Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Mengapa Kekuatan Bertanya adalah Kunci Sukses Memimpin di Era AI?

12 November 2024   06:10 Diperbarui: 12 November 2024   06:17 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bertanya bisa menjadi kunci sukses memimpin di era kecerdasan buatan | Ilustrasi gambar : freepik.com / rawpixel.com

Era teknologi yang terus berkembang pesat telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk pola kepemimpinan dalam lingkungan kerja modern. Teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), termasuk aplikasi populer seperti ChatGPT, semakin memiliki peran sentral dalam menentukan arah dan cara kerja yang efektif. 

Di tengah perubahan ini, pemimpin yang tangguh tidak hanya diukur dari jawaban yang ia berikan, melainkan kualitas dari pertanyaan yang ia ajukan.

Sama dengan bagaimana sistem AI memberikan respons yang bergantung pada kualitas pertanyaan yang diajukan, pemimpin juga mencerminkan kemampuannya melalui kekuatan pertanyaan yang mampu menggali inti masalah, mengarahkan, dan menyatukan tim. 

Disini kita akan mengulas bagaimana keterampilan bertanya yang mendalam menjadi pilar kepemimpinan yang kuat di era AI, dan mengapa kekuatan bertanya dapat membawa kesuksesan dalam kepemimpinan.

Kualitas Pertanyaan sebagai Refleksi Kepemimpinan Modern

Pertanyaan bukan sekadar alat untuk menggali informasi, tetapi cermin dari cara pandang dan kemampuan seorang pemimpin dalam memahami kompleksitas situasi. Pertanyaan yang berkualitas mencerminkan kepedulian, ketajaman berpikir, dan keterampilan analisis yang matang, yang membedakan seorang pemimpin sejati dari orang biasa.

Salah satu contoh dari kekuatan bertanya dalam hal kepemimpinan ini adalah Paul O'Neill, yang pada masanya menggunakan teknik bertanya berulang untuk mengurai akar permasalahan kompleks dalam sistem perawatan kesehatan AS.

Dalam situasi sulit yang menyangkut tingginya angka kematian bayi, O'Neill terus bertanya untuk mendapatkan gambaran menyeluruh, hingga akhirnya menemukan bahwa akar permasalahannya justru terletak pada kurangnya pelatihan bagi para guru di sekolah. (Hal ini diulas dalam buku The Power of Habit karangan Charles Duhigg).

Penelitian oleh Artiz et al. juga menunjukkan bahwa pemimpin yang berfokus pada pertanyaan terbuka dan kritis, cenderung lebih mampu memimpin tim secara efektif. Di era yang penuh perubahan ini, kemampuan bertanya yang baik mencerminkan fleksibilitas seorang pemimpin, karena pertanyaan tersebut menunjukkan keterbukaan terhadap berbagai perspektif serta kemampuan untuk terus beradaptasi.

Mengapa Kemampuan Bertanya Adalah Kunci di Era AI

Di era AI, kemampuan untuk bertanya dengan baik tidak hanya dibutuhkan dari sisi pemimpin, tetapi juga dalam memanfaatkan AI dengan optimal. ChatGPT dan teknologi AI serupa merespons pertanyaan yang diberikan kepadanya; kualitas output-nya sebagian besar ditentukan oleh kualitas input dari manusia. 

Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin yang ingin mendapatkan manfaat maksimal dari AI perlu menguasai seni bertanya yang kritis dan solutif.

Penelitian dari Brooks dan John menyebutkan bahwa kualitas pertanyaan yang diajukan oleh pemimpin kepada timnya dapat mendorong produktivitas dan inovasi.

Dengan pendekatan bertanya yang tepat, seorang pemimpin mampu merangkul dan menginspirasi timnya untuk berpikir lebih luas. Ini tidak berbeda jauh dari AI yang kinerjanya ditentukan oleh input yang diberi penggunanya dimana AI yang dioperasikan oleh pemimpin dengan keterampilan bertanya yang baik akan menghasilkan wawasan yang lebih mendalam dan relevan bagi organisasi.

Mengoptimalkan Pertanyaan sebagai Alat Kepemimpinan yang Solutif

Namun, bagaimana cara seorang pemimpin memastikan bahwa ia selalu mengajukan pertanyaan yang benar dan efektif? Salah satunya adalah dengan membangun lingkungan yang kondusif untuk bertanya secara terus-menerus dan terbuka.

Pemimpin harus menciptakan ruang bagi dirinya dan timnya untuk tidak ragu bertanya. Pendekatan ini memungkinkan pemimpin untuk selalu berada di garis depan dalam menghadapi situasi yang dinamis.

Pendekatan bertanya yang solutif adalah teknik bertanya yang tidak hanya mencari jawaban langsung, tetapi juga mengeksplorasi potensi langkah-langkah baru.

Sebagai contoh, alih-alih menanyakan "Mengapa proyek ini gagal?" yang cenderung berfokus pada kesalahan, pemimpin bisa mengubah pertanyaan menjadi "Apa yang bisa kita pelajari dari proyek ini untuk langkah selanjutnya?"

Teknik ini juga membantu pemimpin untuk lebih fokus pada solusi ketimbang sekadar mencari siapa yang salah.

Menyelaraskan AI dengan Kepemimpinan Melalui Kekuatan Bertanya

Dengan berkembangnya AI, para pemimpin kini memiliki alat canggih untuk memperoleh data dan analisis dengan cepat.

Namun, pertanyaan tetap menjadi kunci utama dalam pemanfaatan teknologi ini. Teknologi AI seperti ChatGPT mampu memberikan respons yang beragam sesuai dengan pertanyaan yang diberikan, dan semakin terarah pertanyaannya, semakin relevan pula jawaban yang dihasilkan.

Pemimpin yang memahami esensi ini akan mampu mengoptimalkan AI untuk mendukung visi organisasi secara lebih mendalam dan strategis.

Keterampilan bertanya juga memungkinkan pemimpin untuk mengarahkan AI sebagai sumber daya yang kolaboratif. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memicu respons kreatif, pemimpin dapat mendorong AI untuk menyajikan ide-ide baru yang belum terpikirkan sebelumnya.

Pentingnya Kolaborasi dalam Menguatkan Kekuatan Bertanya

Sebagaimana yang telah dikemukakan, kemampuan bertanya yang baik bukanlah keterampilan yang bisa berdiri sendiri. Penting bagi pemimpin di era ini untuk merangkul kolaborasi, baik dengan tim internal maupun eksternal, untuk terus memperkaya perspektif dan gagasan baru.

Dalam konteks internasional, kolaborasi juga bisa meningkatkan pemahaman lintas budaya dalam mengatasi tantangan kepemimpinan modern.

Pada akhirnya, dunia yang terkoneksi seperti sekarang ini menuntut pemimpin yang mampu menyeimbangkan keahlian teknis dengan keterampilan bertanya yang baik. Karena kualitas kepemimpinan di era AI bukan hanya soal memiliki teknologi yang canggih, tetapi tentang memaksimalkan teknologi tersebut melalui pertanyaan-pertanyaan yang berorientasi pada solusi dan kolaborasi.

Dengan cara ini, kepemimpinan di era AI bukan hanya sekadar beradaptasi dengan teknologi baru, tetapi juga mengoptimalkan potensi manusia di dalamnya melalui kekuatan bertanya.

Maturnuwun,

Growthmedia

NB : Temukan artikel cerdas lainnya di www.agilseptiyanhabib.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun