Beberapa hari lalu, judul tulisan ini terlintas di benak. Apa jadinya hari ini aku bukan seorang guru?Â
Mari sedikit serius. Mungkin, aku tak akan mengerti bahwa sekolah itu bukan hanya perkara akademik saja, mungkin aku tak akan pernah mengerti bahwa seorang guru memikul tanggung jawab yang besar bagi tumbuh kembang siswa, mungkin aku akan bersikeras dengan keegoisanku bahwa satu atau dua kali Latihan siswa harusnya paham dengan apa yang diajarkan.Â
Bahkan, aku tak akan pernah mengerti rasanya menjadi salah satu dari guru, yang perannya penting namun sering dilupakan atau katakanlah terlupakan.Â
Sekejap, saat menulis kalimat terakhir di atas ini, aku teringat kisah seorang guru honorer yang mengabdi 30 tahun, namun sedang mengamen di pasar. Pilu.Â
Terlepas dari itu, menjadi seorang guru adalah pilihan untuk menjadi korban. Eits, ini kata Pramoedya Ananta Toer, "Seorang guru adalah korban, korban untuk selama-lamanya. Dan kewajibannya terlampau berat, membuka sumber kebajikan yang tersembunyi dalam tubuh anak-anak bangsa" .Â
Entahlah, kali ini aku menikmati peranku sebagai korban.
Melihat anak-anak adalah melihat masa depan, dan menapaki jalan sebagai seorang guru adalah jalan mempersiapkan masa depan yang lebih cerah.Â
Tentu, kita tak ingin hal-hal buruk terjadi bagi mereka di masa depan, atau kita tidak ingin mereka hidup dan berkarya di masa depan yang buruk.Â
Sebagaimana yang orang katakan bahwa setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. Maka mempersiapkan mereka untuk masa depan adalah tanggung jawab kita Bersama, khususnya guru. Begitu juga selanjutnya.Â
Bersambung~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H