Wacana libur sebulan penuh selama Ramadan akan membuka ruang kesempatan diskusi yang menarik tentang bagaimana kita mempersiapkan generasi muda menghadapi masa depan.
Di dalam ekosistem pendidikan ideal, kebijakan semacam ini seharusnya tidak hanya memikirkan kebutuhan spiritual tetapi juga memberikan ruang untuk pengembangan keterampilan dan nilai-nilai hidup.
Bagi para generasi muda, Ramadan bisa menjadi waktu refleksi sekaligus momentum untuk belajar di luar batasan sekolah formal. Rabindranath Tagore berkata, "You can't cross the sea merely by standing and staring at the water" (Kamu tidak bisa menyeberangi lautan hanya dengan berdiri dan memandang air).
Dengan kata lain, perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang diambil dengan penuh keyakinan. Ramadan adalah kesempatan untuk melatih langkah-langkah kecil itu, baik dalam hal spiritualitas maupun produktivitas.
Dengan memanfaatkan waktu secara bijak, libur panjang Ramadan tidak hanya menjadi jeda aktivitas, tetapi juga jembatan menuju generasi muda yang lebih cerdas, produktif, dan proaktif. Ramadan bukan sekadar waktu untuk berpuasa, tetapi juga momen untuk tumbuh bersama.
Lantas, apa yang hilang jikalau sekolah diliburkan selama Ramadan? Tidak ada, tapi dengan catatan kita mengisinya dengan aktivitas serta kegiatan yang bermakna.
Maturnuwun,
Growthmedia
NB : Temukan artikel cerdas lainnya di www.agilseptiyanhabib.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H