Bagaimana rasanya tinggal di rumah super kecil? Pasti sumpek, kan? Sesak, kan? Terbatas, kan?
Begitu pula yang dirasakan Nenek Husna, yang pernah tinggal di rumah berukuran hanya 2 x 3 meter, bersama 12 anggota keluarga.
Bayangkan, ruang yang bahkan susah untuk bernafas lega! Namun, anehnya, kini fenomena memilih rumah mungil justru menjadi tren di perkotaan.
Fenomena ini dikenal sebagai "Petite Living" --- gaya hidup di mana banyak orang, sengaja, lebih memilih rumah yang kecil.
Mereka yang mengadopsi "Petite Living" umumnya tinggal di kota besar yang padat. Alasan? Tidak sekadar biaya yang lebih rendah atau pemenuhan kebutuhan minimalis, tetapi juga sebagai upaya meraih keseimbangan hidup yang tak terduga.
Lebih dari sekadar adaptasi dengan ruang terbatas, tren ini melibatkan pergeseran nilai dan pola pikir. Seperti kata Socrates: "He who is not contented with what he has, would not be contented with what he would like to have" (Mereka yang tidak puas dengan apa yang dimiliki, tak akan puas dengan apa yang mereka inginkan).
Berikut lima alasan kenapa orang-orang mulai memilih "Petite Living" dan alasan di balik pilihan unik mereka!
#1. Membawa Kehangatan di Ruang yang Terbatas
Banyak orang percaya bahwa rumah besar identik dengan kenyamanan. Namun, kenyataannya, bagi beberapa orang, justru rumah mungil menciptakan kehangatan tersendiri.
Di ruang yang terbatas, interaksi dengan keluarga atau pasangan lebih mudah terjalin. Dengan setiap anggota keluarga yang selalu terlihat di satu ruangan, keintiman pun meningkat.
Bahkan menurut jurnal Buildings & Cities, orang yang tinggal di rumah kecil cenderung mengembangkan adaptasi positif, seperti saling peduli dan memperhatikan kebutuhan satu sama lain.
#2. Minimalis, Mengurangi Beban dan Stres
Tidak sedikit orang yang merasa lega dengan terbatasnya ruang untuk menampung barang-barang yang dimiliki. Keterbatasan ruang rumah mungil memaksa pemiliknya untuk lebih selektif dan akhirnya hidup lebih rapi.
Dengan memilih hanya barang yang benar-benar dibutuhkan, banyak dari mereka merasakan kepuasan dari hidup yang sederhana dan terorganisir.
Penelitian dari Urban Studies Foundation menyoroti bahwa ruang tinggal mikro di perkotaan sering dipasarkan sebagai gaya hidup minimalis.
Walau tampaknya terbatas, banyak yang merasa terbebas dari beban barang berlebih yang hanya akan mempersulit kehidupan sehari-hari.
#3. Dekat dengan Fasilitas Umum yang Memadai
Di tengah keterbatasan ruang, penghuni rumah mungil kerap kali mendapatkan fasilitas umum yang memadai di sekitarnya.
Hidup dalam rumah kecil sering kali berada di kawasan urban yang dekat dengan transportasi umum, taman kota, dan berbagai sarana publik. Hal ini memungkinkan gaya hidup praktis yang efisien tanpa harus jauh-jauh bepergian.
Studi di Eropa dari jurnal Buildings & Cities menyebutkan bahwa kedekatan dengan fasilitas umum bisa meningkatkan kepuasan hidup di ruang kecil.
Jadi, tinggal di rumah mungil memungkinkan kehidupan kota yang praktis.
#4. Ramah Lingkungan, Jejak Karbon yang Lebih Kecil
Hidup di rumah mungil tak hanya efisien bagi penghuni tetapi juga lebih ramah lingkungan. Rumah kecil membutuhkan energi yang lebih sedikit untuk pencahayaan, pemanasan, atau pendinginan. Efeknya, konsumsi listrik dan air pun berkurang, begitu juga jejak karbon yang dihasilkan.
Penelitian dari Academic Journals mengungkapkan bahwa rumah mungil merupakan solusi efektif untuk mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam. Dengan jejak karbon yang lebih kecil, gaya hidup ini berkontribusi nyata pada pelestarian lingkungan.
#5. Menghadapi Tekanan Ekonomi Kota
Harga properti yang semakin melambung di kota besar menjadikan rumah mungil sebagai solusi realistik bagi generasi muda. Ketimbang menunda untuk memiliki rumah, banyak orang memilih hunian kecil namun layak sebagai awal kehidupan mandiri.
Dengan menekan biaya perawatan dan pemeliharaan, hunian mungil juga menawarkan pilihan yang lebih terjangkau dan mengurangi stres finansial.
Jurnal Urban Studies Foundation menyatakan bahwa mikro-living adalah jawaban bagi mereka yang ingin tetap tinggal di kota tanpa harus berkorban terlalu besar dari segi ekonomi.
***
Nah, itulah lima alasan utama kenapa tren "Petite Living" semakin populer di kalangan masyarakat perkotaan saat ini.
Gaya hidup ini tidak hanya berbicara tentang ukuran rumah, tetapi juga mengenai bagaimana kita menyederhanakan cara hidup, menyelaraskan diri dengan lingkungan, dan memperkuat hubungan antar anggota keluarga.
Di masa depan, bisa jadi hunian mungil akan menjadi lebih dari sekadar tren, melainkan kebutuhan gaya hidup yang tak terelakkan di tengah keterbatasan ruang kota besar. Jadi, apakah kalian tertarik untuk mencoba "Petite Living"?
***
Maturnuwun,
Growthmedia
NB : Temukan artikel cerdas lainnya di www.agilseptiyanhabib.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H