Banyak pihak yang menyampaikan bahwa semua profesi bisa menjadi guru. Namun, menjadi seorang guru tidak sesederhana itu. Guru mendidik manusia, penerus bangsa, calon pemimpin bagi keluarga, masyarakat, dan negara ini.
"Kita tidak mendidik kertas administrasi dan gadget, kita mendidik manusia. Sebuah usaha dalam memanusiakan manusia."
Nyatanya, tidak semua orang bisa bertahan dan terpanggil menjadi seorang guru. Untuk bisa berdamai dengan tingkah laku siswa di kelas. Untuk setia dalam proses pendampingan siswa agar mereka tumbuh menjadi anak-anak yang beretika dan berkarakter baik. Kita tidak mendidik kertas administrasi dan gadget, kita mendidik manusia. Sebuah usaha dalam memanusiakan manusia.
Belajar dari Proses rekrutmen guru di Singapura yang tidak dimulai dari tingkat universitas di mana mahasiswa-mahasiswi terbaik akan direkrut menjadi guru, tetapi dimulai dari bangku SMA. Siswa SMA dengan raihan akademis tertinggi dan menempati posisi peringkat teratas di tahun kelulusannya akan diberikan tunjangan sebesar 60% dari gaji guru pada saat itu jikalau mereka akan mengambil jurusan pendidikan guru di universitas.
Berbeda dengan di Indonesia, di mana peminat untuk menjadi seorang guru sangat rendah dibandingkan dengan siswa yang memilih jadi YouTuber dan lain-lain. Kita dapat berasumsi bahwa mereka bisa membaca situasi dari guru-guru yang mereka lihat. Kesejahteraan yang rendah tidak linear dengan tumpukan pekerjaan yang berat.
Berangkat dari persoalan-persoalan di atas, sebuah show Stand Up Comedy dari Abdur Arsyad dengan tajuk "Guru pahlawan perlu tanda jasa" membuka dan memperjelas situasi guru hari ini. Di dalam kekhawatiran sebagai seorang guru, kita merasa bahwa konsep Guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dimaknai dengan cara yang keliru. Karena konsep demikian, guru dianggap sebagai sebuah profesi yang terbiasa dikesampingkan, dan dianggap tidak perlu apresiasi. Guru hadir sebagai profesi yang sama terhormatnya dengan profesi lain. Kita perlu menyuarakan keresahan profesi guru yang mungkin mayoritas orang tidak pernah ketahui.
Sebagai penutup, ada sebuah anekdot dari akun threads @danielleonardosinaga terkait persoalan di atas:
Ada seorang teman bercerita, dia pernah ikut seminar Pendidikan, pematerinya dari pemerintah dinas kota terkait, dia yang masih polos bertanya, "Pak, kenapa guru digaji 350k per bulan? Kalau digaji UMR kan bagus."
Dia jawab: guru tidak boleh minta gaji, Mas. Gajinya besok di surga. Kalau beras habis, bilang ke istri, aku mati dulu ya dek, mau ambil gaji.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H