Mohon tunggu...
Agi Rahman Faruq
Agi Rahman Faruq Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Raja Arab Pembela Al Quds

30 Maret 2019   09:52 Diperbarui: 30 Maret 2019   11:09 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Faisal bin 'Abdul 'Aziz bin 'Abdurrahman as-Saud, adalah Raja Arab Saudi yang berkuasa pada tanggal 2 November 1964 - 25 Maret 1975. Beliau lahir di Riyadh, 14 April 1906-25 Maret 1975 meninggal pada umur 68 Tahun. Beliau adalah anak ketiga Raja 'Abdul 'Aziz bin 'Abdurrahman as-Saud, dia mempunyai dara suku Quraisy, dan juga Bani Tamim.

Faisal kecil lahir dengan Al-quran dan ilmu Agama sehingga sikap dan kebijakannya kelak saat menjadi pemimpin mempengaruhinya. Dimasa remajanya, tepatnya diusia 16 tahun, Pangeran Faisal diangkat menjadi panglima perang dan diberi kepercayaan memimpin sebuah ekspedisi untuk memadamkan pemberontakan sebuah suku di wilayah Asir. 

Pengalaman militernya kembali digembleng diusia 19 tahun, ketika diberi kepercayaan mengomandani sebuah pasukan untuk merebut Jeddah dari suku Hashemit yang berhaluan Syi'ah Zaidiyah yang seringkali membuat makar melawan Pemerintah di Hijaz.

Pada tahun 1932, Raja 'Abdul 'Aziz pun memproklamirkan berdirinya Negara Monarki Arab Saudi  dengan Raja 'Abdul 'Aziz bin 'Abdurrahman sendiri sebagai Raja pertama pasca peresmiannya ini. Pada tahun ini pula, Pangeran Faisal sendiri dipercaya sebagai Menteri Luar Negeri Arab Saudi. 

Pada sebuah pidato kenegaraannya dalam sebuah konferensi KTT Perdamaian dikota Versailles,  Prancis kharismanya berhasil memukau delegasi-delegasi negara asing yang hadir dalam konferensi tersebut.

Selepas kakaknya, yakni Raja Saud bin 'Abdul 'Aziz yang diangkat menggantikan Raja 'Abdul 'Aziz tersangkut kasus skandal keuangan yang menyebabkannya turun tahta, Pangeran Faisal pun dilantik menjadi pemerintah sementara menggantikan kakaknya yang tengah diasingkan keluar negeri oleh keluarganya. 

Pada tanggal 2 November tahun 1964, Pangeran Faisal pun resmi dilantik sebagai Raja kedua Arab Saudi menggantikan Raja Saud bin 'Abdul 'Aziz dengan gelar Malik Faisal bin 'Abdul 'Aziz as-Saud

"Faisal sendiri berasal dari kata bahasa Arab yang berarti pedang. Sejak kecil Raja Faisal sudah ditanami rasa keberanian, kedermawanan, dan harga diri oleh sang ibu. Masa pemerintahan Raja Faisal perbudakan di Arab masih hidup, dan hal tersebut membuatnya terganggu. 

Pada tanggal 6 November 1962  pemerintah Arab Saudi mengelontorkan dana sebesar 1,5 Juta Dollar US untuk mengahapus perbudakan di kerajaan Arab. Progam ini mengeluarkan sertifikat pembebasan budak di kantor-kantor dalam negeri.

President Roosevelt listens as Saudi King Abdul Aziz speaks with him in French aboard a U.S. warship in this Feb. 20, 1945, file photo, in Great Bitter Lake, near Cairo, during a stop on Roosevelt's way home from the Yalta conference. The marriage of convenience was consummated in one war and grew closer in another. Now in a third, in the shadowy struggle against terrorism, America and Saudi Arabia, the odd couple of the desert, are growing apart. (AP Photo/File) 
President Roosevelt listens as Saudi King Abdul Aziz speaks with him in French aboard a U.S. warship in this Feb. 20, 1945, file photo, in Great Bitter Lake, near Cairo, during a stop on Roosevelt's way home from the Yalta conference. The marriage of convenience was consummated in one war and grew closer in another. Now in a third, in the shadowy struggle against terrorism, America and Saudi Arabia, the odd couple of the desert, are growing apart. (AP Photo/File) 

Raja Faisal pernah pergi ke Amerika untuk mengunjungi Presiden Amerika Rosevelt pada Tahun 1943, dengan membawa asistenya yang berkulit hitam. Beliau menyuruh asistenya untuk duduk dan makan bersama dengan menu yang sama tanpa ada perbedaan di restoran Amerika yang hanya melayani orang kulit putih.

Ketika Soviet sedang berjaya, Raja Faisal langsung memberikan blokade ideologi komunis masuk kedalam negaranya. Raja Faisal mempercayai bahwa komunisme tidak sejalan dengan Islam, dan memposisikan dirinya sebagai anti komunis. 

Beliau juga sering melakukan kunjungan kesetiap negara-negar Islam untuk meningkatkan kerjasa dan tentunya demi persatuan Islam. Beliau enggan pemahaman nasionalisme dan sosialisme meresap kedalam sendi-sendi masyarakat dan negaranya.

Dalam sebuah wawancara, Raja Faisal diberi pertanyaan tentang bagaimana prioritas beliau tentang permasalahan timur tengah. Jawaban beliau sungguh mencengangkan dunia, "Prioritas saya adalah menghapus Israel". Beliau begitu konsen terhadap kebebas rakyat Palestina khususnya mengembalikan kehormatan Al-Quds.

Pidatonya yang terkenal di dunia Internasional pada saat pertemuan (PBB) pada Tahun 1947, sanggat mengugah dan tajam.  Dalam pidatonya di depan (PBB) beliau berkata "Jika, kalian ingin jadi orang yang baik, maka berbuat baiklah dengan kekuasaan kalian". Beliau mendesak negara-negara lain untuk bersikap adil dan jangan menindas rakyat Palestina.

Seusai pidatonya yang menggemparkan beliau mendapatkan cacian dan penolakan atas dukungan terhadap Palestina. Para praktisi hukum di New York menggelar aksi demonstrasi atas sikap Raja Faisal yang tidak menaati aturan hukum Internasioal akan wilayah Palestina yang sebenarnya tidak bertuan dan sebagai negara mandat dari Inggris.

Pidato terakhirnya sebelum beliau meninggal cukup mengiris hati, seakan-akan itu adalah curahan hatinya yang terkekang oleh sistem dan juga kebingungan dia, bagaimana mungkin ada negara dan masyarakatnya ditindas tapi dunia seolah-olah diam dan tidak peduli.

"Apa yang kita tunggu? Apakah kita menunggu dunia bersuara? Mana suara mereka? Sesungguhnya Al-Quds yang mulia, sedang memanggil kalian, merintih kepadamu wahai saudaraku, untuk menolongnya dari kemalangan dan ujian yang menimpanya, apa yang membuat kita takut?" itulah ucapan Raja Faisal tentang Al-Quds.

Beliau tidak hanya bicara saja, beliau bertindak langung untuk membebaskan Al-Quds. Beliau melakukan blokade minyak kepada negara barat dengan mengurangi suplai minyak sebesar 5% per-bulan dan mengakibatkan inflasi harga minyak pada Tahun 1973. Raja Faisal akhirnya disegani dan ditakuti, karena beliau tidak akan berhenti sampai Israel keluar dari tanah Palestina.

Sangat disayagkan ketika Perang Arab melawan Israel, pihak Arab mengalami kekalahan dan Israel semakin memperluas wilayahnya. Banyak rumor yang beredar, sejak kejadian tersebut Raja Faisal tidak pernah tersenyum dihadapan awak media karena sebagai bentuk duka cita dan kegagalan beliau untuk membebaskan Al-Quds.

redit.com
redit.com

Beliau juga memperjuangkan hak-hak wanita bersamaan denga Ratu Iffat sebagai istri ke-duanya dengan mendirikan sekolah khusus wanita di Saudi. Beliau memang berbeda dengan Raja lainnya yang bisa dibilang sangat-sangat konvesional. Banyak sekali pembaharuan kebijakan yang terbilang suatu dobrakan besar pada saat itu di Saudi.

Pada pagi hari di kantornya Raja Faisal di tembak oleh keponakanya yang baru pulang dari Amerika. Keponakanya menembak Raja Faisal dari jarak dekat saat sang Raja ingin memeluk keponakanya. Keponakanya menembak Raja Faisal  dengan 6 tembakan bertubi-tubi. 

Tembakan pertama mengenai dagunya menembus kerongkan dan tembakan kedua dari kupingnya, inilah tembakan yang sangat fatal sehingga beliau meninggal dunia.

Setelah beliau meninggal, keponakanya di hukum mati. Banyak isu beredar bahwasanya keponakanya mengalami gangguan mental bahkan dikaitkan dengan serangan intelejen negara lain, akibat Raja Faisal membombardir negara yang mendukung Israel termasuk Israel sendiri dengan melakukan boikot hasil minyaknya.

sumber : thumbs.worthpoint.com
sumber : thumbs.worthpoint.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun