Mohon tunggu...
Agi Rahman Faruq
Agi Rahman Faruq Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Mosi Integral "14 April 1986-2019"

23 Maret 2019   17:43 Diperbarui: 23 Maret 2019   17:45 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gbr 2. Logo MAPACH , sumber : https://pbs.twimg.com/profile_images/

Menurut M.Natsir percaya bahwa suatu negeri yang pemerintahnya tidak memperdulikan kepentingan rakyat, membiarkan rakyat bodoh, tidak mencukupkan alat-alat yang perlu untuk kemajuan agar jangan tercecer dari negei-negeri yang lain, dan yang kepala-kepalanya menindas rakyat. Dalam Islam ada nasihat, bahwa akan datang kerusakan dan bencana bila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya. "Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya."(HR Bukhari).

 Kita hidup dalam sistem demokrasi, namun demokrasi bukan untuk memecah belah bahkan merusak persatuan. Demokrasi dalam Islam memberikan hak kepada rakyat, supaya mengkritik, menegur, dan membetulkan pemerintah yang dzalim. Ir.Soekarno berkata "tidak ada Ijma' Ulama tentang agama dan negara harus bersatu, tapi mana pula ijma ulama yang mengatakan negara dan agama tidak bersatu.?."

Bersatu tidak perlu melebur "plural", bersatu tidak perlu "melarutkan" UUK kedalam HMCH. Mulailah bersatu dan memperjuangkan keinginan luhur cita-cita pendiri HMCH maupun UUK. Mengembalikan (RE) rasa persatuan dengan rekonsiliasi menegaskan kembali rasa kebersamaan membangun kader mahasiswa Pkn, yang dapat berpikir Ilmiah sebagai kaum Intelektual, Progresiv dalam pergerakan dan mengakar "radikal", hingga diksi Revolusiner terwujud hingga mampu membawa perubahan yang lebih baik dan baik dari sebelumnya.

Pemikiran persatuan yang penulis utarakan memang begitu imaginer, dan menganggap bukan hal yang urgent untuk dibahas bagi sebagian kalangan. Tapi hal itu adalah gerbang, titik pembuka agar kita mampu menegakan kembali pondasi tihang penyangga bendera tersebut. Pertanyaan mau di kemanakankah kader HMCH?, Membentuk kader yang seperti apa?, cita-cita bersama apa yang akan kita tuju?.

Ketika Departemen lain sibuk untuk melatih kader-kadernya untuk bergerak secara  progresiv, kita masih asik berselisih paham. Ketika departemen lain sibuk membentuk kader dengan sisi intelektual yang cakap, kita sibuk membodohi dan mendoktrin hal-hal konyol untuk kepentingan golongan hingga membuat kader robot "5.0".

Ketika departemen sibuk melakukan Reform birokrasi dan kaderisasi, kita sibuk menggoyang kawan sendiri dan meributkan kursi kepemimpinan. Kurang elok kiranya kita sebagai mahasiwa PKn tidak dapat membuat persatuan di lingkungannya sendiri. Konsepsi ini ditujukan terlebih dulu kepada penulis pribadi sebagai anggota MAPACH dan MAPACH (Mahasiswa Pecinta Alam Civics Hukum) yang nanti di tanggal 14 April 2019 melaksanakan refleksi secara menyeluruh.

Gbr 2. Logo MAPACH , sumber : https://pbs.twimg.com/profile_images/
Gbr 2. Logo MAPACH , sumber : https://pbs.twimg.com/profile_images/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun