Negosiasi emosional semacam ini tidak akan berhasil tanpa adanya keterampilan untuk mendengar. Sayangnya, masih banyak dari kita yang mendengar untuk merespons, bukan untuk memahami.
Hal inilah yang seringkali menjadi akar masalah terjadinya kesalahpahaman. Pasangan yang melatih keterampilan mendengar aktif memiliki tingkat kepuasan hubungan yang lebih tinggi, begitu kira-kira menurut salah satu penelian.
Mendengarkan aktif bukan hanya soal diam dan membiarkan pasangan kita berbicara. Tapi ini adalah tentang memberikan perhatian penuh, mengulang poin penting yang disampaikan, serta memberi tanggapan yang relevan.
Contohnya ketika pasangan kita mengungkapkan kekhawatirannya mengenai situasi keuangan, alih-alih langsung memberi solusi, tapi tanyakan dulu secara lebih mendalam, "Sayang, Apa yang paling membuatmu khawatir?" atau "Bagaimana caranya agar aku bisa membantu menuntaskan persoalan ini?" Pertanyaan-pertanyaan semacam ini adalah untuk menunjukkan kita benar-benar peduli dan memahami sudut pandangnya.
Mengelola Konflik
Setiap hubungan hampir pasti mengalami konflik. Namun, tergantung bagaimana cara kita menyikapinya. Pendekatan rasional sangatlah penting untuk membantu kita mengelola konflik.
Coba bayangkan konflik seperti sebuah percakapan bisnis yang menegangkan, tapi Kamu tidak menyerang personal, melainkan fokus pada masalah.
Pakar hubungan, John Gottman, mengungkapkan bahwa pasangan yang bertahan lama bukanlah pasangan yang tidak pernah bertengkar samasekali, tetapi pasangan yang meskipun bertengkar mereka tetap mampu mengelola konflik dengan cara yang sehat.
Dan, salah satu strategi efektif mengenai hal ini adalah menggunakan teknik time out. Apa itu? Yakni ketika emosi memuncak, ambilah waktu sejenak untuk merenung dan berpikir jernih sebelum melanjutkan diskusi. Hal ini akan membantu kita mencegah ucapan impulsif yang berpotensi merusak hubungan.
Untuk melihat kembali konteks negosiasi di dalam sebuah hubungan, maka hubungan yang sehat itu ibarat kontrak yang harus terus diperbarui. Di dalam kontrak ini, kita dan pasangan kita memiliki peran, tanggung jawab, dan tujuan bersama yang harus dipahami. Hal ini bukan berarti hubungan menjadi kaku, tapi justru memberikan struktur untuk bertumbuh.
Coba kita buat daftar tujuan bersama pasangan setiap beberapa bulan. Setiap enam bulan misalnya. Disana coba ungkapkan apa yang ingin kita capai sebagai pasangan? Apakah itu akan melibatkan perjalanan bersama, menabung untuk masa depan, atau sekadar menghabiskan waktu berkualitas setiap minggu?
Dengan menetapkan tujuan yang jelas seperti itu, maka hubungan akan lebih terarah.