Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

New World Pilihan

4 Ancaman Siber Terbaru dan Cara Perusahaan Global Mengatasinya

8 Januari 2025   10:20 Diperbarui: 8 Januari 2025   10:20 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serangan ransomware menjadi ancaman tersendiri terhadap sistem perusahaan besar | Ilustrasi gambar: freepik.com / c_guoy

Bagaimana rasanya hidup di era serba digital? Praktis, cepat, dan serba terkoneksi, bukan? Tapi di balik semua kemudahan itu, ancaman siber pun tumbuh semakin canggih dan tak terduga.

Seperti sebuah pepatah yang mengatakan, "Keamanan siber adalah seperti memecahkan teka-teki yang terus berubah bentuk." Dalam dunia di mana data adalah emas baru, serangan siber bukan hanya tentang hacker yang bersembunyi di balik layar gelap, tetapi tentang skenario yang bisa membuat perusahaan global merugi miliaran dalam hitungan detik.

Laporan terbaru dari Cybersecurity Ventures memperkirakan kerugian akibat kejahatan siber akan mencapai $10,5 triliun pada tahun 2025 ini. Angka tersebut bukan lagi sekadar ancaman, tapi kenyataan yang harus dihadapi dengan serius.

Jadi, yuk kita kupas empat ancaman siber terbaru yang sedang mengguncang dunia dan bagaimana perusahaan global menghadapinya.

#1. Ransomware-as-a-Service (RaaS)

Serangan ransomware bukan lagi aksi individu, melainkan sudah menjadi industri tersendiri. Melalui Ransomware-as-a-Service (RaaS), penjahat siber bisa "menyewa" perangkat lunak berbahaya siap pakai untuk melumpuhkan sistem perusahaan dan meminta tebusan.

Perusahaan global seperti Microsoft dan IBM telah mengembangkan teknologi berbasis AI untuk mendeteksi pola serangan ransomware bahkan sebelum serangan itu terjadi. Mereka memanfaatkan teknologi machine learning untuk menganalisis jutaan data per detik.

Tidak berhenti di situ, mereka juga menerapkan protokol Zero Trust Security, di mana setiap akses ke sistem harus diverifikasi secara ketat. Dengan pendekatan ini, serangan ransomware bisa diminimalisir sebelum mencapai titik kritis.

#2. Deepfake dan Manipulasi AI

Manipulasi wajah dengan teknologi deepfake untuk tujuan kejahatan siber | Ilustrasi gambar:  freepik.com/ Frolopiaton Palm
Manipulasi wajah dengan teknologi deepfake untuk tujuan kejahatan siber | Ilustrasi gambar:  freepik.com/ Frolopiaton Palm

Deepfake bukan lagi sekadar hiburan di media sosial. Teknologi ini kini dimanfaatkan untuk menciptakan video atau audio palsu yang sangat meyakinkan demi tujuan kriminal, seperti manipulasi transaksi keuangan atau pencurian identitas.

Sebagai respons, perusahaan teknologi seperti Google Cloud telah membangun algoritma khusus untuk mendeteksi konten deepfake dengan tingkat akurasi tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun