Mohon tunggu...
Agi Rahman Faruq
Agi Rahman Faruq Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Konstitusi untuk Masyarakat Indonesia

9 April 2019   12:51 Diperbarui: 9 April 2019   13:30 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
M. Natsir | 1.bp.blogspot.com

Konstitusi ini dibangun dengan tinta darah merah para pemuda dan seluruh masyarakat Indonesia. Seperti yang diucapkan oleh Patrick henry : "Give me Liberty of Give me Death!" yang kita pakai untuk berdaulat secara penuh di Surabaya pada tanggal 10 November lalu, "Merdeka atau Mati"-"Allahu Akbar!", mampu mempertahankan negara Indonesia, dan menjawab keraguan dunia internasional. Bahwasanya kita ini adalah bangsa benar-benar yang ingin merdeka.

patrick henry | thelibertyblessing.files.wordpress.com
patrick henry | thelibertyblessing.files.wordpress.com

Perjuangan ini untuk sebuah ide yang akan ditulis oleh sejarah dan dikofikasikan sebagai dasar bangsa ini dalam konstitusi secara tertulis maupun tidak tertulis. Mereka berjuang bukan untuk hal remeh-temeh, bukan untuk partainya, golonganya melainkan "ide" ya, ide yang sama yang dimiliki oleh kita semua bangsa Indonesia demi setiap jiwa-jiwa yang berjuang untuk Indonesia.

Barang tentu para pejuang negara ini sudah mengenali betul akan kesamaan ide dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang adil dan makmur. Mereka tidak semena-mena asal menebak dan memaksakan impian mereka. Seperti yang diucapkan Lincoln : "We Must First Know What We Are, and Whither We are going, before saying what to do and how to do it" 

Bangsa apa kita ini? Apa tujuan kita ini? Mau kemana kita ini? Sebelum melontarkan ide tersebut,  kita memang harus tahu betul apa yang nantinya kita perbuat dan untuk apa.

Itulah mengapa sayang ingin konstitusi yang diterapkan di Indonesia memang dari hasil buah pemikiran keinginan masyarakat, dan bukan dibuat untuk kebahagian golongan saja. Sehingga konstitusi dijadikan alat mempermainkan masyarakat Indonesia dan bukan menjadi penggaris lurus para pengendara di pemerintahan. Memang betul ucapan saya masih klise dan kurang mengeluarkan keinginan sesungguhnya, apalagi tulisan ini belum mampu memberi penghidupan yang layak seperti yang di ucapkan oleh Fourrier :

"Men kan de honger van een bedelaar niet stillen door hem onze constitutie in de hand te stoppen" yang bermakna orang tidak dapat menghilangkan laparnya perut-perut seorang pengemis, dengan hanya memberikan kitab konstitusi kepadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun