Kecanduan media sosial menjadi topik yang tak lagi asing, tetapi pernahkah terpikir bahwa berhenti scrolling tanpa tujuan saja tidak cukup? Memasuki era digital yang semakin cepat, milenial dan Gen Z menghadapi tantangan luar biasa dalam mengatur keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata.
Lahir dari kebutuhan ini, tren 'mindful scrolling' kini ramai dibicarakan sebagai solusi baru bagi mereka yang ingin tetap 'online' tanpa merasa terjebak. Ini bukan sekadar gerakan "berhenti main HP," melainkan upaya mengubah cara kita bersosial media menjadi lebih sadar, seimbang, dan tentunya, lebih sehat.
Para kreator konten TikTok dan Instagram sudah lebih dulu membagikan panduan praktis 'mindful scrolling' untuk mengatasi fenomena FOMO (fear of missing out) yang bikin cemas. Mereka mengatakan bahwa cara baru ini dapat mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup. Jadi, bagaimana kita mempraktikkan mindful scrolling agar bisa menikmati media sosial tanpa merasa 'tersedot'? Yuk, kita simak!
1. Mulai dari 'Scrolling Timer'
Sederhana namun efektif, mengatur waktu scrolling setiap hari bisa memberi batasan yang jelas. Dengan alat seperti timer atau alarm, kita bisa menghindari terjebak dalam putaran tak berujung. "Menentukan durasi itu seperti menentukan batas energi," kata Dr. Jean Twenge, penulis iGen yang mendalami fenomena sosial digital. Menurutnya, scrolling tanpa batas melelahkan otak dan mengurangi kemampuan fokus.
Tidak harus ketat kok, cukup mulai dengan batas waktu kecil, misalnya 15-20 menit per sesi. Percaya atau tidak, pengaturan waktu ini dapat mengubah kebiasaan scrolling-mu menjadi pengalaman yang lebih menyenangkan. Setelah alarm berbunyi, stop sejenak, tarik napas, dan sadari waktu yang telah terpakai. Kamu akan merasakan manfaatnya segera dimana pikiran jadi lebih segar dan produktivitas lebih terjaga.
Â
2. Kurasi Konten yang Benar-Benar Bermanfaat
Pernah merasa akun yang diikuti malah menambah stres? Itu adalah tanda bahwa kamu butuh kurasi konten. Tren 'mindful scrolling' mengajak kita mengikuti akun yang mendukung kesehatan mental dan menawarkan nilai positif. Tentu, bukan berarti semua konten hiburan harus dihindari. Akan tetapi, pastikan feed-mu tidak hanya berisi highlight kehidupan orang lain yang membuat kita tak henti membandingkan diri.
Psychology of Popular Media mengungkap bahwa pengguna media sosial yang lebih selektif dalam memilih konten cenderung memiliki kualitas hidup lebih baik. Ketika kita hanya mengonsumsi konten yang menambah pengetahuan atau inspirasi, scrolling pun jadi pengalaman berharga, bukan sekadar pengisi waktu. Bayangkan, scrolling tapi bermanfaat? Worth it, bukan?
Â
3. Pakai Teknik 'Pause dan Renungkan'
Saat scrolling mulai terasa "nggak ada habisnya," coba deh ambil jeda. Teknik ini mengharuskan kita berhenti sejenak setelah beberapa postingan, lalu bertanya: "Apakah ini menambah nilai untuk hidupku?" Metode ini dipopulerkan oleh para pakar mindfulness sebagai cara sederhana agar kita tidak merasa kecanduan.
Terbukti, strategi 'pause and reflect' membuat banyak orang merasa lebih terhubung dengan konten yang mereka konsumsi, bukannya hanya bergegas melewati informasi tanpa makna. Jangan lupa, "The unexamined scrolling is not worth it," untuk meminjam istilah Socrates yang disesuaikan dengan era digital kita ini!