Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Perlukah Pemerintah Melakukan Pemutihan Utang Pinjol Masyarakat?

24 Oktober 2024   11:12 Diperbarui: 24 Oktober 2024   11:40 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan lonjakan penggunaan pinjaman online (Pinjol) di masyarakat, banyak yang mulai terjebak dalam siklus utang yang sulit diputuskan. Di sisi lain, pemerintah kini merencanakan pemutihan utang bagi petani dan nelayan untuk meringankan beban sektor agrikultur. Ini menimbulkan pertanyaan penting: Mengapa masyarakat yang terjerat utang Pinjol tidak mendapatkan perlakuan yang sama? 

Kebijakan pemutihan utang bagi petani dan nelayan didorong oleh faktor krisis ekonomi dan iklim, sementara mereka yang terjebak dalam pinjaman online sering kali merupakan korban situasi ekonomi digital yang berubah cepat.

Kebijakan publik memiliki logika dan pertimbangan yang kompleks di balik setiap keputusannya. Melalui artikel ini, kita akan menyoroti perbedaan dalam memperlakukan kelompok masyarakat yang berutang pada bank konvensional seperti petani dan nelayan, dengan mereka yang berutang melalui Pinjol.

Apakah pemutihan utang layak diterapkan pada sektor digital ini? Bagaimana struktur ekonomi kedua kelompok ini berbeda, dan apa dampaknya jika kebijakan pemutihan utang juga diterapkan pada Pinjol?

 

Struktur Ekonomi Petani, Nelayan, dan Pengguna Pinjol

Perbedaan mendasar antara petani, nelayan, dan pengguna Pinjol terletak pada struktur ekonomi dan tujuan penggunaan pinjaman yang mereka dapatkan. Petani dan nelayan seringkali meminjam modal untuk keperluan produksi: membeli pupuk, bibit, atau alat tangkap.

Utang mereka terkait erat dengan keberlangsungan produksi pangan dan ekonomi masyarakat. Ketika cuaca buruk atau krisis ekonomi melanda, kemampuan mereka untuk melunasi utang pun terganggu. Oleh karena itu, pemutihan utang bagi mereka bisa dilihat sebagai langkah strategis untuk menjaga stabilitas sektor pangan.

Di sisi lain, pengguna Pinjol umumnya meminjam untuk kebutuhan konsumtif atau darurat. Pinjaman tersebut bukan terkait dengan produksi ekonomi, melainkan untuk kebutuhan sehari-hari atau mendesak seperti biaya kesehatan ataupun pendidikan.

Dalam banyak kasus, penggunaan Pinjol seringkali dipicu oleh keterbatasan akses ke perbankan formal. Ini menyebabkan pertanyaan krusial: Apakah kebijakan pemutihan utang yang diterapkan pada petani dan nelayan juga relevan untuk pengguna Pinjol, yang berada di bawah dinamika pasar keuangan digital?

Salah satu alasan mengapa pemutihan utang bagi Pinjol mungkin lebih rumit dibandingkan petani dan nelayan adalah karakteristik pinjaman digital itu sendiri. Berdasarkan penelitian Davel dan Alvarez (2021), siklus utang digital memperlihatkan bahwa masyarakat yang terjebak Pinjol sering kali masuk ke dalam lingkaran utang yang lebih besar akibat bunga yang tinggi dan waktu pelunasan yang singkat.

Selain itu, mekanisme digitalisasi Pinjol membuat peminjam lebih rentan terhadap kebijakan yang kurang transparan, karena mereka umumnya tidak memahami sepenuhnya risiko yang terkait dengan pinjaman tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun