Presiden Prabowo setujui kebijakan penghapusan utang bagi UMKM, nelayan, hingga petani. Terkait hal ini, siapa yang tidak bernafas lega ketika utangnya dihapuskan?Â
Rasanya seperti melempar beban besar ke sungai dan menyaksikannya tenggelam. Namun, apakah benar masalah selesai begitu saja? Realitanya, bagi UMKM, penghapusan utang hanyalah satu langkah kecil di tengah perjalanan panjang penuh tantangan.
Pemutihan utang memang memberi UMKM sedikit ruang bernafas, tetapi seperti pepatah lama: "Every solution creates new problems." (Setiap solusi menciptakan masalah baru). Apa saja tantangan baru yang menanti para pelaku UMKM pasca penghapusan utang? Mari kita ulas bersama!
#1. Kebutuhan Modal Kerja yang Masih Tinggi
Pemutihan utang sering disalahartikan sebagai "uang masuk" bagi bisnis. Padahal, kenyataannya berbeda jauh! Setelah utang dihapus, UMKM tetap perlu modal untuk mengoperasikan usaha mereka.Â
Dengan utang terhapus, mereka mungkin memiliki sedikit "ruang finansial", tapi tantangan memperoleh modal kerja yang stabil masih menjadi masalah besar. Seperti yang dikatakan oleh Vince Lombardi, "It's not whether you get knocked down; it's whether you get up." (Bukan soal kamu jatuh, tapi soal bangkit kembali).
Bagi UMKM, mengelola dan mencari modal kerja bukan hanya tentang "bangkit kembali", tetapi tentang menavigasi risiko, suku bunga, hingga akses yang masih sulit. Karena itu, setelah utang terhapus, para pelaku UMKM perlu lebih kreatif mencari sumber pendanaan, mulai dari mitra bisnis, investor, hingga kemitraan strategis lainnya.Â
#2. Adaptasi dengan Teknologi Digital yang Minim
Era digital memang penuh peluang, tetapi juga menjadi tantangan jika UMKM belum siap mengadopsinya. Banyak UMKM yang masih gagap dalam mengelola platform online, memanfaatkan digital marketing, atau menggunakan perangkat lunak untuk operasional bisnis. Pasca pemutihan utang, para pelaku UMKM perlu mempertimbangkan untuk mengadopsi teknologi sebagai strategi pengembangan.
Namun, akses ke teknologi ini tidaklah mudah. Banyak yang terkendala biaya dan keahlian teknis. Ada baiknya, UMKM mempertimbangkan untuk belajar secara bertahap, mulai dari hal-hal sederhana seperti e-commerce hingga pengelolaan inventaris digital. Tantangan ini bisa terlihat besar, tetapi dengan tekad yang kuat, selalu ada jalan.Â
#3. Manajemen Risiko yang Lebih Serius
Pemutihan utang bukan berarti bebas risiko. Justru, langkah ini sering memunculkan risiko baru, terutama dalam hal keuangan dan pasar. Mengelola risiko keuangan seperti inflasi, suku bunga, hingga risiko pasar yang fluktuatif menjadi lebih krusial untuk keberlanjutan usaha.
Risiko tidak akan hilang hanya dengan pemutihan utang; manajemen risiko diperlukan agar UMKM bisa lebih siap menghadapi tantangan ekonomi. "The only certainty is uncertainty," kata Heraclitus, seorang filsuf Yunani.Â
Begitu pula, bagi UMKM, yang pasti adalah ketidakpastian yang harus dikelola dengan cermat. Menggunakan jasa konsultan bisnis atau memperkaya diri dengan ilmu keuangan dapat membantu UMKM lebih siap.Â
#4. Kendala Birokrasi yang Belum Tuntas
Pemutihan utang tak serta-merta menghapus tumpukan dokumen dan proses birokrasi yang kerap memperlambat perkembangan UMKM. Tantangan ini termasuk proses perizinan yang berbelit-belit, pembaruan legalitas usaha, hingga pengurusan pajak.
Bagi UMKM yang ingin terus berkembang, pemutihan utang bisa menjadi kesempatan untuk memperbarui legalitas dan sistem administratif mereka. Namun, ini tidak semudah membalikkan telapak tangan.Â
Terus terang saja, birokrasi kerap menguras waktu dan tenaga. Karenanya, bagi UMKM, penting untuk membangun relasi baik dengan institusi pemerintah dan memahami regulasi yang berlaku.Â
#5. Kurangnya Keterampilan Manajerial
Meski utang dihapus, keterampilan manajerial tetap menjadi titik lemah yang bisa berdampak negatif bagi bisnis. Manajemen yang lemah menyebabkan pemborosan sumber daya, strategi yang tidak jelas, dan bahkan kebocoran anggaran. Setelah utang terhapus, pelaku UMKM perlu meningkatkan keterampilan manajerial agar bisnis tetap berjalan.
Keterampilan manajerial yang baik akan mencakup pengelolaan inventaris, manajemen keuangan, hingga keterampilan pemasaran. Seiring dengan peningkatan skala usaha, UMKM perlu memahami cara membuat rencana bisnis yang efektif dan berorientasi pada pertumbuhan. Investasi dalam pelatihan manajerial bisa menjadi langkah penting.Â
***
Setelah memahami tantangan-tantangan tersebut, jelas bahwa pemutihan utang bukanlah "obat mujarab" yang otomatis menyelesaikan seluruh masalah UMKM. Ada banyak area yang masih perlu diperkuat agar UMKM bisa tumbuh secara berkelanjutan. Mulai dari modal kerja, adaptasi teknologi, hingga manajemen risiko, setiap aspek ini menuntut dedikasi dan perencanaan matang.
Bagi para pelaku UMKM, pemutihan utang sebaiknya dipandang sebagai "nafas baru" yang memberi kesempatan untuk melangkah lebih jauh, bukan hanya menghilangkan beban semata. Oleh karena itu, bangkitlah dengan optimisme baru dan strategi yang lebih matang. Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein, "Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving." (Hidup itu seperti mengendarai sepeda. Untuk menjaga keseimbangan, kamu harus terus bergerak). Begitu pula dengan dunia usaha, terus bergerak dan bertumbuh adalah kunci utama.
Semoga langkah-langkah strategis yang diambil bisa menjadi fondasi yang kokoh bagi UMKM untuk berkembang dan mengatasi berbagai tantangan baru. Jadi, apakah utang dihapus, masalah selesai? Tidak, namun kesempatan baru pasti ada!
Maturnuwun,
Growthmedia
NB : Temukan artikel cerdas lainnya di www.agilseptiyanhabib.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H