Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sisi Gelap Revolusi Teknologi: Fakta yang Jarang Diungkap tentang Perusahaan Teknologi Raksasa

26 Oktober 2024   07:23 Diperbarui: 26 Oktober 2024   07:29 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mekanisme kapitalisme pengawasan yang digunakan perusahaan teknologi besar | Ilustrasi gambar: freepik.com / freepik

Bagaimana perasaanmu saat membuka platform sosial favorit, atau saat membeli produk melalui situs teknologi raksasa? Mungkin yang terlintas di pikiran adalah kemudahan, kecepatan, dan efisiensi. Tapi pernahkah terpikir bahwa kenyamanan ini kadang punya harga yang tak tampak?

Beberapa sisi gelap perusahaan teknologi raksasa justru memengaruhi banyak aspek kehidupan, mulai dari privasi data hingga ketimpangan kerja. Kali ini, kita akan membahas lima praktik mengejutkan yang jarang diungkap, mulai dari kebijakan manipulatif hingga dampak sosial yang cukup kompleks.

"Technology is a useful servant but a dangerous master."  - Christian Lous Lange

(Teknologi adalah pelayan yang berguna namun bisa menjadi majikan yang berbahaya)

1. Kapitalisme Pengawasan: Data Pengguna, Kekayaan Mereka

Kata siapa privasi pengguna sepenuhnya aman di tangan perusahaan besar? Nyatanya, kebanyakan dari kita sudah jadi "produk" dari kapitalisme pengawasan. Raksasa seperti Google dan Facebook tak hanya memberikan layanan gratis, tetapi juga mengumpulkan data pribadi dari aktivitas harian kita. Setiap klik, pencarian, atau bahkan hobi yang diunggah ternyata diolah menjadi "harta digital" yang bisa dimonetisasi.

 

Dalam jurnalnya, Zuboff (2015) menyebut praktik ini sebagai "surveillance capitalism." Data yang diperoleh melalui metode ini menjelma menjadi analitik tajam untuk memprediksi kebutuhan pengguna. Efeknya, algoritma yang awalnya membantu, justru berkembang menjadi alat pengintai yang mampu membaca pola kebiasaan hingga memprediksi keputusan pengguna. Jadi, bila Anda sering melihat iklan produk yang sepertinya terlalu "sesuai," jangan kaget, itu hasil kapitalisme pengawasan yang tak kita sadari.

2. Eksploitasi Tenaga Kerja di Era Teknologi

Pernahkah Kamu mendengar istilah gig economy? Itu adalah sebutan bagi tenaga kerja yang sifatnya fleksibel, sementara, dan biasanya tidak punya perlindungan kerja kuat. Bagi perusahaan teknologi besar seperti Amazon, sistem ini sering diterapkan untuk mempekerjakan pekerja lepas melalui Amazon Mechanical Turk. Kondisi kerjanya pun seringkali tidak menentu. Irani & Silberman (2013) dalam penelitian mereka tentang "Turkopticon" menyoroti kondisi kerja yang memprihatinkan bagi pekerja platform ini, yang nyaris tak memiliki perlindungan tenaga kerja samasekali.

 

Pekerja lepas di industri teknologi sering menghadapi kondisi kerja yang tak stabil | Ilustrasi gambar: freepik.com / freepik
Pekerja lepas di industri teknologi sering menghadapi kondisi kerja yang tak stabil | Ilustrasi gambar: freepik.com / freepik

Amazon sebagai pionir model ini menggunakan platform tersebut untuk menugaskan pekerja dengan upah yang sangat kecil tanpa jaminan. Seringnya, pekerja bahkan sulit dikenali oleh sistem dan hanya dianggap sebagai data. Yang mengejutkan, Amazon tidak sepenuhnya mengakui kontribusi pekerja ini dalam pencapaian besar mereka, seolah mengingatkan bahwa dalam "era teknologi canggih," manusia tetap bisa tersingkirkan oleh data.

3. Monopoli dan Kendali Pasar

Amazon, Google, hingga Facebook telah menjadi monopoli pasar digital, memanfaatkan kekuatan untuk membatasi kompetisi dan mendominasi industri. Amazon, misalnya, memiliki strategi bisnis yang memungkinkan mereka membatasi perkembangan usaha kecil. Dalam artikel "Amazon's Antitrust Paradox" oleh Khan (2017), Amazon didapati menggunakan cara-cara yang tidak adil untuk memenangkan persaingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun