Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perpisahan dengan Bisokop Tua: Kenangan, Sejarah, dan Tantangan Dunia Sinema di Era Streaming

13 November 2024   15:59 Diperbarui: 13 November 2024   16:03 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transformasi industri sinema selama dua dekade terakhir telah mengubah perilaku menonton film secara drastis. Layanan streaming seperti Netflix, Disney+, dan GoPlay membuat film-film blockbuster atau serial favorit bisa diakses kapan saja, di mana saja. Orang tak lagi perlu mengeluarkan uang dan tenaga untuk pergi ke bioskop, cukup membayar langganan bulanan untuk mendapatkan akses tak terbatas.

Di sisi lain, pengalaman menonton di layar besar yang hanya bisa dinikmati di bioskop menjadi hilang. Penonton kini lebih memilih menonton di layar kecil, yang praktis namun tidak imersif.

Pergeseran ini membuat bioskop-bioskop tua semakin sulit bertahan. Generasi muda yang tumbuh di era digital mungkin tidak pernah mengalami keajaiban layar lebar yang mendebarkan. Bagi mereka, pengalaman menonton sudah tak lagi bergantung pada tempat, tetapi pada kecepatan internet.

Tantangan yang Dihadapi Bioskop Tradisional di Era Modern

Bioskop-bioskop tradisional menghadapi sejumlah tantangan besar, mulai dari pembaruan teknologi hingga meningkatnya biaya operasional. Sementara multiplex modern menawarkan fasilitas seperti audio surround yang canggih dan kursi-kursi empuk, bioskop tua yang belum diperbarui sulit bersaing. Teknologi yang dimiliki oleh bioskop-bioskop lama juga kerap tak kompatibel dengan standar film modern, baik dari segi resolusi maupun efek khusus yang semakin canggih.

Selain itu, biaya operasional bioskop yang terus meningkat membuat para pemilik bioskop tua kesulitan untuk mempertahankan kelangsungan bisnis. Penurunan jumlah pengunjung semakin menekan finansial mereka, membuat banyak yang harus menutup pintu untuk selamanya.

Di sisi lain, mereka yang masih bertahan mencoba untuk menarik penonton dengan mengadakan acara-acara khusus seperti pemutaran film klasik atau event komunitas, meski hasilnya tetap belum memadai.

Pelajaran dari Penutupan Bioskop Tua

Meskipun bioskop tua perlahan-lahan menghilang, ada banyak pelajaran yang dapat diambil dari fenomena ini. Pertama, bioskop tua mengingatkan kita pada nilai-nilai yang terbangun dalam sebuah komunitas---sebuah kebersamaan yang sulit didapat di platform digital.

Untuk tetap relevan, bioskop harus belajar beradaptasi tanpa kehilangan identitas. Salah satu contohnya adalah beberapa bioskop yang bertransformasi menjadi ruang komunitas atau tempat pameran seni, yang memungkinkan mereka tetap menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat.

Penting juga bagi pemerintah atau komunitas untuk memberikan dukungan dalam melestarikan bangunan bersejarah ini. Dengan insentif atau program pelestarian, bioskop tua bisa terus menjadi warisan budaya yang bernilai, meski fungsinya mungkin akan berubah seiring waktu.

Refleksi Akhir: Masa Depan Bioskop di Era Digital

Masa depan bioskop di era digital tetap menjadi teka-teki. Bisakah bioskop fisik bertahan di tengah perubahan yang terus terjadi? Ataukah mereka akan menjadi ruang eksklusif bagi kalangan tertentu? Satu hal yang pasti, bioskop menawarkan pengalaman yang unik dan sosial, yang tidak akan sepenuhnya tergantikan oleh layar digital.

 Meski kenyamanan menonton di rumah kini menjadi preferensi banyak orang, pengalaman bioskop tetap menghadirkan suasana yang mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun