Mohon tunggu...
Agis Ahmad Fauzi
Agis Ahmad Fauzi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Siliwangi

Manusia ini riuh di kepala, sunyi dalam nyata; cakap di tulisan, riweuh dalam lisan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Iming-iming Agamawan

14 Juli 2022   00:31 Diperbarui: 14 Juli 2022   11:11 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan umatnya."

Tuhan telah mengatur segala sesuatu yang ada di muka bumi ini, termasuk takdir umat manusia serta cobaan yang terjadi dalam hidupnya. Meskipun demikian, ujian atau cobaan yang diberikan Tuhan tidak akan melebihi batas kemampuan umatnya. 

Ada ujian yang berat adapula ujian yang ringan, semua itu tergantung kadar keimanan seseorang. Begitulah yang selalu diucapkan orang-orang terlebih para ustadz ketika menasehati seseorang yang sedang mengalami masalah. 

Namun, benarkah demikian? Benarkah Tuhan memberi cobaan dalam batas kemampuan umatnya? Tidak melebihi kemampuan umatnya? Lalu bagaimana dengan orang-orang yang bunuh diri? Mereka yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya berarti sudah jelas tidak kuat akan ujian atau cobaan yang sedang dihadapinya. Lantas di bagian hal apa yang menjadi bukti jika Tuhan memberikan cobaan tidak di luar batas kemampuan umatnya? 

Berbekal dengan pertanyaan-pertanyaan di atas serta banyaknya peristiwa yang tidak selaras dengan gagasan di atas, rasa-rasanya kalimat "Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan umatnya", tidaklah benar. Kalimat itu hanya sebatas coping mechanism dan dogmatis Agamawan. 

Coba kalian sadari sendiri, semua ideasi atau penggagasan dalam konsep berpikir di dalam agama itu dirancang hanya untuk meninabobokan manusia dan memberikan harapan palsu kepada umatnya. Misalnya, narasi "bahwa Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan manusia". 

Bukankah hal tersebut tidak ubahnya seperti kalimat penenang semata di saat terpuruk? Karena pada faktanya, seringkali Tuhan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan manusia. 

Contohnya banyak. Warga Afrika yang dilanda kelaparan hebat sampai meninggal, orang-orang yang terjebak di dalam medan perang sampai kehilangan nyawanya dengan sia-sia, orang-orang yang memilih untuk mengakhiri hidupnya, dll. Semua ini merupakan contoh konkret bahwasanya Tuhan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan manusia.

Satu hal lagi yang saya ingin tekankan, orang-orang yang bisa survive dari cobaan yang diberikan Tuhan, mereka hebat. Tapi orang-orang yang tidak bisa survive dan terpaksa menyerah bukan berarti mereka pesimisme dalam hidup apalagi lemah, hanya saja memang benar, cobaan yang diberikan kepadanya melebihi batas kemampuannya. 

Sampai di sini harusnya kalian paham, ya. Bagi kalian yang masih meyakini bahwa Tuhan memberikan cobaan sesuai dengan kemampuan umatnya, sorry, saya sebut kalian ignorant dan bias kognitif.

Akhir kata, opini ini pure bukan bertujuan untuk meragukan kekuasaan Tuhan, meragukan adanya Tuhan itu sendiri apalagi mengkritisi kekuasaannya. Tapi, tulisan ini hanya sebatas keresahan saya terhadap dogmatis-dogmatis para Agamawan yang seringkali mengiming-imingi hal-hal yang tidak rasional, selalu meninabobokan umat manusia dengan narasi penenang padahal kebenarannya gaib, 

bahkan bukti secara empirisnya tidak ada. Sehingga hal tersebut berdampak pada pengikisan nalar kritis umatnya dan menghasilkan bias kognitif. Tentunya hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena semakin lama umat muslim akan semakin mundur dan tersisih dari kemajuan zaman jika hal semacam itu masih terus dibiarkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun