Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Industrial Profiling Writer; Planmaker; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Grow Smarter Everyday

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Fenomena Gunung Kembar, Mengapa Gunung Lewotobi Sering Dihubungkan dengan Erupsi Beruntun?

5 November 2024   14:28 Diperbarui: 5 November 2024   14:44 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fenomena erupsi beruntun pada gunung kembar Lewotobi yang penuh risiko bagi masyarakat sekitar | Sumber gambar: cnnindonesia.com / Antara Foto / Meg Tokan

Tumbuh besar di Flores, Gunung Lewotobi sudah menjadi latar belakang kehidupan masyarakat sekitar selama berabad-abad. Namun, ada satu hal yang membuat gunung ini begitu unik, yaitu ia bukan hanya satu, melainkan "kembar" dengan dua puncak, Lewotobi Perempuan dan Lewotobi Laki-Laki.

 

Selain menjadi ikon budaya, Gunung Lewotobi juga menyimpan fenomena geologi yang memikat perhatian para ilmuwan. Mengapa? Karena gunung "kembar" ini punya kecenderungan meletus secara beruntun atau bahkan bersamaan, menghadirkan pemandangan yang spektakuler namun penuh risiko bagi lingkungan dan masyarakat setempat.

Fenomena erupsi ganda atau beruntun seperti ini bukanlah hal umum pada gunung-gunung berapi lainnya. Kita bisa melihat perbandingan pada Kilauea dan Mauna Loa di Hawaii, di mana pola aktivitas keduanya kadang terhubung oleh tekanan magma bawah permukaan yang saling terpengaruh.

Kasus Lewotobi menambahkan warna baru dalam studi geologi gunung berapi, yakni terkait bagaimana dua gunung "kembar" yang begitu dekat bisa "berinteraksi" dan menciptakan pola erupsi yang beruntun. Sebuah fenomena yang seolah memiliki ritme tersendiri, tak ubahnya duet yang selalu tampil bersama di panggung, tetapi dengan ancaman yang tidak main-main.

Pola Erupsi Beruntun pada Gunung Kembar Lewotobi

Gunung Lewotobi Perempuan dan Lewotobi Laki-Laki adalah pasangan gunung berapi aktif yang berbagi satu "fundamen" namun masing-masing memiliki keunikan dalam pola aktivitas vulkaniknya. Ilmuwan menduga bahwa keberadaan mereka yang begitu berdekatan memungkinkan terjadinya pergerakan magma dan perubahan tekanan yang saling terhubung.

Seperti yang tercatat dalam fenomena erupsi ganda antara Kilauea dan Mauna Loa di Hawaii, dua gunung yang berdekatan dapat memengaruhi aktivitas vulkanik satu sama lain akibat gerakan tektonik yang memicu tekanan internal di bawah permukaan.

Secara sederhana, letusan yang terjadi pada salah satu puncak di Lewotobi bisa menambah tekanan pada "saudaranya." Dengan adanya gerakan magma ke arah satu puncak, terkadang tekanan pada puncak yang lain ikut meningkat, hingga pada akhirnya mengakibatkan erupsi yang saling beruntun. Dalam kata-kata geolog terkenal Harold Wellman, 

"The earth is a force that cannot be tamed, only studied." atau dalam terjemahannya, "Bumi adalah kekuatan yang tidak bisa dijinakkan, hanya bisa dipelajari." Kata-kata ini mengingatkan kita betapa kompleks dan tak terduganya fenomena alam, apalagi ketika dua gunung berapi berkumpul dalam satu lokasi seperti di Lewotobi.

Studi terbaru yang dilakukan pada tahun lalu memperlihatkan bagaimana aktivitas di Lewotobi mampu diprediksi lebih baik ketika dua puncaknya dianalisis secara bersamaan. 

Masyarakat setempat telah terbiasa hidup dalam bayang-bayang Lewotobi dan menganggap aktivitas gunung ini sebagai tanda alam yang harus diterima. Namun, bagi para ilmuwan, Lewotobi menyimpan misteri tersendiri: apakah dua puncak ini akan terus "berpasangan" atau ada masa di mana mereka akan berpisah dari segi pola erupsi?

Risiko Lingkungan dan Dampak Lokal Erupsi Ganda Lewotobi

Erupsi ganda atau beruntun di gunung-gunung seperti Lewotobi tentu saja membawa ancaman besar bagi lingkungan. Letusan simultan pada dua puncak ini meningkatkan risiko seismik, memperparah efek piroklastik, dan menciptakan abu vulkanik yang menyelimuti area hingga puluhan kilometer. 

Seperti yang terjadi pada tahun 1994 di Papua Nugini saat Tavurvur dan Vulcan meletus bersamaan, abu tebal dari dua gunung dapat menghancurkan infrastruktur dan mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar. Pada Lewotobi, setiap kali erupsi terjadi, lahan pertanian dan ekosistem alami sekitar menjadi rentan rusak oleh aliran lahar dan material vulkanik lainnya.

Dampak lain yang sering kali diabaikan adalah perubahan air tanah dan kontaminasi sumber air. Abu vulkanik dari Lewotobi dapat menyusup ke sungai dan danau, mengubah pH air dan merusak ekosistem lokal yang bergantung pada air bersih. Masyarakat Lewotobi telah mengembangkan kemampuan adaptasi dengan fenomena ini, namun tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan intensitas letusan belakangan ini memicu kekhawatiran mereka akan potensi bencana yang lebih besar di masa mendatang.

Bagi para penduduk sekitar, letusan Lewotobi memiliki makna spiritual yang dalam. Mereka menganggap bahwa aktivitas vulkanik di gunung ini merupakan tanda peringatan dari alam yang perlu dihormati dan diwaspadai. 

Secara humoris, seorang warga lokal pernah berujar, "Lewotobi seperti pasangan suami-istri; kalau yang satu ngamuk, yang lain ikut-ikutan!" Humor ini mengisyaratkan hubungan simbiosis antara kedua puncak tersebut, yang meski lucu, juga mencerminkan realitas bahwa setiap letusan membawa dampak nyata bagi mereka.

Mitigasi Bencana dan Daya Tarik Ilmiah Fenomena Gunung Kembar

Fenomena erupsi beruntun pada gunung berkembar seperti Lewotobi menarik perhatian ilmuwan dari berbagai negara. Mereka tertarik untuk mengetahui pola interaksi antara kedua puncak ini serta cara pencegahan bencana yang optimal bagi masyarakat sekitar. Lewotobi menjadi contoh bagaimana gunung berapi bisa menjadi ancaman sekaligus pusat pengetahuan yang berharga.

Program mitigasi bencana yang diterapkan di kawasan ini melibatkan pemantauan intensif dan penyuluhan bagi masyarakat. Pemantauan aktivitas Lewotobi yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat menunjukkan pentingnya peringatan dini untuk mengurangi risiko. Studi tentang Lewotobi juga mendorong pemahaman baru tentang "ikatan" di antara gunung-gunung berkembar lain yang ada di dunia. Puncak-puncak Lewotobi, bagi mereka, adalah laboratorium hidup untuk memahami bagaimana gunung kembar berfungsi dan memengaruhi aktivitas satu sama lain.

Lewotobi terus memberikan "pelajaran" bagi mereka yang bersedia mendengarkannya. Bagi masyarakat Flores, peringatan dari gunung ini seperti pesan dari alam yang terus mengingatkan mereka akan keharmonisan hidup dengan lingkungan sekitar. Penelitian lebih lanjut diharapkan mampu membawa solusi mitigasi yang lebih baik dan menambah wawasan kita tentang interaksi vulkanik yang jarang terjadi ini.

***

Seiring berjalannya waktu, gunung-gunung kembar seperti Lewotobi akan terus menjadi fenomena alam yang penuh teka-teki. Bagi penduduk setempat, setiap letusan bukan hanya bencana tetapi juga bagian dari kehidupan. Mereka telah hidup berdampingan dengan ancaman tersebut, dan sikap ini mungkin bisa kita pelajari dalam menghadapi ketidakpastian alam lainnya.

 "Nature has its way of speaking," pernah diucapkan oleh Rachel Carson, seorang ahli lingkungan Amerika Serikat, yang artinya "Alam punya caranya sendiri untuk berbicara." Ungkapan ini cocok menggambarkan bagaimana Lewotobi memberikan peringatan dari waktu ke waktu.

Ketika dunia semakin sibuk dengan perubahan iklim dan eksploitasi alam, Lewotobi seperti dua sahabat yang terus mengingatkan kita bahwa alam memiliki kekuatannya sendiri yang kadang tidak bisa kita kendalikan. Sebagai masyarakat global, kita bisa belajar banyak dari kearifan lokal masyarakat Flores yang hidup harmonis dengan ancaman gunung berapi. 

Lewotobi adalah simbol bahwa manusia harus selalu menghormati kekuatan alam, dan sebagai manusia, kita punya tanggung jawab menjaga keseimbangan tersebut untuk generasi mendatang.

Maturnuwun,

Growthmedia

NB : Temukan artikel cerdas lainnya di www.agilseptiyanhabib.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun