Mohon tunggu...
Agi Julianto Martuah Purba
Agi Julianto Martuah Purba Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Saya senang mengamati, membaca, merasakan dan menyatukan semuanya dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jika Aku Bukan Seorang Guru

19 September 2022   20:46 Diperbarui: 19 September 2022   20:59 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin aku hari ini akan menjadi seorang editor atau wartawan di satu perusahaan media cetak dan online jika saat itu aku 'iyakan', atau barang kali malam ini mungkin aku akan berkutat dengan tesis jika pada saat itu aku bersikeras melanjutkan studi magister. 

Tapi siapa yang tahu, mungkin saja aku akan menjadi seorang yang tidak bekerja dan hanyut dalam kenangan-kenangan masa lalu sewaktu sekolah.

Dulu saat ditanya oleh guru mengenai cita-cita, aku adalah pribadi yg ingin menjadi pengusaha. Bukan karna aku tau apa itu pengusaha, tapi profesi itu agak jarang diucapkan siswa lain. 

Ada perasaan bangga saat berbeda dengan yang lain. Haha.

Jika bisa dikerucutkan menjadi 2 hal, menulis dan mendidik adalah dua rutinitas yang melekat hingga saat ini. Khusus yg pertama, tahun ini sepertinya minim berkarya dalam bentuk tulisan, baik artikel ataupun buku. Bisa dihitung dengan jari. 

Bahkan, jarak tulisan edisi CaPen (Catatan Pendidikan) ini terbit berjarak 5 bulan. Maklum, bukan karna banyak kerjaan. Namun, virus kemalasan, kemageran, dan rebahan bisa menular ke siapa saja. Apalagi vaksinnya agak sulit.

Gejolak dan pergerakan Pendidikan hari ini tak bisa dipungkiri menguras energi dan waktu sebagai seorang pendidik yang seumur jagung ini untuk terus belajar. 

Ada kerinduan untuk menulis lagi. Ada Hasrat untuk merasakan kenikmatan yang tak mampu dijelaskan lewat menulis. 

Malam ini, setelah selesai dengan semua rutinitas, memulai untuk menulis lagi. Kata orang bijak "Jangan biarkan ada jarak yang memungkinkan adanya alasan-alasan di antara aktivitas saat ini dan pekerjaan yang ingin dimulai". 

Jadi, bergegas ambil laptop tua kesayanganku dan ku putar kumpulan lagu-lagu Ipang. Aku mulai menulis dengan sebisa mungkin menghindari menekan tombol "backspace".

Beberapa hari lalu, judul tulisan ini terlintas di benak. Apa jadinya hari ini aku bukan seorang guru? 

Mari sedikit serius. Mungkin, aku tak akan mengerti bahwa sekolah itu bukan hanya perkara akademik saja, mungkin aku tak akan pernah mengerti bahwa seorang guru memikul tanggung jawab yang besar bagi tumbuh kembang siswa, mungkin aku akan bersikeras dengan keegoisanku bahwa satu atau dua kali Latihan siswa harusnya paham dengan apa yang diajarkan. 

Bahkan, aku tak akan pernah mengerti rasanya menjadi salah satu dari guru, yang perannya penting namun sering dilupakan atau katakanlah terlupakan. 

Sekejap, saat menulis kalimat terakhir di atas ini, aku teringat kisah seorang guru honorer yang mengabdi 30 tahun, namun sedang mengamen di pasar. Pilu. 

Terlepas dari itu, menjadi seorang guru adalah pilihan untuk menjadi korban. Eits, ini kata Pramoedya Ananta Toer, "Seorang guru adalah korban, korban untuk selama-lamanya. Dan kewajibannya terlampau berat, membuka sumber kebajikan yang tersembunyi dalam tubuh anak-anak bangsa" . 

Entahlah, kali ini aku menikmati peranku sebagai korban.

Melihat anak-anak adalah melihat masa depan, dan menapaki jalan sebagai seorang guru adalah jalan mempersiapkan masa depan yang lebih cerah. 

Tentu, kita tak ingin hal-hal buruk terjadi bagi mereka di masa depan, atau kita tidak ingin mereka hidup dan berkarya di masa depan yang buruk. 

Sebagaimana yang orang katakan bahwa setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. Maka mempersiapkan mereka untuk masa depan adalah tanggung jawab kita Bersama, khususnya guru. Begitu juga selanjutnya. 

Bersambung~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun