Dalam hal ini, peran guru dan orangtua menjadi sangat penting dalam menciptakan aktivitas yang menggabungkan pembelajaran dengan praktik keagamaan ini, seperti membuat jurnal Ramadan, proyek amal sederhana, atau diskusi pentingnya nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu jurnal tentang pendidikan dan psikologi memperlihatkan bahwa keterlibatan dalam pembelajaran berbasis nilai akan membantu meningkatkan daya ingat jangka panjang siswa.
Libur panjang akan memberikan ruang bagi siswa untuk mengasah keterampilan hidup yang jarang disentuh dalam ruang kelas. Misalnya, keterampilan manajemen waktu, kepemimpinan, hingga kewirausahaan.
Bulan Ramadan bisa menjadi momentum bagi generasi muda ini untuk memulai proyek kecil, seperti berjualan takjil, membuat kerajinan tangan, atau bahkan mengorganisasi kegiatan sosial di lingkungan sekitar.
Dengan kata lain, sah-sah saja anak-anak sekolah itu libur sebulan penuh asalkan selama masa liburannya sudah dikondisikan sedemikian rupa sehingga menjadi bagian dari kurikulum pelajaran sekolah.
Ada banyak hal yang bisa dipelajari dalam praktik belajar selama libur bulan puasa tersebut, seperti berbisnis, menulis, berbicara di depan umum, atau bahkan belajar memasak untuk sahur dan berbuka.
Maka dari itu, libur panjang Ramadan perlu diisi dengan aktivitas yang memperkaya pengalaman generasi muda, tidak hanya secara spiritual tetapi juga intelektual dan emosional.
Koneksi Antar Generasi
Bulan Ramadan bisa menjadi waktu yang tepat untuk memperkuat hubungan antar generasi didalam keluarga. Misalnya orangtua dengan anak-anaknya; Anak-anak dengan kerabat dari orang tuanya; Anak-anak dengan kakek-neneknya.
Karena selama siswa menjalani rutinitas sekolahnya mereka sering tidak memiliki cukup waktu untuk bercengkerama dengan keluarga atau belajar dari pengalaman orang tua serta kakek-nenek mereka.
Libur panjang ini bisa menjadi kesempatan emas untuk menghidupkan tradisi bercerita, berbagi pengalaman, atau sekadar menjalankan kegiatan bersama yang mempererat hubungan emosional.
Sebuah studi menyebut bahwa keterlibatan keluarga dalam pendidikan anak dapat meningkatkan hasil belajar hingga 30%. Dalam konteks Ramadan, hal ini berarti kolaborasi antar anggota keluarga bisa menjadi kunci untuk menjaga keseimbangan antara belajar dan bermain.