Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Santri dan Demokrasi, Dinamika Keterlibatan Pesantren dalam Politik Pasca Reformasi

22 Oktober 2024   10:21 Diperbarui: 22 Oktober 2024   15:39 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri mengemban peranan krusial di era pasca Reformasi untuk menciptakan stabilitas politik di tengah masyarakat | Ilustrasi gambar: Freepik/rawpixel.com

 "Liberty, when it begins to take root, is a plant of rapid growth." -- George Washington

(Kebebasan, ketika mulai berakar, adalah tanaman yang tumbuh dengan cepat).

Kalimat ini relevan dengan peran santri dalam mendorong partisipasi demokratis. Kebebasan politik yang diusahakan melalui pesantren berpotensi tumbuh cepat jika diberikan ruang yang cukup dalam masyarakat.

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami fenomena kemunduran demokrasi, yang terlihat dari pelemahan lembaga-lembaga demokratis, peningkatan otoritarianisme, dan pembatasan kebebasan sipil. Fenomena ini tidak terlepas dari kepemimpinan yang memusatkan kekuasaan pada segelintir elit politik dan mengabaikan aspirasi masyarakat. Santri, dengan latar belakang moral dan pendidikan keagamaan, dapat memainkan peran penting dalam melawan tren ini.

Santri memiliki landasan nilai yang kuat untuk menegakkan keadilan, kebebasan, dan pluralisme. Dengan demikian, keterlibatan santri dalam politik tidak hanya bisa dilihat sebagai kontribusi normatif, tetapi juga sebagai gerakan yang berakar pada semangat reformasi. Mereka adalah kelompok yang berpotensi memperjuangkan hak-hak sipil dan kebebasan politik, yang saat ini terancam oleh kontrol kekuasaan yang lebih ketat. Bahkan, banyak santri yang terlibat dalam gerakan advokasi sosial dan politik, yang berusaha melindungi hak-hak minoritas serta memerangi korupsi.

Pesantren sebagai Agen Demokrasi atau Alat Politik?

Pertanyaan penting yang muncul adalah apakah pesantren tetap menjadi agen demokrasi yang sejati atau telah menjadi alat politik bagi elit tertentu?

Meski pesantren memiliki sejarah panjang dalam mempertahankan nilai-nilai kebenaran, keterlibatan politik yang semakin intens sering kali memicu kekhawatiran tentang potensi kooptasi oleh aktor politik tertentu. Beberapa studi menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus, pesantren dapat terjerumus menjadi alat mobilisasi politik yang hanya menguntungkan satu pihak.

Namun, Hadi (2023) dalam penelitiannya menegaskan bahwa masih banyak pesantren yang konsisten dalam mempertahankan independensi mereka. Mereka terus menanamkan nilai-nilai demokrasi kepada santri dan berusaha menjadi penggerak perubahan sosial yang positif. Ini adalah bukti bahwa pesantren memiliki posisi strategis untuk menjaga keseimbangan antara peran keagamaan dan politik.

Santri adalah kelompok yang terus berkembang dengan adaptasi modernisasi dan dinamika politik Indonesia. Di tengah kondisi demokrasi yang mengkhawatirkan, santri bisa menjadi benteng terakhir untuk menjaga prinsip-prinsip demokrasi. Tidak hanya sebagai pengingat akan pentingnya partisipasi politik, tetapi juga sebagai contoh nyata dari perlawanan terhadap segala bentuk otoritarianisme. Dengan tetap memegang teguh nilai-nilai keislaman yang inklusif dan moderat, santri mampu berkontribusi secara signifikan dalam melestarikan demokrasi di Indonesia.

Selamat Hari Santri.

Maturnuwun,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun