, siswa belajar untuk saling menghargai dan menerima perbedaan. Sebagaimana dijelaskan oleh Tajfel & Turner (1978), teori identitas sosial menunjukkan bahwa perasaan keterikatan yang positif terhadap kelompok inklusif dapat mengurangi diskriminasi dan meningkatkan hubungan antarindividu. Ketika siswa dari berbagai latar belakang belajar bersama, mereka akan lebih cenderung menganggap perbedaan sebagai sesuatu yang bernilai, bukan sebagai alasan untuk diskriminasi.

Menurut Slee (2011), pendidikan inklusi memberikan peluang bagi siswa untuk mengatasi prasangka yang ada dalam masyarakat dengan cara yang lebih konstruktif. Melalui pendidikan yang berbasis pada keberagaman, siswa tidak hanya belajar tentang materi akademik, tetapi juga tentang empati, penghargaan terhadap perbedaan, dan pentingnya keadilan sosial.

Pendidikan inklusi tidak hanya berdampak pada individu yang langsung terlibat, tetapi juga berpotensi menciptakan perubahan sosial yang lebih luas. Generasi muda yang dibesarkan dalam lingkungan pendidikan yang inklusif akan lebih siap untuk membangun masyarakat yang adil. Mereka akan memahami pentingnya penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia dan kesetaraan peluang bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang. 

Menurut UNESCO (2017), pendidikan inklusi membantu menciptakan masyarakat yang lebih adil dengan mengajarkan nilai-nilai keberagaman dan solidaritas. Dengan mendidik anak-anak untuk hidup dalam keberagaman dan saling menghargai, pendidikan inklusi berperan besar dalam mempersiapkan individu yang mampu beradaptasi dan berkontribusi dalam masyarakat yang inklusif dan berkeadilan.

Dibalik semua itu tentu saja terdapat tantangan dalam mengimplementasikan pendidikan inklusi.  Salah satu tantangan utama dalam penerapan pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang belum sepenuhnya inklusif. Beberapa sekolah masih menghadapi kesulitan dalam menyediakan fasilitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mendukung siswa dengan kebutuhan khusus, seperti alat bantu belajar atau dukungan tenaga pengajar yang terlatih (Ainscow, 2005). Selain itu, kurikulum yang tidak fleksibel dan ketidaksiapan guru juga menjadi hambatan dalam implementasi pendidikan inklusi. Persepsi negatif terhadap pendidikan inklusi dan kurangnya kesiapan dari tenaga pengajar juga menjadi tantangan besar. Banyak guru yang belum terlatih dalam mengelola kelas inklusif yang melibatkan siswa dengan beragam latar belakang dan kebutuhan. Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan bagi guru sangat diperlukan untuk memastikan bahwa mereka siap mengatasi tantangan yang ada dalam kelas inklusif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun