Mohon tunggu...
Ayu Gina Utari
Ayu Gina Utari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

senang menulis, sekalipun tak tahu akan jadi apa tulisannya, memerlukan banyak sekali masukan dan kritik. bercita-cita melangkahkan kaki keluar, entah itu benua asia, australia, eropa, amerika atau afrika. kelak ingin bekerja di dunia media dan kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tawuran dan Crows Zero

29 September 2012   18:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:29 1733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

belakangan ramai dibicarakan mengenai tragedi tawuran yang masih menjadi headline di beberapa media massa. sebenarnya tawuran, kalau boleh dikatakan sudah lama berlangsung di negeri ini dari berpuluh tahun yang lalu, dan sudah memakan ribuan jiwa. namun entah mengapa baru belakangan ini kisah tawuran menjadi ramai diberitakan. alasan yang dilontarkan para siswa bisa bermacam-macam, namun yang paling aneh bagi saya adalah alasan, ' Karena kata kakak kelas saya SMK X adalah musuh, sudah turun-temurun dari dulu.'


di tempat lain di hati saya, saya adalah penyuka komik, tepatnya pembaca komik manga, alias komik jepang. salah satu komik yang rajin saya ikuti adalah Crows, termasuk Live Actionnya yang diperankan oleh aktor jepang Shun Oguri.


apa hubungan antara tawuran dan komik jepang? bagi pembaca dan penikmat film Crows mungkin mengerti maksud saya. Ya, Crows adalah komik yang mengisahkan anak-anak SMA Suzuran dan sekitarnya yang hobinya tidak lain tak bukan adalah berantem alias tawuran setiap saat. darah dimana-mana, bonyok atau patah tulang menjadi hal biasa.


apa yang ingin saya katakan disini bukanlah membenarkan apa yang dilakukan siswa-siswa labil di negeri kita ini. hanya saja, satu hal yang membuat saya heran, dalam komik itu tak pernah ada satupun siswa, atau ketua-ketua dari sekolah-sekolah di sini yang menggunakan senjata dalam setiap pertarungannya. semua perkelahian dilakukan dengan tangan kosong. seluruh perkelahian berdasarkan pada kemampuan setiap anak dalam bela diri. mereka harus mampu membela diri mereka sendiri, dan juga siap melindungi teman-temnnya jika ada yang terluka parah atau kalah. mereka belajar menjadi lelaki yang memiliki integritas dan tanggung jawab dengan cara diluar kebiasaan. mereka belajar mengerti resiko dari apa yang mereka lakukan, dan terutama lagi adalah belajar menghargai sesama ' petarung ' alias lawan-lawan mereka. ada saat dimana 2 sekolah berkelahi habis-habisan hingga banyak personil harus dirawat di rumah sakit, namun ada saat dimana mereka bertemu, atau berpapasan, tanpa ada tendensi untuk memukul, apalagi berkelahi.


sepengertian saya, alasan yang mendasari pertarungan anak-anak di komik Crows adalah perasaan ingin menjadi yang terkuat, yang paling disegani, dan paling ditakuti oleh sekolah-sekolah lain. ego sebagai lelaki.


adakalanya terjadi perkelahian antar siswa satu sekolah, karena memang pada dasarnya keinginan mereka adalah menjadi yang paling super, jadi tak heran banyak terjadi perkelahian di dalam satu sekolah, antar kelas, antar angkatan, ataupun antar ketua kelompok.


tawuran yang sebenarnya, perkelahian yang sebenarnya, bagi saya adalah perkelahian atas dasar ego lelaki yang memiliki adrenalin berlebih dan kebingungan menyalurkannya, adalah tawuran yang menggunakan tangan kosong dan kemampun diri sendiri. sedangkan tawuran yang mengatasnamakan balas dendam, apalagi hanya untuk melestarikan budaya turun temurun dari sang kakak kelas,  perkelahian yang seperti itu, layaknya berjuang, tapi tak tahu apa yang sedang diperjuangkan.


jadi, apa yang terjadi sekarang disini cukup membuat saya bingung dengan definisi tawuran. yang manakah tawuran yang sebenarnya? mereka anak-anak yang berlari-lari sambil melempar batu ke arah lawan, memutar-mutar sabuk dan membawa celurit sudah tak nampak ' kelelakiannya'. mereka sudah tak percaya dengan kemampuan dirinya sendiri, hingga harus berlindung di balik senjata. tak mempercayai kepalan tangannya, dan kekuatan kakinya. bagi saya, mereka lebih nampak seperti gengster-gengster di film asia yang suka membawa alat pukul dalam perkelahiannya.


padahal mereka memiliki level berbeda. penguasaan diri, dan pola pikir yang berbeda pula, jadi sejujurnya gaya perkelahian gengster itu tak cocok untuk ditiru anak-anak sekolah, yang uang jajan saja masih harus meminta kepada ayah dan bunda.


sungguh disayangkan sekali, padahal jika siswa tukang berantem di negeri ini memiliki pola yang sama seperti di komik Crows, negeri kita bisa dengan mudah menyalurkan bakat dan adrenalin mereka, banyak yang akan menjadi the next Chris John, dan masih banyak lagi yang bisa disewa KPK untuk membikin bonyok tikus-tikus ngeyel di negeri ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun