Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Apa Kabar Unicorn Indonesia? Ketika Startup Kebanggaan (Tak Lagi) Indah di Pandangan

8 November 2024   15:46 Diperbarui: 9 November 2024   13:41 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menurunanya pendanaan dari venture capital berpengaruh besar terhadap unicorn Indonesia | Ilustrasi gambar: freepik.com/freepik


Unicorn - sebutan untuk perusahaan startup yang memiliki valuasi lebih dari satu miliar dolar AS - dulunya menjadi simbol kesuksesan luar biasa di dunia teknologi dan ekonomi. Dengan banyaknya unicorn Indonesia seperti Gojek, Bukalapak, dan Tokopedia, negara ini sempat menjadi salah satu pusat pertumbuhan startup terbesar di dunia.

Namun, situasi kini berubah drastis. Seiring dengan ketidakpastian ekonomi global, perusahaan-perusahaan unicorn ini mulai merasakan dampaknya. Valuasi yang terus menurun, pendanaan venture capital yang mengering, hingga masalah dalam mempertahankan model bisnis jangka panjang telah mengancam posisi mereka sebagai pemimpin pasar.

Ketika dulu unicorn Indonesia menjadi kebanggaan, kini mereka terjebak dalam dilema, menghadapi kenyataan bahwa status unicorn tidaklah menjamin kesuksesan abadi.

Salah satu penurunan terbesar yang terjadi di pasar adalah berkurangnya pendanaan dari venture capital, yang sebelumnya menjadi sumber utama bagi startup untuk bertumbuh dengan cepat.

Laporan The State of Unicorns and Venture Capital 2023 menunjukkan bahwa di tengah situasi pasar yang fluktuatif, banyak unicorn yang terpaksa melakukan down round atau bahkan menghentikan operasional mereka. Fenomena ini sangat relevan untuk unicorn Indonesia yang harus berjuang bertahan di tengah krisis ekonomi global. Pasar yang sebelumnya mendukung model pertumbuhan agresif kini justru memaksa mereka untuk beralih ke strategi yang lebih konservatif.

Namun, meskipun tantangan besar menghadang, pertanyaan yang muncul adalah: apakah unicorn Indonesia masih memiliki potensi untuk kembali bersinar, ataukah mereka hanya akan menjadi kenangan masa lalu yang indah, namun tak mampu bertahan di dunia yang terus berubah?

Bukalapak merupakan salah satu Unicorn Indonesia yang bisnisnya masih bertahan | Sumber gambar: kompas.id
Bukalapak merupakan salah satu Unicorn Indonesia yang bisnisnya masih bertahan | Sumber gambar: kompas.id

Evolusi Unicorn dan Tantangan yang Dihadapi

Unicorn yang berdiri kokoh di puncak pernah dipandang sebagai simbol keberhasilan dalam dunia startup. Dalam studi yang diterbitkan oleh NBER berjudul "What Accounts for the Proliferation of Billion Dollar Startups?", dijelaskan bagaimana seiring dengan pertumbuhan yang pesat, banyak unicorn yang menghadapi kesulitan dalam mengelola pengeluaran yang melebihi pendapatan. Hal ini tentu mengingatkan kita pada kondisi banyak unicorn Indonesia, yang seiring dengan perubahan ekonomi global, mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan.

Setelah melewati tahap "rocket growth", unicorn-unicorn ini tidak hanya kesulitan mempertahankan laju pertumbuhannya, tetapi juga harus memikirkan kelangsungan jangka panjang di tengah pergeseran pasar.

Seperti yang disampaikan oleh Reid Hoffman, co-founder LinkedIn: "The challenge is not in starting something new, but in scaling it sustainably."
(Tantangan bukan terletak pada memulai sesuatu yang baru, tetapi dalam menskalakan secara berkelanjutan)

Perkembangan startup memang penuh harapan, tetapi jika tidak dikelola dengan bijak, ambisi untuk tumbuh bisa menjadi bumerang, seperti yang dialami oleh beberapa perusahaan unicorn di Indonesia. Mengandalkan investasi yang terus mengalir dan pertumbuhan agresif tanpa perencanaan yang matang bisa membuat banyak perusahaan terperangkap dalam kondisi yang tidak menguntungkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun